Sabtu, 19 November 2016

Prinsip Hidup



Tidak terasa usiaku hampir mencapai kepala 2. Embel-embel ‘teen’ di usiaku akan segera menghilang digantikan dengan ‘ty’ dibelakangnya. “Mama, ani sudah mau 20” kataku di telepon. “Iya, anak mama sudah mau jadi wanita dewasa” “Ngga mau, masih mau jadi remaja” mama hanya tersenyum mendengar kalimat kekanak-kanakan itu. Hidup adalah sekolah. Sekolah mengajarkan banyak ilmu. Belakangan ini aku lebih sering memikirkan sebuah pertanyaan, “aku ingin jadi seperti apa?”

Pertanyaan itu terus membuatku mencari jawaban yang paling benar. Bahkan hingga saat ini aku masih belum menemukan sebuah jawaban yang membuatku benar-benar puas. Aku ingin mencoba semuanya dan memutuskan dimana hatiku berlabuh. Sesuatu hal yang sangat kusenangi dan akan kugenggam selamanya sebagai tujuan hidupku. Sesuatu yang akan menjadi pondasi prinsip hidupku. Bukankah begitu yang biasa disebutkan orang-orang? “Masa muda adalah masa pencarian jati diri”

Akhir-akhir ini aku banyak memperhatikan kepribadian seseorang. Tentu, manusia tidak diciptakan sempurna. Selalu ada sisi positif dan negatif. Beberapa karakter sempat membuatku tertarik dan berpikir, “ah aku ingin seperti dia”. Kemudian aku berusaha mengimplementasikan karakter itu di dalam diriku. Sesaat aku merasa “ini bukan aku” dan aku kembali menjadi diriku yang biasanya. Aku hanya ingin out of the box  dan keluar dari zona nyamanku. Aku ingin berubah dari seseorang yang sangat berkutat dengan akademis menjadi seseorang yang lebih suka berorganisasi. Aku ingin menjadi seseorang yang disenangi semuanya, tidak bertingkah aneh-aneh, dan bermanfaat bagi sesama. Sekilas terdengar munafik bukan? Namun, sejujurnya itulah yang sangat kuinginkan.

Hidup di dunia yang damai. Damai menjalani hubungan baik dengan keluarga, teman, dan orang lain. Tapi apalah arti semua kedamaian dalam hidup tanpa beberapa ‘gangguan’ yang kadang kita salah mempresepsikan? Kita sering menyebutnya ‘masalah’ atau ‘cobaan Tuhan’. Ingatkah kita semua saat akan naik kelas yang lebih tinggi? Ya, kita perlu ujian apakah kita berhak berjalan di level yang lebih tinggi dari sebelumnya atau tidak. Maka bersama kesulitan itu ada kemudahan (QS. Al Insyirah : 5). Dan ingatlah satu hal, Allah tidak akan membani seorang hamba dengan masalah yang tidak mampu ia selesaikan.

Aku sempat berpikir bahwa hidup itu lucu. Kok bisa? Ya, terkadang seseorang bisa saja salah paham dengan tindakan kita. Tak jarang terjadi, niat baik yang kita lakukan menjadi boomerang bagi diri kita sendiri. Dari sini aku bisa mengambil sebuah pelajaran untuk jangan sembarangan bertindak. Sebaik apapun niatmu, sebaik apapun itu terlihat, akan ada segelintir orang yang tidak suka. Jadi, apakah itu harus menjadi penghalang? Tidak. Pada akhirnya semua yang kita lakukan bergantung pada niat. Masalah seseorang akan menanggapinya seperti apa, itu juga urusan mereka masing-masing. Raditya Dika pernah berkata, “Ketika karya itu diluncurkan ke publik, itu menjadi milik publik”. Hal ini tentu tidak jauh berbeda dengan dari sisi mana kita akan menunjukkan diri kita? Kepribadian yang kita tunjukkan merupakan sebuah karya yang kita persembahkan kepada publik. Sementara komentar orang-orang merupakan bentuk apresiasi.

Aku harus jadi seperti apa? “Jadi diri Fany sendiri” jawab mama di telpon. Tapi aku ingin menjadi seperti si X yang sangat supel dan bisa bergaul dengan siapa saja, aku ingin menjadi seperti si A yang bisa berorganisasi dengan baik, aku ingin menjadi si Z yang memiliki nilai akademis sempurna, aku ingin menjadi si Y dengan pemahaman agama yang mengagumkan. Semuanya bercampur aduk. Aku ingin memiliki semua karakter yang bisa kuanggap sebagai susunan dari pribadi yang sempurna. Ya, aku ingin menjadi seperti itu. Aku ingin bisa bergaul dengan siapa saja, memiliki nilai akademis yang sempurna, terlebih lagi pemahaman agama yang mantap.

