“Tuh si X aja
bisa.”
“Mana si Y? Coba
kerjakan ke depan.”
Sebagai
murid pasti kita pernah denger yang beginian ini kan. Kadang kita juga sebel
sama guru yang suka membeda-bedakan muridnya. Aku sebenernya kurang suka sama
hal seperti ini. Ini bisa jadi salah satu faktor yang menghambat pembelajaran.
Si murid yang awalnya seneng dan fresh, ketika dia ngga bisa atau nilainya
jelek bakal seolah ‘dijatuhkan’ begitu saja. Pahit, hiks. Begitu juga kalau ada
guru yang punya anak emas, begitu si anak emas ngga sejago dulu lagi bakal di
sisihkan. Pahit, hiks. Kalimat, “Tuh si X aja bisa.” Memang seharusnya
menggugah semangat kita lagi untuk bisa menyamai si X. Tapi disisi lain tiap
orang kan punya kemampuan berbeda-beda. Jangan diharapkan semuanya mendapat
hasil sama rata. Guru juga seharusnya membimbing siswanya secara personal bila
perlu. Bimbingan ngga hanya sebatas materi pelajaran yang harus dituntaskan.
Tapi juga dari segi moral. Apa jadinya apabila ada murid yang berotak cemerlang
tapi akhlaknya kurang? Secara ngga langsung guru juga jadi panutan dalam
bersikap. Children see, children do.
Contohnya aja nih kalau mau upacara bendera tiap hari senin, pasti kan ada satu
guru yang ‘halo-halo’ di mic nyuruh turun secepatnya ke lapangan. Ada yang
langsung turun dan ada yang masih ogah-ogahan. Dari sisi guru juga seharusnya
sudah siap lebih dulu dengan barisan rapi di lapangan. I’m pretty sure it will work. Setidaknya guru memberikan contoh:
ini loh kalo upacara cepat ke lapangan dan baris rapi.
Back
to guru yang suka menganak-emaskan, menurutku menganak-emaskan ini bisa bikin
murid yang lain a bit down. Karena
pada dasarnya setiap orang punya cara menanggapi yang berbeda-beda. Misal: si A
jadi makin termotivasi dan berniat meniru keberhasilan di X tadi. Sedangkan si
B makin merasa dikucilkan dan ngga bisa ngapa-ngapain. Yang kasihan yang kayak
B nih, jadi ngga ada minat sama sekali buat belajar pelajaran itu. Lebih baik
disamaratakan perhatian ini. Masing-masing murid juga perlu dipuji, I think J. Dan menurutku guru harus bisa
merangkul seluruh kelas sehingga murid tidak merasa dibedakan antara satu
dengan yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar