Sebenernya
ini mau dijadikan satu sama postingan sebelumnya tentang cerita umrah, tapi
takut kepanjangan hehehe. Jadi, sepulang umrah aku berusaha lebih baik lagi
dalam mendalami islam dan melaksanakan ibadah. Makkah memang ajaib ya, seakan
habis pulang dari sana pikiran di-refresh
dari hal-hal yang selama ini aku sempet melenceng (bahkan parah). Alhamdulillah
akhirnya ya (?)
Pertama,
dulunya aku ngga kebiasa sholat sunnah rawatib tapi sekarang mulai dibiasakan
mengerjakan sholat sunnah. Dan aku menarget diri supaya minimal sholat sunnah
sebelum atau sesudah sholat wajib. Sunnah itu sebenernya bukan: “kalau
dikerjakan mendapat pahala kalau ditinggalkan tidak berdosa.” tapi lebih ke:
“kalau dikerjakan mendapat pahala kalau ditinggalkan sia-sia.”. Alhamdulillah
nggak cuma sholat sunnah yang mulai aku kerjakan, puasa sunnah senin-kamis juga
mulai dilatih walaupun kadang senin doang, kamisnya tepar ga bangun sahur. He
he. Aku juga mulai belajar sholat tahajjud, berusaha bangun malem pakai alarm.
Termotivasi dari hadits yang bilang kalau do’a orang tahajjud itu laksana anak
panah yang dilepaskan dan tidak akan meleset. Dan satu lagi, kebanyakan
penghuni surga nantinya adalah orang yang bangun di malam hari untuk
melaksanakan ibadah. Tapi keseringannya alarmnya bunyi, aku matiin, tinggal
tidur lagi. Astaghfirullah, godaan syaitan ini kuat sekali. Tapi namanya juga
belajar J
Kedua,
dulunya menganggap orang-orang yang terlalu sering membahas islam di socmed itu
berlebihan. Sekarang malah setiap retweetku bukan lagi akun quotes yang
biasanya, malah jadi akun islami seperti @tausyiahku @haditsku twitternya ustad
Felix, @felixsiauw, dan banyak lagi. Dari timeline user twitter di atas aku makin
banyak belajar soal islam. Di instagram juga follow @islamicpostz yang
keseringan quotesnya aku jadiin DP BBM hehe. Ada lagi buat mengobati kerinduan
tanah suci follow @makkahmadinaah. Banyak deh. Aku juga nggak nyangka aja gitu
kok aku yang dulunya islam KTP bisa jadi islam asli begini. Ngga papa, kan
berubah menjadi lebih baik.
Ketiga,
hijab hijab hijab! WHYYY sudah lama berhijab tapi kok masih belum sesuai dengan
Al-Qur’an dan Hadits?!?!?! Kenapa baru sekarang sadarnyaa? Kenapa dulu keluar
rumah suka ga pake kerudung? Kenapa kalau liat perempuan hijab syar’i malah
kayak “ih”? ya Allah tobat deh tobat saya. Bisa dibaca latar belakang kenapa
aku mulai belajar hijab syar’i di post sebelumnya “Hijab (Syar’i)”. Sekarang
baru sadar manfaatnya berhijab. Apa ya? Ngerasa ada yang jagain dan nyaman aja
karena ngga harus pake yang ketat-ketat. Susah make susah nyopotnya. Wkwk.
Walaupun kalo keluar rumah masih suka di-“neng mau kemana”-in. Atau
“assalamu’alaikum..lho kok ngga dijawab?” (-__-). Banyak perempuan berhijab
cuman belum sesuai sama peraturannya bagaimana. Like I used to be in the past. Dulu suka ga pake kaos kaki, padahal
kaki juga aurat, pake celana jeans padahal ketat dan memang ngga boleh,
kerudung yang ngga menutup dada dan kadang masih nerawang. I remember when my best friend, Aci said, “kamu berhijab kok masih
keliatan kupingnya?” haduh aku malu sekali.
Keempat,
selama ini aku sadar kalau aku belum mengenal Nabi Muhammad SAW sebaik aku
mengenal pesonil Westlife. Astaghfirullah (lagi). Aku hapal dimana dan kapan
masing-masing personil Westlife lahir, warna kesukaan, nama bapak-ibu, istri,
adek-kakak, nama anjingnya Mark (-_-), dll. Tapi aku ga tau tentang Nabi
Muhammad SAW. Kadang malah suka ketuker nama kakek sama ayahnya. Nama ibunya
kadang lupa. Nama istri yang aku tau cuma Siti Khadijah sama Aisyah ra.
