Tidak
terasa usiaku hampir mencapai kepala 2. Embel-embel ‘teen’ di usiaku akan segera menghilang digantikan dengan ‘ty’ dibelakangnya. “Mama, ani sudah mau
20” kataku di telepon. “Iya, anak mama sudah mau jadi wanita dewasa” “Ngga mau,
masih mau jadi remaja” mama hanya tersenyum mendengar kalimat kekanak-kanakan
itu. Hidup adalah sekolah. Sekolah mengajarkan banyak ilmu. Belakangan ini aku
lebih sering memikirkan sebuah pertanyaan, “aku ingin jadi seperti apa?”
Pertanyaan
itu terus membuatku mencari jawaban yang paling benar. Bahkan hingga saat ini
aku masih belum menemukan sebuah jawaban yang membuatku benar-benar puas. Aku ingin
mencoba semuanya dan memutuskan dimana hatiku berlabuh. Sesuatu hal yang sangat
kusenangi dan akan kugenggam selamanya sebagai tujuan hidupku. Sesuatu yang
akan menjadi pondasi prinsip hidupku. Bukankah begitu yang biasa disebutkan
orang-orang? “Masa muda adalah masa pencarian jati diri”
Akhir-akhir
ini aku banyak memperhatikan kepribadian seseorang. Tentu, manusia tidak
diciptakan sempurna. Selalu ada sisi positif dan negatif. Beberapa karakter sempat
membuatku tertarik dan berpikir, “ah aku ingin seperti dia”. Kemudian aku
berusaha mengimplementasikan karakter itu di dalam diriku. Sesaat aku merasa “ini
bukan aku” dan aku kembali menjadi diriku yang biasanya. Aku hanya ingin out of the box dan keluar dari zona nyamanku. Aku ingin
berubah dari seseorang yang sangat berkutat dengan akademis menjadi seseorang
yang lebih suka berorganisasi. Aku ingin menjadi seseorang yang disenangi
semuanya, tidak bertingkah aneh-aneh, dan bermanfaat bagi sesama. Sekilas terdengar
munafik bukan? Namun, sejujurnya itulah yang sangat kuinginkan.
Hidup
di dunia yang damai. Damai menjalani hubungan baik dengan keluarga, teman, dan
orang lain. Tapi apalah arti semua kedamaian dalam hidup tanpa beberapa ‘gangguan’
yang kadang kita salah mempresepsikan? Kita sering menyebutnya ‘masalah’ atau ‘cobaan
Tuhan’. Ingatkah kita semua saat akan naik kelas yang lebih tinggi? Ya, kita
perlu ujian apakah kita berhak berjalan di level yang lebih tinggi dari
sebelumnya atau tidak. Maka bersama
kesulitan itu ada kemudahan (QS. Al Insyirah : 5). Dan ingatlah satu hal,
Allah tidak akan membani seorang hamba dengan masalah yang tidak mampu ia
selesaikan.
Aku
sempat berpikir bahwa hidup itu lucu. Kok bisa? Ya, terkadang seseorang bisa
saja salah paham dengan tindakan kita. Tak jarang terjadi, niat baik yang kita
lakukan menjadi boomerang bagi diri
kita sendiri. Dari sini aku bisa mengambil sebuah pelajaran untuk jangan
sembarangan bertindak. Sebaik apapun niatmu, sebaik apapun itu terlihat, akan
ada segelintir orang yang tidak suka. Jadi, apakah itu harus menjadi
penghalang? Tidak. Pada akhirnya semua
yang kita lakukan bergantung pada niat. Masalah seseorang akan menanggapinya
seperti apa, itu juga urusan mereka masing-masing. Raditya Dika pernah
berkata, “Ketika karya itu diluncurkan ke
publik, itu menjadi milik publik”. Hal ini tentu tidak jauh berbeda dengan
dari sisi mana kita akan menunjukkan diri kita? Kepribadian yang kita tunjukkan
merupakan sebuah karya yang kita persembahkan kepada publik. Sementara komentar
orang-orang merupakan bentuk apresiasi.
Aku
harus jadi seperti apa? “Jadi diri Fany sendiri” jawab mama di telpon. Tapi aku
ingin menjadi seperti si X yang sangat supel dan bisa bergaul dengan siapa
saja, aku ingin menjadi seperti si A yang bisa berorganisasi dengan baik, aku ingin
menjadi si Z yang memiliki nilai akademis sempurna, aku ingin menjadi si Y
dengan pemahaman agama yang mengagumkan. Semuanya bercampur aduk. Aku ingin
memiliki semua karakter yang bisa kuanggap sebagai susunan dari pribadi yang
sempurna. Ya, aku ingin menjadi seperti itu. Aku ingin bisa bergaul dengan
siapa saja, memiliki nilai akademis yang sempurna, terlebih lagi pemahaman
agama yang mantap.
Tapi,
sadarkah kita? Hal terindah yang dapat dilakukan sebagai bentuk rasa syukur
adalah menjadi sebaik-baiknya versi dari diri kita karena dengan itu kita akan
bisa menjalani hidup dengan bahagia. Pertama, kita harus menerima diri kita
dari sisi kekurangan maupun kelebihan. Jika kita saja tidak bisa menerima diri
kita, bagaimana orang lain bisa? Rasa percaya diri merupakan suatu kunci
kesuksesan hidup. Tidak percaya? Coba lihatlah sederet tokoh yang berhasil
meraih mimpi mereka, Agnez Mo? Aku sempat mendengar beberapa orang mencemooh
mimpinya untuk bisa go international,
tapi apa? Dia mempunyai kepercayaan diri dan tekat yang kuat. Semua itu mungkin
terjadi bila kita bersungguh-sungguh. “Lebih
baik aku menyesal karena melakukan sesuatu daripada ngga melakukan” aku
masih ingat Fao menasehatiku. Go out and
find out.
Kedua,
kembangkan apa yang sudah ada pada diri kita. Jangan sesekali menggangap bahwa
diri kita terlalu jauh lebih buruk dibandingkan orang lain. Setiap orang punya
porsi dan peran masing-masing di dalam kehidupan. Yang harus kita lakukan
adalah bagaimana kita menjalankan peran itu dengan sebaik-baiknya.
Ketiga,
jangan berhenti untuk belajar dan jangan sombong. Ketika hati kita merasa
sombong, kita ibarat gelas yang penuh. Takkan ada lagi sesuatu yang baru yang
bisa jadi lebih baik untuk kita tampung. Banyak-banyaklah merasa ‘kurang’ dalam
ilmu pengetahuan, belajarlah dari siapapun, karena setiap orang pasti punya
cerita inspiratif untuk dijadikan salah satu pandangan dalam hidup.
Keempat,
berpikirlah bahwa setiap masalah pasti ada hikmah dan jalan keluarnya. Hadirnya
masalah merupakan tes bagi kita untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi. Kita mungkin
merasa kesal dan menangis untuk sesaat. Tapi cukup sampai disitu. Jangan bawa
dirimu terlalu dalam berlarut pada prasangka dan kesedihan. Ingat...kesedihan
hanya menyayat sedalam yang kita izinkan *wetzeh*. Saat kita bersedih, kita
kehilangan 60 detik berharga untuk bahagia. Ketika kita punya masalah,
ceritakan ke orang terdekat (atau ke Allah malah lebih boleh), menangislah jika
itu membuatmu lega, tidur, cari cara menuangkan segala emosimu. TAPI, pada
akhirnya, keep your head up. Katakan “cukup!”
untuk perenungan itu. “Life must go on!”
Kelima,
do what is right not what is easy. Kebanyakan
orang akan mencari jalan aman untuk menghindari masalah. Tapi terkadang, kita
justru kelewatan. Baik kepada orang lain itu boleh, tapi kita harus tegas. Di dalam
menjalani kehidupan, selalu ada godaan-godaan yang menggoyahkan prinsip hidup
kita. Terkadang kita terpaksa melakukan sesuatu yang membuat kita tidak nyaman
hanya karena takut menghadapi risiko. But
why not? Take the risks are good sometime.
;)
Aku
rasa kelima hal itu yang akan menjadi prinsipku dalam menjalani hidup. Semakin aku
berpikir bahwa aku sudah mulai beranjak dewasa, semakin aku berpikir ingin
berlari ke masa lalu dan berada disana selama yang aku inginkah. Mengapa? Menjadi
orang dewasa itu melelahkan. Aku tidak akan bisa lagi menunjukkan dengan bebas
apa yang kurasakan dihadapan orang lain seperti saat aku kecil dulu. “I’m gonna smile and tell the whole world I’m
fine”
Kadang
kalau dipikir, hidup ini tidak layak untuk dijalani *alay wkwk* TAPI, kita
sendiri yang bisa menjadikannya layak untuk dijalani.
A strong person is not the one
who doesn’t cry. A strong person is one who is quite and sheds tears for a
moment and then picks up the sword and fights again.
A lot of problems in the world
would dissapear if we talked to each
other instead of talked about each other.
Pernah suatu kali, saat aku
memaksa mempertahankan semuanya, seseorang menepuk pundakku; “Semua yang
milikmu akan kembali padamu, tidak perlu terlalu memaksakan semuanya”
To be beautiful means to be
yourself. You don’t need to be accepted by others. You need to accept yourself.
Things end. People change. And you
know what? Life goes on.
We must never allow other
people’s limited perceptions to define us.
Jangan sombong. Saat kita
bersikap terlalu yakin dan menyombongi orang yang diam, bisa jadi dia diam
karena sedang menyiapkan menu agar kita memakan kesombongan kita sendiri.
Look after your friends. Make sure
they’re okay. Sometimes they are going through things that are really heavy but
they might not say it.
Aku
juga masih perlu belajar. Kiranya jangan sungkan menasehatiku untuk jadi lebih
baik. Mari kita sama-sama belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar