Assalamu’alaikum silent readers! I know you read this (?)
dimanapun kalian berada, apapun yang kalian lakukan, semoga tetap di jalan yang
benar (?).
Yap, di penghujung
sore menjelang maghrib ini saya akan menceritakan sebuah kisah. Kisah kasih di
sungai elo yang penuh kenangan. Wew, dimanakah sungai elo? Di magelang. Ada
kisah apa di sungai elo? Cekidot.
Alhamdulillah
sejak diterima jadi anggota TBMM (Tim Bantuan Medis Mahasiswa), kami kami nih
yang masih tingkat awal dapat kesempatan buat belajar menyelamatkan orang di
air. Acara ini diberi nama Water Rescue.
Beberapa hari sebelum pelaksanaan water rescue udah saling ribut tanya satu
sama lain, “eh kamu bisa berenang nggak?” seperti ada rasa minder-cemas-galau
saat mendengar jawaban “bisa” dari orang yang ditanyai. Dan tiba saatnya aku
ditanyain...Maap nih ya, kalau aku mah jelas bisa. Bisa ngambang :’). Pake
pelampung soalnya wkwkwk. Kemudian Angga menyela, “bisa berenang tidak akan
membantu”. Well, sebagai panitia water rescue dia tentunya udah menjajal
menaklukkan ganasnya sungai elo. Dan, fyi, dia ga bisa berenang.
Jumat,
23 Desember 2016 sebelum terjun ke air kita semua diberi materi oleh TIM SAR
langsung. Eniwei nih, dulu pas aku mau daftar TBMM nggak ngebayangin kalau TBMM
adalah gabungan skill medis dan skill pertahanan di alam. Jadi, jangan heran
kalau di berbagai pelatihan banyak diisi oleh TIM SAR. Water Rescue berlangsung
selama 2 hari, 24-25 Desember 2016. Kebetulan aku kebagian hari Sabtu.
Be
Ready
Berhubung beberapa panitia yang
sudah mencoba terjun langsung ke sungai elo kemarin banyak yang mengalami
gejala seperti di tutorial blok 2.2 skenario 2 (demam dan diare), makanya kita
semua dihimbau untuk minum imboost buat meningkatkan sistem imun kita.
Masih
Sempat Nonton Drama Korea
Yeah, weekend biasanya aku menghibur
diri dengan melihat wajah menawan para oppa-oppa. Namun karena sudah malam dan
besok harus water rescue, akhirnya aku memutuskan untuk tidur. Paginya aku
sudah tiba di FK tepat pukul 6 bersama debi. Nihil. Nobody. Baru mulai ramai
menjelang jam 7 dan baru berangkat jam 7.20. Selama masa penantian yang cukup
menggelisahkan itu, aku memilih untuk memanfaatkan waktuku menonton The Legend
of The Blue Sea. Masih kuat nonton drama korea sebelum bergelut dengan air.
Lumayan lah dapet 1 episode wkakaka!
Salah
Bagi Kelompok
Setibanya di TKP, kami mempersiapkan
peralatan seperti dayung, perahu karet, pelampung, dan topi. Well, kita harus
mengangkat perahunya cukup jauh dari tempat pengambilan perahu. Aku satu
kelompok dengan Mas Zul, yang tak lain dan tak bukan adalah waljamku sendiri.
Selain Mas Zul, ada Aan, Dewi, Mas Olan, dan Mbak Amnaz. Saat melihat list
namanya, “hm mungkin sengaja dipilih yang ukuran badannya mirip-mirip biar
kalau mau latihan nyelamatin gampang” ternyata aku terlalu positive thinking,
guys! Wkwkwk.
Mas Zul dan Aan keberatan mengangkat
perahu karet yang kami letakkan diatas kepala. Lah pie? Pada imut-imut semua
anak ceweknya. Mereka tinggi. Dan kita ngga sampai wkwkwk. “Waduh salah bagi
kelompok aku nih” kata Mas Zul. Sementara Aan masih mengeluh karena berasa
ngangkat perahu karetnya sendirian.
Hematom
Apa itu hematom? Simpelnya hematom
adalah perdarahan di dalam. Itu loh yang biasanya ungu-ungu. Untuk lebih
jelasnya silahkan membuka kamus dorland. Sebagai pidato pembukaan materi oleh
TIM SAR sehari sebelum water rescue, Mas Lukman selaku ketua TBMM sempat
menyinggung tentang ‘bokong hematom’. Sejujurnya, aku tidak tahu maksud arti
sesungguhnya dari 2 kata tersebut. KOK BISA BOKONGNYA HEMATOM?
“Yak, kita akan latihan renang pasif
dan renang agresif ya!” kata mas-mas pemandu kami. Kami terbagi atas 6 kelompok
masing-masing terdiri dari 6-7 orang. Dari awal aku sudah memasrahkan diri,
mengikhlaskan hati, apapun yang terjadi padaku aku pasti bisa melewati semua
ini *backsound we are the champion*. Tibalah giliranku untuk menghanyutkan diri
dan belajar berenang di sungai.
Berenang
di sungai yang benar adalah saat posisi kita ada di arus utama (mainstream).
Aku memposisikan diriku terlentang sambil menggenggam erat dayungku, yang
katanya “itu nyawa kalian, jangan dibiarkan lepas!”. Dan kali pertama ku
mencoba, aku tidak masuk di mainstream. Sambil terhantup-hantup oleh batu dan
berusaha menahan rasa sakit :’) (jadi baper...) aku tetap bertahan. Aku baru
mengerti maksud bokong hematom.....
Cobaan pertama selesai. Cobaan kedua
adalah saat sudah mulai mulus posisi renang terlentang tadi, mas-mas pemandu
memberikan komando, “renang agresif!” ya, reflek, aku membalikkan badan menjadi
telungkup dan berenang sebisaku. Eh ternyata, sungainya makin dalam. Sedalam
cintaku pada Bo Gum. Sebenernya sih kalau dilihat langsung, aku ngga merasa
kalau aku berenang. Aku lemah sekaleeeee. Lemah sekali di air. Udah di kolam
biasa aja ga betah, ini disuruh berenang ngelawan arus sungai. Apalah daya
diriku yang hanya bisa melihatnya dari kejauhan ini (?), aku ‘hanyut’ lagi
sampai ke pos berikutnya.
Ini bukan Putri Duyung di Dramanya Lee Min Ho gais |
Flip
Flop, Belajar Naik Perahu
Yaps! Setelah selesai ISHOMA kami
semua melanjutkan kegiatan. Kali ini kami menggunakan perahu karet yang sudah
diangkat dengan susah payah tadi (walaupun yang ngangkat cuma Mas Zul sama
Aan). Kami harus menghanyutkan diri dulu untuk sampai ke perahu. OMG, ternyata
naik ke perahu ngga segampang biasanya. Akhirnya Mas Zul menarik pelampungku
karena ga bisa bisa naik sendiri wkwkwk. Sebenernya ini siapa yang belajar
water rescue?!?!!?
Selebihnya kita semua seperti
rafting biasa, hanya terkadang setelah beberapa jeram kami belajar untuk
mendayung melawan arus. Para wisatawan awam sibuk berkomentar, “wih ngelawan
arus”....krik. Terkadang kita berhenti hanya untuk latihan naik ke perahu lagi
dari air. I still cannot do this. Tiba-tiba aku jadi teringat iklan, “Ketik REG
spasi lalala...” lalu si mbah peramal akan bilang, “Kamu ini nggak cocok di
air”, dengan senang hati aku akan berkata, “tidak salah lagi, mbah!” wkwkwk.
Kondisi perahu yang selalu
muter-muter kena arus membuatku mulai pusing. Apalagi aku sempat hanyut lagi.
Yah wkwkwk, ini apa boleh buat bisanya jadi korban terus yang harus ditolongin.
Sementara kondisi pelampungku yang kurang kenceng memperparah pusingku, setiap
aku melompat ke air pelampungnya akan sedikit naik ke atas dan mendesak
leherku, kemudian terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan terjadilah
pusing (patogenesis ngawur tenan wkwk).
“Fany,
jangan panik!”
ALHAMDULILLAH!
Tibalah kami di rest area. Aku sudah ngga kuat. Kepalaku terlalu
berputar-putar. “Flip flop sekali lagi ya” kata mas pemandu di perahu kami. Mas
Gendut, sapaan akrabnya meloncat ke air duluan sementara Aan memegang tali
untuk membalikkan perahu. Aku sudah kehilangan fokusku. Tiba-tiba saja perahu
sudah terbalik dan aku ada di bawahnya. Jadilah aku kayak ikan lele yang mau
dibeli orang di pasar, menggelepar alay dan panik ga bisa nafas. Aku hanya bisa
mendengar suara Dewi, “Fany masih di bawah perahu!” dan suara Mas Zul, “Fany,
tenang dulu jangan panik ya. Nyelem dulu, nyelem dulu”. Tanpa pikir panjang aku
langsung menyelam dan akhirnya bisa keluar.... Ya Allah cobaan macam apa ini,
udah pusing, pake acara ketinggalan di bawah perahu yang kebalik L
Mesin
Cuci dan Hematom KDRT
Mbak Riza memberiku Paracetamol
untuk meredakan pusingku. Alhamdulillah sembuh. Di rest area setelah kita makan
snack, kita akan melakukan simulasi. Ada yang jadi korban, ada yang jadi
perenang, dan pemegang thrower. Yang paling menantang adalah saat kita harus
menjadi korban. WHY?!?!? Bukannya enak tinggal hanyut aja? Iyasih tapi....Kita
harus loncat dulu dari tebing yang cukup tinggi ke dalam arus jeram kemudian
hanyut. Arus jeram itu mirip mesin cuci. Ya Allah cobaan apalagi ini wkwkwk.
Sebenarnya sebelum berangkat tadi
kami semua sudah membicarakan, “eh nanti katanya disuruh lompat dari tebing
lho” “Ya lompat aja” kataku enteng. “Beneran ya, Fan?” “Iya” kataku mantab
(wetzeh gatau apa deg-degannya melebihi saat berpapasan dengannya) wkwkwk.
Akhirnya aku melompat. Sepertinya, aku tipe orang yang anti mainstream wkwkwk.
Lagi-lagi ga masuk mainstream dan akhirnya kehantup batu yang ukurannya lebih
besar daripada yang pertama tadi tepat di pinggang kiriku. Saat aku kembali
naik ke daratan, aku langsung ‘dimarahin’ sama Ivan. “Kamu itu tadi serem
banget lho jatuhnya”....hening. Dengan muka tanpa dosa aku cuma bisa bilang,
“Iya po?” sambil senyum-senyum. Nisa dan Mbak Anggun juga ga jauh beda. Apa
seserem itu aku tadi? Ternyata pinggangku juga hematom gede buanget dan kata
Rara kayak korban KDRT......
Ending
Kami melanjutkan perjalanan lagi
sampai ke pemberhentian terakhir. “Siapa mau benerang? Ini lagi enak arusnya”
kata Mas Gendut. Semua tanpa ragu langsung menceburkan diri dan terlentang
mengikuti aliran arus yang tenang. Aku juga mupeng lama-lama. Hm, ternyata enak
juga. Hanyut dibawa arus sambil lihat langit sore dan pohon-pohon tinggi. Anak
rumahan akhirnya merambah alam wkwkwk.
Encok
Ternyata hematom bukan satu-satunya
efek samping dari water rescue. Keesokan paginya saat aku bangun, punggungku
terasa kaku seluruhnya. Dan kalau jalan jadi kayak nenek-nenek karena dipakai
tegak sakit. Well well well.
Sudah, sampai sini
dulu ya ceritanya gais! Ending 2016 yang wow wow wow! Hehehehe. Makasi Mas Zul,
Mas Olan, Mbak Amnaz, Aan, Dewi, semua panitia, dan pemandu!!! This is my first
and....unforgetable lah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar