Cause
this world would be empty without you
It
scares me that this life would mean nothing without you
Someday
we’ll have to say goodbye
I
need to let you know that I will never try to fill the space between
It’ll
only ever be....
You
and Me
[Shane Filan – You and
Me]
Wacana
Berubah Jadi Rencana
Hari
itu tanggal 16 Mei 2016 saat kami berencana memberi late birthday surprise ke Tina yang sebenarnya berulang tahun pada
tanggal 10 April. Kami pergi makan bersama di Lesada. Setiap surprise selalu mempunyai kendala. Dan
kendalanya ada-ada aja. Entah yang mau di-surpise-in
pergi entah kemana atau bingung harus improvisasi gimana. Hari itu ATM Tina
hilang, dia harus segera pergi untuk memblokir ATM yang hilang itu. Akhirnya
kami memutuskan untuk langsung membuka kuenya bersama-sama dan menancapkan
lilin angka “20” di atasnya. “Tina Tina Tina, sini dulu, HAPPY BIRTHDAY TINAAAA”. “Tina coba mukanya pura-pura kaget
bahagia” kata Yevy yang sibuk mengabadikan momen ini lewat kamera hapenya yang
wew itu. Tina manut dan melakukan apa yang dikatakan Yevy.
Setelah
foto-foto dan icip kue ulang tahun Tina yang maknyus banget, dia pergi untuk
mengurus pemblokiran ATM. Sementara kami masih disana dan mengobrol random tentang rencana pergi ke Ratu
Boko setelah ujian blok 1.5 Endokrin & Reproduksi. Semuanya menyambut
antusias. Sudah cukup lama kami tidak pergi bermain bersama. “Nanti kita piknik
aja disana” sebuah usulan cute
muncul. “Nanti Syihab bawa mobil aja, biar bisa masukin tiker”. Ide-ide lain
mulai berkembang terutama tentang rencana piknik. Kami sangat excited membicarakannya. Hanya ada satu
kalimat yang menutup pembicaraan seru hari itu, “Tapi jangan wacana ya!”
Ujian
Blok
Tibalah
waktu penentuan 50% porsi dari nilai blok kami. Mulai semester dua, sistem
ujian kami diganti menggunakan CBT. Kami terbagi menjadi dua gelombang,
gelombang pukul 7:15 dan pukul 10:15. Otakku sudah mulai lelah melihat buku
kecil bersampul oranye yang merupakan rangkuman materi. Walaupun aku merasa
belum terlalu menguasainya, aku memilih untuk menutup buku tersebut. Aku duduk
di kursi nomor 98 dan mulai mengerjakan soal ujian blok. “WEW” pikirku saat
meng-klik nomer demi nomer. Aku banyak memberi simbol bendera di nomor yang
masih meragukan.
Why?
Soalnya membuatku berpikir keras untuk menganalisa jawaban yang tepat. Entah
mengapa aku sangat ingin mengupil. Akhirnya, aku mengerjakan soal ujian blok
dengan mengupil. [RANDOM BANGET SUMPAH HAHAHA].
Ditinggal
Sendirian
Alhamdulillah
sampailah kami di hari H pelaksanaan jalan-jalan bareng. Kami memutuskan untuk
pergi ke Tebing Breksi, Candi Ijo, dan terakhir ke komplek Candi Ratu Boko
untuk melihat matahari terbenam yang indah. Seperti biasa, kami janjian
berkumpul di Bookstore di dekat
gerbang masuk UII. Aku berjalan menuju Bookstore
sekiatr pukul 7:30. Hanya ada Syihab, Hafidz, Kemal, Iman, Syifa, dan aku
disana. Tak lama kemudian Tina datang bersama dengan adeknya yang sedang
berlibur ke Yogyakarta. Tina meminta izin untuk sarapan sebentar.
Tiba-tiba........cinta datang kepadaku~ bukan -_- Syifa minta izin pergi untuk
pipis, sedangkan keempat pria-pria itu malah sarapan bareng dan mereka
meninggalkanku sendirian untuk menjaga mobil dan tas Hafidz. Well, gengs, well! Kami berangkat pulul
8:30, molor satu jam dari jadwal semula.
Ini
dimana?
“Lewat jalan tembus aja!” kata Tina
megusulkan. Kami bersiap untuk berkendara menuju tempat trip kami kali ini.
Syihab, Iman, Tina, dan adeknya bersama-sama naik mobil Syihab. Zahra bersama
dengan Yevy, Kemal dengan Hafidz, dan aku dengan Syifa. Kami menyusuri jalan
dengan dihiasi pemandangan sawah hijau yang tiada habisnya. Cuaca tidak terlalu
panas, namun bisa dikatakan mendung. Aku hanya bisa berdoa agar tidak turun
hujan sehingga memudahkan acara hura-hura kami hari ini, 21 Mei 2016.
“Ini dimana, Syif?” tanyaku mulai
penasaran. “Aku ngga tau eh...” kami terus mengikuti rombongan yang terdiri
dari sepuluh orang tersebut hingga tiba di Jalan Raya Solo- Jogja.
Salah
Jalur
Tibalah kami
di daerah Kalasan, daerah yang sangat asing buatku yang hanya tau jalan
kaliurang, jalan magelang, dan stasiun Tugu Yogyakarta........ krik. Kami terus
melaju dengan semangat kawula muda membara di dada (asli ini bahasanya apa
banget wkwk). Lalu semua berubah saat....”Syif, ini roda empat” plang lalu
lintas berwarna hijau membuatku tercengang. Sementara Syifa masih melaju. “Kita
salah ya?” “Iya”
Entah apa yang ada dipikiran kami
saat itu sehingga tidak ada inisiatif untuk memutar balik. Aku menengok ke
belakang, melihat rombongan Kemal-Hafidz dan Zahra-Yevy. Hanya ada Zahra-Yevy
yang tepat berada di belakang kami. “Eh kalian kok ngikutin, ini kan roda
empat...” kata Syifa. Hening. Tak lama kemudian Kemal-Hafidz muncul, “Eh kalian
kok disitu?” dia berada di jalur sebelah kiri yang terpisah dari kami.
Sialnya....dan singkat cerita, kami
berdua ditilang.
Tebing
Breksi
Setelah
melewati jalan tikus ajaib, kami akhirnya tiba di tebing breksi! YAY YAY.
SELAMAT SELAMAT! Cuaca masih tetap teduh seperti saat kami berangkat. Tebing
yang tersusun atas batu breksi yang membentuk diding raksasa sudah terhampar di
depan pandangan kami. Disana kami sibuk untuk hunting foto (pastinya) dengan
segala gaya, daya, upaya, dan tenaga. Kami menyusuri tangga untuk naik hingga
ke puncak tebing itu. Dari puncaknya, kita bisa melihat landasan udara bandara
adi sucipto dan juga Candi Ratu Boko.
Tak terasa waktu menunjukkan pukul
11:30, kami bersegera pergi ke destinasi selanjutnya, Candi Ijo yang terletak
lebih atas dari tebing breksi. Semua sudah terlihat lelah, lapar, letih,
lunglai. Tampaknya kami memerlukan asupan glukosa sebelum tubuh kami mengalami
glukoneogenesis. Halah. Cuaca berubah menjadi sangat panas dan terik. “Kayaknya
aku iteman ini....” “Pulang-pulang langsung maskeran...”
Candi
Ijo
YAYNESS! Kami sampai di destinasi
kedua yakni Candi Ijo! Welcome guys.
Kami tidak terlalu lama singgah disini karena harus turun ke bawah untuk sholat
dhuhur. Hanya foto-foto ala kadarnya dengan semangat yang tidak semembara di
tebing breksi tadi. Kami butuh asupan glukosa, kakak, help (?). Kami terpencar-pencar, aku hanya memilih duduk di
pinggiran candi dan memotret mereka yang ingin dipotret. “Fan, foto loncat. Aku
mau buktiin kalo aku bisa loncat.” kata Kemal sambil menyerahkan handphone
Yevy. “1 2 3!” pose loncat Kemal kurang greget walaupun tidak bisa dibilang
gagal.
“Gini lho mal, kalau loncat kakinya
ditekuk” kataku menggurui. Tak lama kemudian Hafidz dan Iman ikut project foto loncat. Mereka mulai
mempermasalhkan kaki panjang lebih susah untuk foto loncat. Kemudian, aku
meminta Hafidz untuk memotretku denga pose foto loncat. “Kamu kalo foto loncat
selalu bagus eh, Fan” “Kakinya pendek...” kata Kemal menanggapi. Ok. Fine, gengs.
Mau
Makan Aja Susah
Setelah
menunaikan sholat dhuhur, kami caw untuk menambah asupan glukosa dalam tubuh
(baca: cari makan). Entah kami harus kemana mencarinya, kami tidak tahu arah,
kami hanya mengikuti insting, kami anak baik-baik yang kelaparan. Kami seperti
berkendara tanpa tau arah tujuan. “Wah, bayi sudah mulai lelah...” Kemal
meledekku. Ew....aku menjadi “bayi” di Tutorial 16
karena...paling...imut...aleman. J
Daerah
sekitar komplek candi yang kami merupakan suburb
sehingga cukup susah untuk menemukan tempat makan yang muat untuk sepuluh
orang. Akhirnya kami tiba di warung padang.
Ratu
Boko
Aku bingung
harus memulai darimana saat akan menceritakan Ratu Boko (cie speechless). Kami tiba
disana pukul 14:45 dan langsung pergi ke mushola untuk persiapan sholat ashar. Eits,
lupa. Kami membeli tiket masuk seharga Rp 25.000 dan membayar parkir untuk satu
mobil dan tiga motor. Jalan menuju Ratu Boko hampir sama sepeti ke Candi Ijo
dan Tebing Breksi, menukik dan masih berlubang. Bisa diibaratkan seperti
perjalanan hidup, naik naik naik sulit dan penuh rintangan tapi toh akhirnya
kita akan sampai untuk melihat keindahan di ujung perjalanan (lagi bijak).
Alhamdulillah, sholat ashar is done! Saat kami akan naik menuju
kompleks Ratu Boko, kami bertemu dengan teman kami, Raras, Banun, dan Shela! Yay
yay. “Ayo ibu ibu foto dulu” kata Hafidz. Dia menjadi fotografer profesional
bersama dengan Kemal. “(translated) aku kalau fotoin orang bagus, giliran aku
yang difotoin jelek” curhatan Hafidz. :’) Setelah foto-foto ala ibu-ibu
sosialita, kami berpisah. Raras, Banun, dan Shela akan melanjutkan perjalanan
ke destinasi lain. “Di atas sana luaaas banget, semangat ya!” kata Raras.
Wew, ternyata seperti ini Ratu Boko.......luas.
Bangunan reruntuhan candi dengan di atas rumput hijau yang sangat luas. Weekend menyebabkan sangat ramai orang
datang mengunjungi candi yang diduga merupakan reruntuhan kerajaan mataram
hindu ini. Dengan lincahnya, Yevy sudah berlari kesana kemari minta difoto
hahaha. Ga ada lo ga rame memang, Yev. “Fotoin aku disini nah!” “Eh disini
bagus banget”
Berbagai hal kami alami dari mulai
kebanyakan foto sampai kamera DSLR Ramdan yang kami pinjam kehabisan baterai. Untungnya
Kemal membawa charger kamera dan it works again. Kami menyusuri komplek
Ratu Boko sampai ke seluk beluknya. Hingga kami tiba di salah satu bagian
kompleks candi yang disebut pendapa. View langit sore yang sedikit mendung
tidak menyurutkan semangat kami....untuk foto-foto (-_-).
