Menjadi
satu-satunya bukan berarti semua keinginan bisa dipenuhi begitu saja. Menjadi
satu-satunya bukan juga bakal dimanja seperti kebanyakan orang berasumsi.
Dibalik semua itu tersimpan tanggung jawab yang besar sebagai “satu-satunya”
penerus keluarga. Ya, anak semata wayang kadang sering dipandang sebelah mata
bagi sebagian orang. Kenapa? Karena mereka berpikiran berlawanan seperti yang
ada di kalimat pertama dan kedua.
Menjadi
satu-satunya penerus memerlukan tanggung jawab yang besar untuk menjadi
seseorang yang sukses dan nantinya membanggakan kedua orang tua. “Satu-satunya”
kebanggaan orang tua. Memikul tanggung jawab yang sebesar itu juga diperlukan
persiapan yang tidak main-main.
Tak jarang anak
yang bukan anak tunggal ingin menjadi seperti anak tunggal yang mereka pikir
akan mendapatkan segala yang diinginkan. Tak semuanya seperti itu. Salah satu
faktor yang menentukan adalah kondisi ekonomi orang tua si anak. Jika orang tua
mampu, mau anaknya lebih dari satu juga akan terpenuhi dan berlaku sebaliknya.
Orang tua selalu ingin membahagiakan anak-anaknya dan mengupayakan yang
terbaik. Namun, kondisi ekonomi orang tua bukanlah satu-satunya alasan
terpenuhinya kebutuhan. Bermanfaat tidaknya sesuatu yang hendak dibeli oleh si
anak juga harus menjadi pertimbangan, tidak semua bisa terbeli.
Memang menjadi anak tunggal menyenangkan,
seperti: kita tidak dibanding-bandingkan dengan kakak/adik, perhatian orang tua
akan terpusat pada kita, orang tua akan berusaha menjaga dan memenuhi segala kebutuhan
anaknya, mungkin bagi sebagian orang menjadi “tunggal” enak karena no more fight with siblings. Hayo ngaku
yang suka rebutan sesuatu sama adek/kakaknya.
Disisi lain kita
juga merasa sendiri, tidak ada kakak yang bisa kita tanyai pendapat dan ajak
curhat maupun sharing, tidak ada adek
yang rela disuruh-suruh. Curhat: aku pengen punya kakak cowok sama adek cewek.
Kenapa kakak cowok? Karena kakak cowok itu seru. Kalo adek cewek? Ya karena
cewek lebih nurut dibanding cowok jadi ya biar bisa disuruh-suruh dikit-dikit
gitu (plak).
Jujur alasanku
bikin postingan ini karena kadang saya merasa diremehkan sama sebagian orang.
Mentang-mentang anak tunggal dikira hidup “nyaman” seperti yang mereka
bayangkan. No way!
Jadi intinya,
jangan mengunderestimate anak tunggal
dulu. Meskipun kelihatannya enak, tapi tanggung jawabnya besar. Semua hal tentu
punya sisi positif dan negatif. Syukuri apa yang ada dan upayakan yang terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar