“Mam, ayo ke tous
les jours..” kataku mulai ngga sabar. “Ayo ayo.” Jawab mama yang matanya masih
melirik kearah sepatu-sepatu itu. Beberapa langkah mendekati tous les jours
entah kenapa jantungku makin berdegup kencang. Seolah-olah aku akan bertemu
langsung dengan brand ambassadornya. Oh iya, alasanku ke tous les jours ngga
lain dan ngga bukan adalah untuk melihat brand ambassadornya. Siapakah dia?
Mau dong jadi gelas sama pengaduk adonannya <3 (?) |
Flashback
beberapa bulan lalu waktu aku, Osa, Dea jalan-jalan ke kota kasablanka. Aku
yang baru pertama kali kesini takjub gede banget ini mal (maaf katrok -_-v). Awal
mula kita ke kyochon, restoran korea gitu yang brand ambassadornya Lee Min Ho
(kesukaan dea nih). Setelah puas makan di kyochon, dea pulang ngebungkus dan
dapet tas Lee Min Ho sama posternya. Masuk ke restoran ini semuanya serba Lee
Min Ho, kertas alas piringnya Lee Min Ho. Ada TV yang muterin tentang Lee Min
Ho. Memang Lee Min Ho ada dimana-mana. Lalu kita sholat dan main ke paper clip.
Osa lagi ribet sendiri karena dia mau dijemput buat ke tempat kos kakaknya, aku
sama Dea bingung kita mau pulang naik apa. Akhirnya kita mampir ke tous les
jours. Aku milih roti yang biasa kumakan, muffin coklat sama roti ada sosisnya
gitu. “Fan!!!!” kata Dea setengah syok menunjuk ke tempat pemutaran video. “Oh
M G.”
Kembali ke cerita
tadi. Dengan noraknya aku masuk ke dalam tous les jours sambil menggandeng
tangan mama. Di meja kasirnya terpampang dua poster brand ambassadornya yang
sangat tampan. Aku mencari-cari tempat pemutaran video toko roti ini dan
ternyata diletakkan di bagian atas. Videonya sama seperti yang kulihat di
instagram beberapa hari yang lalu (karena keasyikan sampe kuotaku habis sebelum
waktunya, ini pertama kalinya). Video bertema natal dan tahun baru ini bercerita
kurang lebih begini: si brand ambassador bingung milih baju atasan yang mana. Setelah
milih dia langsung ke dapur untuk bikin kue. Kokinya aja cakep banget ya. Lalu setelah
itu berpindah ke video dimana si brand ambassador mengelilingi pohon natal bersama
beberapa anak kecil. Suasana terlihat begitu ceria dan dia menggendong satu
anak untuk meletakkan bintang di pucuk pohon natal. “Ani mau jadi anak
kecilnyaaaa.” Kataku histeris. Lalu salju pun mulai turun dan dia terlihat
menikmati salju yang menempel di sweater merahnya. “Ani mau jadi saljunya
ajaaaa.” Kemudian si brand ambassador tertawa bersama anak-anak kecil dengan
senyum memikat yang mempesona. Aku benar-benar tidak mengedipkan mata. Video
ini dibuat dengan sangat sempurna. Eh atau brand ambassadornya? Hehehe. Setiap untaian
kata, senyuman diatur begitu proporsional sehingga membuatku makin terpesona. Di
akhir video, dia memegang beberapa tumpuk kado seolah ingin memberikan kepada
yang menontonnya. “Ani mau jadi kadonyaaaa… aaaaaaaa” lanjutku mulai merengek
seperti anak kecil. “Hush hushhh diliatin ibu-ibu itu ngga malu?” kata mama
yang tampaknya mulai malu sama kelakuanku yang super absurd. Aku melirik ke arah
ibu-ibu itu dan tetap saja ngga peduli. “Jadi mau beli apa ini?” tanya mama. “Ngga
tau. Ani kesini cuma mau liat dia.” Rengekku. “Kalau beli dapet poster nggak
ya?” lanjutku. Kebetulan saat itu ada pembeli dan aku melihat dia hanya
mendapat rotinya saja (hahaha). Aku mulai kecewa. “Mam, tanyain dong ke mbaknya
kalau beli dapet apa.” “Tanya sendirilah..” jawab mama. “Ani maluuu. Mama yang
tanya nanti ani pergi dulu ya.” Kataku makin songong. Hening. Kemudian mama
mengimajinasikan percakapan yang akan terjadi:
Aku : Mbak, bonus akhir tahun apa?
Mbak : Adek maunya apa?
Aku langsung
menyahuti imajinasi mama dengan:
Aku : Saya mau brand ambassadornya aja
mbaaak!!! Kataku mulai lagi. Sebenernya aku masih betah disana buat liat si
brand ambassador yang keche parah. Akhirnya aku sadar kalau aku konyol dan
bilang, “Ayo, mama tadi mau kemana? Ke Ace Hardware?” kebetulan Ace Hardware
terletak 1 lantai diatas toko roti itu. Aku ngga bisa bohong kalau pikiranku
masih di sana. Setelah puas keliling Ace Hardware aku dan mama mampir ke scoop
dan paperclip. Keabrsudanku ngga berhenti disitu, dari lantai atas aku
mematai-matai setiap pembeli apakah dapet poster atau engga, ternyata engga. Kecewa
L Destinasi
berakhir (lagi) di tous les jours. Aku kembali merengek-rengek kayak anak kecil
dan dengan sabarnya mama selalu nyahutin rengekanku yang tingkat kekonyolannya
makin ngga bisa ditoleransi. Setelah puas liat brand ambassadornya (lagi),
dengan berat hati akhirnya aku bilang, “Ayo pulang.” Kami pun berjalan ke arah pintu
keluar.
Di tengah
perjalanan mama malah memancing ngomongin si BA. “Dia tinggi banget ya. Duduk aja
badannya masih kelihatan gitu. Kalau kita paling cuman segini.” (ngomongin
poster di deket kasir) “Iya, mam, 180 dia.” Kataku bangga “Mantu mama nanti
kayak gitu ya…” Aku terdiam. Hanya bisa berkata, “Aamiin aamiin. Itu calon
mantu mama..” kataku mulai gila lagi. Mama masih membayangkan dan mengobrol
tentang kriteria mantunya. “Tinggi, karirnya bagus, smart….” Aku memotong
cerita mama, “Dia tinggi. Dia karirnya bagus itu mam…” mataku mengeskpresikan
kekaguman pada si BA. Mama kemudian melanjutkan, “Seiman… dia ngga seiman kan? Berarti
bukan calon imam.” “Nanti dia jadi mualaf mam..” kataku ngeyel parah.