Disini kami menyaksikan perlombaan
panjat-pendopo-dengan-sekali-hentak! Wkwkwk. Keempat pria tangguh tutorial 16
adalah pesertanya. Fyi, ini hanyalah lomba bikinan kami para cewek-cewek. Aku membawa
handphone Yevy untuk memvideo lomba yang kelihatannya bakal kocak parah ini. Dan
benar....”1 2 3!!!” sudah dapat diduga siapa yang....kalah hahaha, Kemal. Hafidz,
Syihab, dan Iman sudah mencapai atas terlebih dahulu sedangkan Kemal masih ‘nyangkut’.
Hari mulai beranjak sore, sepertinya
kami tidak akan bisa melihat matahari terbenam karena cuaca mendung. “Kita
nginep sini aja, sekalian besok liat sunrise”
kata Syifa ngawur. Kami turun kembali mendekati gapura kompleks Ratu Boko dan
berbaring di hamparan rumput hijau yang luas. Aku dan Zahra kelelahan, kami
berbaring di rumput sembari memandang langit biru pucat yang akan ditinggal
pergi oleh matahari. “Za, kamu tahu kenapa aku pengen ke Ratu Boko?” tanyaku
random. “Kenapa, Fan?” “Karena cerita yang waktu itu aku share ke kamu di line” Zahra mengerutkan dahi berusaha
mengingat-ingat. “Yang Y stands for
Yogyakarta and You” jawabku. “Oooh iya iya” lalu dia tertawa.
Kami berkumpul kembali setelah
beberapa saat terpencar, antara yang ingin leyeh-leyeh dan melanjutkan hunting
foto. “He, mbok sini, kalian tak foto buat kenang-kenangan” Kemal menyiapkan
kameranya. Kami menghabiskan waktu hingga pukul 17:00 di komplek Ratu Boko,
berbicara hal yang sangat random, tertawa bersama di bawah langit sore (?). “Dua
blok lagi ya...aku kok sedih ya. Tapi aku juga seneng hari ini” aku mulai
baper. “Aku lebih ke sedih sih” kata Syifa. Hening sesaat.
“Ayo foto bareng-bareng geeengs!”
“Lope lope”
“Yang cowok tanda silang”
“Sekarang gantiaaan”
“Gini juga bisa jadi love”
“Tanganku ngga bisa gini”
Kemudian di dalam pikiranku muncul
lagu Evergreen dari Westlife.........
I’m
gonna take this moment
And
make it last forever
I’m
gonna give my heart away and pray we’ll stay together
Cos
you’re the one good reason
You’re
the only (girl) that I need
Cos
you’re more beautiful than I have ever seen
I’m
gonna take this night
And
makes it evergreen
Kunci
Kosku Dimana?!?!
Seusai makan
di pondok laras bersama Yevy, Zahra, dan Syifa, aku merogoh tasku. Aku kaget
karena tidak menemukan kunci kosku. GIMANA INI? DIMANA? Aku mulai berpikir
tenang dan mengingat-ingat, dugaanku: tertinggal di tempat aku sarapan. Aku
ditemani Syifa dan Zahra bersama-sama pergi kesana. Alhamdulillah, ternyata
ada.
Our Memories
“Aku sayang
kalian”
“Thanks a lot for today”
Adalah dua hal yang mungkin bisa
dibilang sangat kurang untuk mendeskripsikan betapa aku sayang sama mereka
(alay yo hahaha).
But
gengs, you’re the home when I’m away from home. Thanks for every moments we
share together. The laughs, the jokes, all-bully-things. If I am able to stop
the time, I will stop this moment and repeat it all over again. Maybe few years
ahead, when you miss our moments, you can take a look at this not-enough-good
writing and recall things we’ve done together. Semoga
Allah tetap menjaga persahabatan kita selama lamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaanya. Aamiin Ya Rabbal Alamin