Perjuangannya? Ya Allah aku ngga tau dan sekarang aku merasa bersalah banget.
Umat macam apa ini ngakunya islam tapi kok nggak tau apa-apa soal junjungannya,
idolanya, orang yang dianut. Astaghfirullah (lagi). Akhirnya aku banyak beli
buku tentang sejarah Nabi Muhammad SAW, perilaku beliau sehari-hari, sama kalau
beli buku sekarang pasti ada hubungannya sama islam. Meneladani perilaku dan
nabi bersikap dari banyak aspek itu rasanya makin tentram. “Beliau ini perfect.” Batinku sembari membolak-balik
lembar demi lembar. Setiap hal selalu dilakukan dengan baik dan tidak pernah
lupa sama Allah SWT. Beliau rajin ibadah walaupun sudah dapet jaminan surga.
Subhanallah, ngga malu kah kita yang belum tentu masuk surga malah sombong
sekali seolah-olah ngga butuh pahala dan kasih sayang Allah? Coba bayangkan
seandainya kita MALAS sholat, gimana kalau Allah MALAS ngasih kita nafas?
Naudzubillah. Jadi, jangan tinggalkan sholatmu, nak. Tegakkan tiang agama. Aku
ngga lagi terlalu peduli quotes-quotes di twitter, aku malah lebih tertarik
sama hadits-hadits dan berusaha mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
And now, if somebody asks me who is my
idol? I will proudly answer, “Nabi Muhammad SAW.”
Cerita
dikit ya, buku pertama tentang Nabi Muhammad SAW yang kubaca judulnya MUHASABAH
CINTA karangan @tausyiahku dan @haditsku. Awalnya aku ngga tau kalo ini
ujung-ujungnya bahas tentang jodoh. Lembar pertama pun kubuka. Biar aku kutip
dikit ya: “Saat itu Rasulullah berkumpul dengan para sahabatnya. Hadir juga
sahabat beliau yang paling setia, Abu Bakar Ash-Shiddiq. Rasulullah SAW berkata
padanya, “Wahai Abu Bakar, aku begitu
rindu hendak bertemu dengan saudara-saudaraku.” Tiba-tiba suasana menjadi
sepi. Semua yang hadir langsung diam seperti sedang memikirkan sesuatu,
terutama Abu Bakar. Itu pertama kalinya dia mendengar orang yang sangat
dikasihinya mengatakan hal itu. Senyumannya mengembang, wajahnya merona. “Apa
maksudmu berkata demikian, Rasulullah?” Abu Bakar berusaha melepaskan teka-teki
yang menyelimuti pikirannya. “Tidak, Abu
Bakar, kalian adalah sahabatku, bukan saudaraku.” Rasulullah menjawab
dengan lembut. “Kami juga saudaramu,
wahai Rasulullah.” kata seorang sahabat yang lain. Rasulullah menggelengkan
kepala sambil tersenyum. Kemudian beliau bersabda, “Saudara-saudaraku adalah mereka yang belum pernah melihatku tetapi
beriman kepadaku dan mereka mencintaiku lebih dari anak dan orang tua mereka.
Mereka itu adalah saudara-saudaraku dan mereka bersama denganku. Beruntunglah
mereka yang melihatku dan beriman kepadaku, dan beruntung juga mereka yang
beriman kepadaku sedangkan mereka tidak pernah melihatku.” (HR Muslim).
Terbukti kan besarnya kasih sayang dan cinta Rasulullah kepada umatnya,
termasuk kita? Orang-orang yang beriman kepadanya meski lahir jauh hari dari
masanya. Rindu Rasulullah kepada kita sangat besar, melebihi rindunya kepada
sahabat-sahabat yang agung. Bagaimana dengan kita? Apa kita juga merindukan
beliau? Atau, kita justru membiarkan cinta dan kerinduan beliau bertepuk
sebelah tangan? Sudahkah kita menempatkan diri sebagai saudara-saudara yang
dirindukan dan merindukan Rasulullah?” begitu kurang lebih opening bukunya. Diluar dugaan, aku nangis. Aku merasa bersalah.
Begitu rindunya Rasulullah SAW sama kita, tapi kita…….? Inget aja mungkin udah
syukur. Astaghfirullah.
Let me show you the ending yang
nggak kalah nyes juga: “Kemudian anak kesayangan Rasulullah itu kembali menemani ayahnya yang
ternyata sudah membuka mata. Beliau bertanya kepada Fatimah, “Siapa, Anakku?” “Aku tak tahu, Ayah.
Sepertinya baru sekali ini aku melihatnya.” Fatimah menjawab lembut. Rasulullah
menatap putrinya dengan pandangan yang menggetarkan. Satu persatu bagian
wajahnya seolah hendak dikenang. “Ketahuilah,
dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan
di dunia. Dialah malaikat maut.” kata Rasulullah. Fatimah pun menahan
ledakan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi dimana malaikat
Jibril yang biasanya menemani beliau? Rasulullah bertanya-tanya tentang hal
itu. Kemudian, dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit
dunia untuk menyambut ruh kekasih Allah itu. “Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” tanya Rasullah
dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat
telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu.” kata
Jibril. Jawaban itu ternyata tidak membuat Rasulullah lega. Matanya masih penuh
kecemasan. “Engkau tidak senang mendengar kabar ini?” tanya Jibril. “Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku
kelak…” “Jangan khawatir, wahai Rasulullah. Aku pernah mendengar Allah
berfirman kepadaku, ‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad
telah berada di dalamnya.’” Detik demi detik berlalu, hingga tibalah malaikat
Izrail melakukan tugasnya. Perlahan, ruh Rasulullah ditarik. Tampak seluruh
tubuh beliau bersimbah peluh. Urat-urat lehernya menegang, “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.”
Fatimah terpejam. Ali yang berada di samping beliau menunduk semakin dalam.
Sementara Jibril membuang muka. “Jijikkah
kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu, Jibril?” tanya Rasulullah
kepada malaikat pengantar wahyu itu. “Siapakah yang tega melihat kekasih Allah
direnggut ajal.” kata Jibril. Sementara
kemudian, terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi.
“Ya Allah, dahsyat nian maut ini.
Timpakan saja semua derita maut ini kepadaku, jangan kepada umatku.”
Kalimat Rasulullah SAW bikin aku seolah ada disana dan langsung pengen meledak
nangis kayak Fatimah. Beliau senantiasa memikirkan umatnya bahkan menjelang
ajal dan saat dicabut nyawanya. Tapi kita….? Coba lebih mendalami tentang diri
kita dan ketahui betapa Rasulullah SAW sangat sayang sama kita.
Buku-buku 'baru' yang membuaku jadi 'baru' dan lebih baik |
Kelima,
aku jadi terinspirasi nulis di blog lebih banyak soal islam. Pengen belajar
dakwah walaupun sekedar broadcast
dari BBM atau whatsapp. Pengennya
membahas islam ngga henti-henti, karena semakin memperdalam, islam itu makin
indah dan menyejukkan hati. Insya Allah. Aku juga pengen kadang bikin orang
lebih baik dari tulisanku, misalnya yang hijab kemarin, harapanku mereka bakal
keluar dari jalan gelap (kaya aku dulu) ke jalan yang bener. No more tight clothes and your hijab should
cover your chest. Don’t forget to wear shocks, your feet are aurah too.
Keenam,
aku jadi suka denger lagu rohani. Standar dulu deh, lagu insyaAllah-nya Maher
Zain. Lyricnya ngademin dan bikin selalu ingat sama Allah. Chosen one juga
tentang Nabi Muhammad SAW, kadang malah pengen nangis dengernya, rindu sama
Rasulullah SAW.
“Don’t despair and never loose hope. Cause
Allah is always by your side.” dan “Turn
to Allah, He’s never far away. Put your trust in Him. Raise your hands and
pray.” Ngena banget lyricnya.
Perubahan-perubahan
yang cepet ini membuatku kadang suka aneh dan merasa asing sama diri sendiri.
Kayak bukan aku…ini siapa..dulu aku ngga gini..aku terombang ambing dalam
kegalauan mencari jati diri (?) ß
korban puisi. Namun ketentraman hati dan mantabnya iman makin kurasakan setelah
menreboot diriku yang baru ini. Islam
membuatku makin bahagia dan bersyukur. Alhamdulillah ya Allah, semoga aku bisa
menjadi hamba yang lebih baik lagi dan jauhkan kami dari hal-hal yang tidak kau
ridhai. Aamiin.
AminAllahummaAmin..:)
BalasHapus