Tapi, sadarkah kita? Hal terindah yang dapat dilakukan sebagai bentuk rasa syukur adalah menjadi sebaik-baiknya versi dari diri kita karena dengan itu kita akan bisa menjalani hidup dengan bahagia. Pertama, kita harus menerima diri kita dari sisi kekurangan maupun kelebihan. Jika kita saja tidak bisa menerima diri kita, bagaimana orang lain bisa? Rasa percaya diri merupakan suatu kunci kesuksesan hidup. Tidak percaya? Coba lihatlah sederet tokoh yang berhasil meraih mimpi mereka, Agnez Mo? Aku sempat mendengar beberapa orang mencemooh mimpinya untuk bisa go international, tapi apa? Dia mempunyai kepercayaan diri dan tekat yang kuat. Semua itu mungkin terjadi bila kita bersungguh-sungguh. “Lebih baik aku menyesal karena melakukan sesuatu daripada ngga melakukan” aku masih ingat Fao menasehatiku. Go out and find out.

Kedua, kembangkan apa yang sudah ada pada diri kita. Jangan sesekali menggangap bahwa diri kita terlalu jauh lebih buruk dibandingkan orang lain. Setiap orang punya porsi dan peran masing-masing di dalam kehidupan. Yang harus kita lakukan adalah bagaimana kita menjalankan peran itu dengan sebaik-baiknya.

Ketiga, jangan berhenti untuk belajar dan jangan sombong. Ketika hati kita merasa sombong, kita ibarat gelas yang penuh. Takkan ada lagi sesuatu yang baru yang bisa jadi lebih baik untuk kita tampung. Banyak-banyaklah merasa ‘kurang’ dalam ilmu pengetahuan, belajarlah dari siapapun, karena setiap orang pasti punya cerita inspiratif untuk dijadikan salah satu pandangan dalam hidup.

Keempat, berpikirlah bahwa setiap masalah pasti ada hikmah dan jalan keluarnya. Hadirnya masalah merupakan tes bagi kita untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi. Kita mungkin merasa kesal dan menangis untuk sesaat. Tapi cukup sampai disitu. Jangan bawa dirimu terlalu dalam berlarut pada prasangka dan kesedihan. Ingat...kesedihan hanya menyayat sedalam yang kita izinkan *wetzeh*. Saat kita bersedih, kita kehilangan 60 detik berharga untuk bahagia. Ketika kita punya masalah, ceritakan ke orang terdekat (atau ke Allah malah lebih boleh), menangislah jika itu membuatmu lega, tidur, cari cara menuangkan segala emosimu. TAPI, pada akhirnya, keep your head up. Katakan “cukup!” untuk perenungan itu. “Life must go on!”

Kelima, do what is right not what is easy. Kebanyakan orang akan mencari jalan aman untuk menghindari masalah. Tapi terkadang, kita justru kelewatan. Baik kepada orang lain itu boleh, tapi kita harus tegas. Di dalam menjalani kehidupan, selalu ada godaan-godaan yang menggoyahkan prinsip hidup kita. Terkadang kita terpaksa melakukan sesuatu yang membuat kita tidak nyaman hanya karena takut menghadapi risiko. But why not? Take the risks are good sometime. ;)

Aku rasa kelima hal itu yang akan menjadi prinsipku dalam menjalani hidup. Semakin aku berpikir bahwa aku sudah mulai beranjak dewasa, semakin aku berpikir ingin berlari ke masa lalu dan berada disana selama yang aku inginkah. Mengapa? Menjadi orang dewasa itu melelahkan. Aku tidak akan bisa lagi menunjukkan dengan bebas apa yang kurasakan dihadapan orang lain seperti saat aku kecil dulu. “I’m gonna smile and tell the whole world I’m fine

Kadang kalau dipikir, hidup ini tidak layak untuk dijalani *alay wkwk* TAPI, kita sendiri yang bisa menjadikannya layak untuk dijalani.

A strong person is not the one who doesn’t cry. A strong person is one who is quite and sheds tears for a moment and then picks up the sword and fights again.

A lot of problems in the world would dissapear if we talked to each other instead of talked about each other.

Pernah suatu kali, saat aku memaksa mempertahankan semuanya, seseorang menepuk pundakku; “Semua yang milikmu akan kembali padamu, tidak perlu terlalu memaksakan semuanya”

To be beautiful means to be yourself. You don’t need to be accepted by others. You need to accept yourself.

Things end. People change. And you know what? Life goes on.

We must never allow other people’s limited perceptions to define us.

Jangan sombong. Saat kita bersikap terlalu yakin dan menyombongi orang yang diam, bisa jadi dia diam karena sedang menyiapkan menu agar kita memakan kesombongan kita sendiri.

Look after your friends. Make sure they’re okay. Sometimes they are going through things that are really heavy but they might not say it.

Aku juga masih perlu belajar. Kiranya jangan sungkan menasehatiku untuk jadi lebih baik. Mari kita sama-sama belajar.