Sabtu, 12 April 2014

Kerja Kelompok atau.......


Dimulai ketika guru memberi tugas kelompok tentang sesuatu. Kalau kita dengar, kelompok jelas lebih dari satu orang. Kerja kelompok berarti kerja yang dilakukan lebih dari satu orang. Tapi apakah memang begitu kenyataannya?

Berawal mula-mula ketika mager-mageran ngerjain tugas dan akhirnya hanya satu atau segielintir saja yang kerja. Itu tipe yang pertama. Yang kedua: mager-mageran dan hanya satu-dua yang kerja sedangkan yang lain kerja juga tapi engga sebanding dengan yang satu-dua tadi. Atau tipe yang ketiga: semuanya mager ngerjain dan dikerjain baru hari H. Setidaknya 3 tipe itu yang sering aku amati. Tapi disisi lain, kelar atau engganya tugas, bagus atau tidaknya, sebanding atau engganya tugas masing-masing anggota tergantung juga sama dengan siapa kita berkelompok. Makanya, kadang lebih suka pilih kelompok sendiri.

Di suatu kelompok ini biasanya guru menentukan siapa ketuanya. Atau kalau ngga ditentukan, anggota lain akan mengangkat salah satu temannya untuk jadi ketua. Jadi, ketua menurutku kebanyakan ngga enaknya, kita harus tau semuanya karena kita yang menghandle. Kadang kalau ada yang ngga ngerjain, mau ngga mau kita harus ambil alih. I believe in equality. Semua anggota harusnya punya tugas yang sebanding. Ngga yang ketua yang paling berat.

Disisi lain kalau jadi ketua harus bisa mengatur anggota kelompok yang “begitu”. You know what I mean lah. Ketua itu ibarat tempat bernaung, weits. Anggotanya pasti nanya, “eh ini gimana….?” Dan bla bla bla. Jadi ketua, kita bertemu banyak tipe orang yang karakternya beda-beda dalam menyelesaikan tugas. Ada yang lelet, cepet, ngga serius, on time, dan lain-lain deh. Kadang kalau pengen negur agak sungkan gimana gitu ya. Kalau ngga ditegur ya gitu-gitu mulu. Hft. Ini curhat nih kayaknya hahaha hadoh maaf ya. Jadi bingung nih ending post ini mau diapakan, happy or sad? (?)

Oiya, mamaku ngasih tips nih buat kalau kayak gitu. Biar kerjanya sebanding dan mudah dihandle. Pertama, ambil kertas dan bikin tabel “nama”, “tugas”, “deadline tugas”, “tanda tangan”. Ketua harus bikin nih. Dari sini kita bisa tau mana yang on time dan serius mana yang lelet dan ngga niat. Di akhir kerja kelompok, kita serahkan kertas ini ke guru. Paling engga kalau ada anggota yang kerjanya lebih berat, guru tau siapa yang ngga ngerjain tugasnya. Tapi masalah akan berbeda kalau nilainya diambil dari nilai kelompok, jeng jeng jeng!!!!!

Kadang ada tipe ketua yang lebih baik ngerjain sendiri daripada tugas ngga kelar. Bener sih ketua harus bertanggung jawab sama semua tugas. Kelar atau engga. Bagus atau engga semuanya tergantung ketua. Back to “I believe in equality”. Kita belum jadi big boss. Baru ketua kelompok di sekolah. Kenapa mesti susah payah ngerjain banting tulang sendirian cuma buat memenuhi nilai mereka-mereka yang gabut?


Nulis postingan ini jadi kebawa emosi lol lol. Udahan aja ya. Terima kasih.

Something Never Changed

Diam sejenak dan memanggil memori ketika akan menghadapi ujian nasional SMP. Masa-masa tegang ini aku lewati bersama teman-teman Jupanca. UN tegang? Ngga juga sih. Tapi ini juga sebagai penentuan nasib ke depannya, malah bisa jadi menentukan kualitas SMA kita nanti. Study hard but also play hard. Hampir setiap hari kita belajar bareng di rumahku karena yang paling deket dari sekolah. Kadang jalan kaki, kadang di jemput, kadang naik becak. Goceng aja kok. Kita juga ada intensif tiap pagi. Dan paling ngantuk adalah pelajaran bahasa Indonesia, as always.

Salah satu memori yang paling melekat di kepala adalah pelajaran conversation. Karena menurutku ini pelajaran paling seru, gurunya sama seperti guru bahasa Inggris, bu Kanti. Kebanyakan kita isi dengan mini drama beberapa orang dalam satu kelompok dan kadang 2 orang. Dulu pas aku masuk pertama kali, aku belom kenal siapa-siapa dan masih polos (?). Duduk paling depan diantara Danu dan Ofi. Dan ketika itu Ofi pasangan sama Vicko. Aku sama Danu. Dulu pertama ngeliat Danu aku agak takut hahaha. Eh taunya…. Akhirnya kita bikinlah naskahnya. Percakapannya kalo kata anak sini “ngga danta” hahaha. Ceritanya tentang “nightmare” aku mati apa gimana gitu, itu Danu yang bikin. Dan aku makin memvonis kalo Danu ini kejam. Harus kuakui ide anak-anak di kelas ini sangat kreatif kalo bikin drama. Aktingnya juga kayak beneran. Bahasa Inggrisnya top! Aku makin kagum sama kelas baruku ini.

Another memorable memory: pas pulang sekolah aku, Ofi, Heral, Rido, Vicko, Danu belajar bareng di rumahku. Mereka sukanya di pinggir kolam ikan diterpa hembusan angin. Seperti anak-anak pada umumnya, kita bercanda. Pakar lawak adalah Danu dan yang terbully biasanya Rido. Dan ini membuatku terpikir teori baru: tiap ada lawakan beberapa orang, kadang diikuti lawakan bully-an untuk salah satu orang yang ada disitu. Ngga kerasa udah waktu dhuhur dan kita sholat. Karena tampatnya terbatas jadi solatnya 3 orang 3 orang. Nah pas yang cowok sholat, mereka bercanda mulu dan aku agak sebel. Agak ya? Lama-lama aku sebel banget sih. Mereka mau belajar atau main sebenernya. Akhirnya aku teriakin, sumpah aku khilaf, teman-teman. Awalnya cuma mau bercanda eh pas aku teriak sekali mereka masih cekikikan, aku teriak kedua kali baru mereka diem. Pas itu aku mau ketawa karena bercanda sebenernya tapi lama-lama sebel, dan kalo aku sebel pasti nangis. I still don’t know why. Ofi nenangin aku di kamar. Yah aku pengen ngakak kalo inget itu. Setelah selesai solat, suasanya menjadi hening. Kita membahas soal. Dan semua pada minta maaf. The end.


Oiya, aku, Ofi, Vicko, dan Danu les fisika privat bareng di rumahku sama bu Dewi. Awalnya cuma aku sama Ofi aja terus Vicko mau ikut. Akhirnya kita les bareng bertiga. Beberapa hari kemudian Danu juga ikut. Kadang kalau jam lesnya berdekatan sama waktu pulang sekolah, mereka langsung ke rumahku dan ishoma. Dan kekonyolan pun terjadi disela-sela keheningan kita lagi makan siang, “Fan, ini sendok apa sih kok besar banget?” kata Danu. Dia makan pakai sendok itu. Dan setelah aku telusuri, “itu sendok sayur, Dan” kataku nahan geli dan kita semua ketawa. Dan kejadian ini ngga cuma sekali tapi 2 kali. Ck ck ck. Habis itu kita sholat. Dan Vicko suka usil juga disini. Mereka suit dulu, yang kalah jadi imam. Nah waktu itu Danu yang jadi  imam. Kalau batal 3 kali kan harus wudhu lagi, misi Vicko atau tepatnya misi kami juga yang terpengaruh Vicko adalah membuat Danu batal sampe wudhu lagi *ketawa setan*. Lagu saat Danu takbir, kita ngga ikut. Kita malah ngakak bertiga dan ngelawak. Akhirnya berhasil, Danu batal 3 kali dan wudhu lagi.

Back to school story, Jupanca adalah kelas yang kompak banget. Waktu itu tempat wudhu anak laki-laki lagi direnovasi jadinya wudhu di tempat anak perempuan. Disini juga terjadi saling pembatalan wudhu, kalo yang cewek udah selesai, yang cowok wudhu. Dan kadang suka megang sampe jadinya batal hft. Kita juga tiap hari sholat duha bareng. Danu lagi Danu lagi, semuanya udah takbir (kan sholat jamaah), dia belum. Dia bakal nengok ke anak cewek di depan mukanya dan bilang “Ha” ngagetin gitu. Ada yang ngakak dan batal. Ada yang tahan kayak aku B)  

Another memory: waktu mendekati UN makin dekat dan kita ada doa bareng antara murid, guru, sama ortu. Papaku waktu itu ngga mau dateng dan aku nangis dari mulai gerbang sekolah. Aku pengen langsung cerita ke Ofi. Dia udah stand by depan kelas. Aku melangkah masuk gerbang perlahan sambil mengusap air mata. “Fan!” ah mampus ada orang. Aku bingung sambil ngelap air mata. Namun mata sembab takkan pernah bisa disembunyikan. Itu Vicko ternyata. Kita jalan ke kelas bareng dan aku macam curhat kilat sama dia sambil nangis sesengukan gitu hahaha. Aku inget Vicko kayak bingung gitu. Aku juga bingung sih (?).


Akhir kisah SMP kami bisa Anda baca di postingan “Jupanca yeahh”. Akhir postingan ini, Ofi masuk ke SMAN 1 Lawang sedangkan Vicko daftar jalur mandiri di SMAN 3 Malang. Danu memilih masuk SMKN 1 Singosari. Dan aku ke SMAN 44 Jakarta. 








Love

I do not know anything about it
I saw many of them
Going home together, spend almost all of their spare time together
People say it’s like the world is owned by both of you
People say it’s like jumping a really tall building when your brain tells you it’s not good idea but your heart tells you that you can fly
Commit and then break up few months later
The way I see it’s like a cycle repeat all over again
Isn’t it tiring?
For me who only saw, it’s really sucks and ridiculous
How can we love someone and then break up that fast?
All things they know about love is not like what I’ve learned and known all this time
I feel that love is not only for temporary but it’s forever
It’s not about breaking up after you both argue and find that that you don’t match anymore
But it’s about finding the best solution for every obstacle
It’s not about breaking the walls alone but to unite your strength together

For me, love is not only about boyfriend
If you love people right, you will love him that way
Nothing can separate both of you as long as you both understand the power of love
Nobody left behind because you both are always going straight and face every challenge together

Dear someone out there, this is too beautiful and fascinating
I will wait for our turn to get along this journey together till the end