Rabu, 28 Desember 2016

JERAAAAAAAMMMM!

Assalamu’alaikum  silent readers! I know you read this (?) dimanapun kalian berada, apapun yang kalian lakukan, semoga tetap di jalan yang benar (?).

Yap, di penghujung sore menjelang maghrib ini saya akan menceritakan sebuah kisah. Kisah kasih di sungai elo yang penuh kenangan. Wew, dimanakah sungai elo? Di magelang. Ada kisah apa di sungai elo? Cekidot.

Alhamdulillah sejak diterima jadi anggota TBMM (Tim Bantuan Medis Mahasiswa), kami kami nih yang masih tingkat awal dapat kesempatan buat belajar menyelamatkan orang di air. Acara ini diberi nama Water Rescue. Beberapa hari sebelum pelaksanaan water rescue udah saling ribut tanya satu sama lain, “eh kamu bisa berenang nggak?” seperti ada rasa minder-cemas-galau saat mendengar jawaban “bisa” dari orang yang ditanyai. Dan tiba saatnya aku ditanyain...Maap nih ya, kalau aku mah jelas bisa. Bisa ngambang :’). Pake pelampung soalnya wkwkwk. Kemudian Angga menyela, “bisa berenang tidak akan membantu”. Well, sebagai panitia water rescue dia tentunya udah menjajal menaklukkan ganasnya sungai elo. Dan, fyi, dia ga bisa berenang.
Jumat, 23 Desember 2016 sebelum terjun ke air kita semua diberi materi oleh TIM SAR langsung. Eniwei nih, dulu pas aku mau daftar TBMM nggak ngebayangin kalau TBMM adalah gabungan skill medis dan skill pertahanan di alam. Jadi, jangan heran kalau di berbagai pelatihan banyak diisi oleh TIM SAR. Water Rescue berlangsung selama 2 hari, 24-25 Desember 2016. Kebetulan aku kebagian hari Sabtu.

Be Ready
            Berhubung beberapa panitia yang sudah mencoba terjun langsung ke sungai elo kemarin banyak yang mengalami gejala seperti di tutorial blok 2.2 skenario 2 (demam dan diare), makanya kita semua dihimbau untuk minum imboost buat meningkatkan sistem imun kita.

Masih Sempat Nonton Drama Korea
            Yeah, weekend biasanya aku menghibur diri dengan melihat wajah menawan para oppa-oppa. Namun karena sudah malam dan besok harus water rescue, akhirnya aku memutuskan untuk tidur. Paginya aku sudah tiba di FK tepat pukul 6 bersama debi. Nihil. Nobody. Baru mulai ramai menjelang jam 7 dan baru berangkat jam 7.20. Selama masa penantian yang cukup menggelisahkan itu, aku memilih untuk memanfaatkan waktuku menonton The Legend of The Blue Sea. Masih kuat nonton drama korea sebelum bergelut dengan air. Lumayan lah dapet 1 episode wkakaka!

Salah Bagi Kelompok
            Setibanya di TKP, kami mempersiapkan peralatan seperti dayung, perahu karet, pelampung, dan topi. Well, kita harus mengangkat perahunya cukup jauh dari tempat pengambilan perahu. Aku satu kelompok dengan Mas Zul, yang tak lain dan tak bukan adalah waljamku sendiri. Selain Mas Zul, ada Aan, Dewi, Mas Olan, dan Mbak Amnaz. Saat melihat list namanya, “hm mungkin sengaja dipilih yang ukuran badannya mirip-mirip biar kalau mau latihan nyelamatin gampang” ternyata aku terlalu positive thinking, guys! Wkwkwk.
            Mas Zul dan Aan keberatan mengangkat perahu karet yang kami letakkan diatas kepala. Lah pie? Pada imut-imut semua anak ceweknya. Mereka tinggi. Dan kita ngga sampai wkwkwk. “Waduh salah bagi kelompok aku nih” kata Mas Zul. Sementara Aan masih mengeluh karena berasa ngangkat perahu karetnya sendirian.
Hematom
            Apa itu hematom? Simpelnya hematom adalah perdarahan di dalam. Itu loh yang biasanya ungu-ungu. Untuk lebih jelasnya silahkan membuka kamus dorland. Sebagai pidato pembukaan materi oleh TIM SAR sehari sebelum water rescue, Mas Lukman selaku ketua TBMM sempat menyinggung tentang ‘bokong hematom’. Sejujurnya, aku tidak tahu maksud arti sesungguhnya dari 2 kata tersebut. KOK BISA BOKONGNYA HEMATOM?
            “Yak, kita akan latihan renang pasif dan renang agresif ya!” kata mas-mas pemandu kami. Kami terbagi atas 6 kelompok masing-masing terdiri dari 6-7 orang. Dari awal aku sudah memasrahkan diri, mengikhlaskan hati, apapun yang terjadi padaku aku pasti bisa melewati semua ini *backsound we are the champion*. Tibalah giliranku untuk menghanyutkan diri dan belajar berenang di sungai.
            Berenang di sungai yang benar adalah saat posisi kita ada di arus utama (mainstream). Aku memposisikan diriku terlentang sambil menggenggam erat dayungku, yang katanya “itu nyawa kalian, jangan dibiarkan lepas!”. Dan kali pertama ku mencoba, aku tidak masuk di mainstream. Sambil terhantup-hantup oleh batu dan berusaha menahan rasa sakit :’) (jadi baper...) aku tetap bertahan. Aku baru mengerti maksud bokong hematom.....
            Cobaan pertama selesai. Cobaan kedua adalah saat sudah mulai mulus posisi renang terlentang tadi, mas-mas pemandu memberikan komando, “renang agresif!” ya, reflek, aku membalikkan badan menjadi telungkup dan berenang sebisaku. Eh ternyata, sungainya makin dalam. Sedalam cintaku pada Bo Gum. Sebenernya sih kalau dilihat langsung, aku ngga merasa kalau aku berenang. Aku lemah sekaleeeee. Lemah sekali di air. Udah di kolam biasa aja ga betah, ini disuruh berenang ngelawan arus sungai. Apalah daya diriku yang hanya bisa melihatnya dari kejauhan ini (?), aku ‘hanyut’ lagi sampai ke pos berikutnya.

Ini bukan Putri Duyung di Dramanya Lee Min Ho gais
                      
Flip Flop, Belajar Naik Perahu
            Yaps! Setelah selesai ISHOMA kami semua melanjutkan kegiatan. Kali ini kami menggunakan perahu karet yang sudah diangkat dengan susah payah tadi (walaupun yang ngangkat cuma Mas Zul sama Aan). Kami harus menghanyutkan diri dulu untuk sampai ke perahu. OMG, ternyata naik ke perahu ngga segampang biasanya. Akhirnya Mas Zul menarik pelampungku karena ga bisa bisa naik sendiri wkwkwk. Sebenernya ini siapa yang belajar water rescue?!?!!?
            Selebihnya kita semua seperti rafting biasa, hanya terkadang setelah beberapa jeram kami belajar untuk mendayung melawan arus. Para wisatawan awam sibuk berkomentar, “wih ngelawan arus”....krik. Terkadang kita berhenti hanya untuk latihan naik ke perahu lagi dari air. I still cannot do this. Tiba-tiba aku jadi teringat iklan, “Ketik REG spasi lalala...” lalu si mbah peramal akan bilang, “Kamu ini nggak cocok di air”, dengan senang hati aku akan berkata, “tidak salah lagi, mbah!” wkwkwk.
            Kondisi perahu yang selalu muter-muter kena arus membuatku mulai pusing. Apalagi aku sempat hanyut lagi. Yah wkwkwk, ini apa boleh buat bisanya jadi korban terus yang harus ditolongin. Sementara kondisi pelampungku yang kurang kenceng memperparah pusingku, setiap aku melompat ke air pelampungnya akan sedikit naik ke atas dan mendesak leherku, kemudian terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan terjadilah pusing (patogenesis ngawur tenan wkwk).

                                

“Fany, jangan panik!”
          ALHAMDULILLAH! Tibalah kami di rest area. Aku sudah ngga kuat. Kepalaku terlalu berputar-putar. “Flip flop sekali lagi ya” kata mas pemandu di perahu kami. Mas Gendut, sapaan akrabnya meloncat ke air duluan sementara Aan memegang tali untuk membalikkan perahu. Aku sudah kehilangan fokusku. Tiba-tiba saja perahu sudah terbalik dan aku ada di bawahnya. Jadilah aku kayak ikan lele yang mau dibeli orang di pasar, menggelepar alay dan panik ga bisa nafas. Aku hanya bisa mendengar suara Dewi, “Fany masih di bawah perahu!” dan suara Mas Zul, “Fany, tenang dulu jangan panik ya. Nyelem dulu, nyelem dulu”. Tanpa pikir panjang aku langsung menyelam dan akhirnya bisa keluar.... Ya Allah cobaan macam apa ini, udah pusing, pake acara ketinggalan di bawah perahu yang kebalik L

Mesin Cuci dan Hematom KDRT
            Mbak Riza memberiku Paracetamol untuk meredakan pusingku. Alhamdulillah sembuh. Di rest area setelah kita makan snack, kita akan melakukan simulasi. Ada yang jadi korban, ada yang jadi perenang, dan pemegang thrower. Yang paling menantang adalah saat kita harus menjadi korban. WHY?!?!? Bukannya enak tinggal hanyut aja? Iyasih tapi....Kita harus loncat dulu dari tebing yang cukup tinggi ke dalam arus jeram kemudian hanyut. Arus jeram itu mirip mesin cuci. Ya Allah cobaan apalagi ini wkwkwk.
            Sebenarnya sebelum berangkat tadi kami semua sudah membicarakan, “eh nanti katanya disuruh lompat dari tebing lho” “Ya lompat aja” kataku enteng. “Beneran ya, Fan?” “Iya” kataku mantab (wetzeh gatau apa deg-degannya melebihi saat berpapasan dengannya) wkwkwk. Akhirnya aku melompat. Sepertinya, aku tipe orang yang anti mainstream wkwkwk. Lagi-lagi ga masuk mainstream dan akhirnya kehantup batu yang ukurannya lebih besar daripada yang pertama tadi tepat di pinggang kiriku. Saat aku kembali naik ke daratan, aku langsung ‘dimarahin’ sama Ivan. “Kamu itu tadi serem banget lho jatuhnya”....hening. Dengan muka tanpa dosa aku cuma bisa bilang, “Iya po?” sambil senyum-senyum. Nisa dan Mbak Anggun juga ga jauh beda. Apa seserem itu aku tadi? Ternyata pinggangku juga hematom gede buanget dan kata Rara kayak korban KDRT......

Ending
            Kami melanjutkan perjalanan lagi sampai ke pemberhentian terakhir. “Siapa mau benerang? Ini lagi enak arusnya” kata Mas Gendut. Semua tanpa ragu langsung menceburkan diri dan terlentang mengikuti aliran arus yang tenang. Aku juga mupeng lama-lama. Hm, ternyata enak juga. Hanyut dibawa arus sambil lihat langit sore dan pohon-pohon tinggi. Anak rumahan akhirnya merambah alam wkwkwk.

Encok
            Ternyata hematom bukan satu-satunya efek samping dari water rescue. Keesokan paginya saat aku bangun, punggungku terasa kaku seluruhnya. Dan kalau jalan jadi kayak nenek-nenek karena dipakai tegak sakit. Well well well.


Sudah, sampai sini dulu ya ceritanya gais! Ending 2016 yang wow wow wow! Hehehehe. Makasi Mas Zul, Mas Olan, Mbak Amnaz, Aan, Dewi, semua panitia, dan pemandu!!! This is my first and....unforgetable lah

                                

Sabtu, 19 November 2016

Prinsip Hidup



Tidak terasa usiaku hampir mencapai kepala 2. Embel-embel ‘teen’ di usiaku akan segera menghilang digantikan dengan ‘ty’ dibelakangnya. “Mama, ani sudah mau 20” kataku di telepon. “Iya, anak mama sudah mau jadi wanita dewasa” “Ngga mau, masih mau jadi remaja” mama hanya tersenyum mendengar kalimat kekanak-kanakan itu. Hidup adalah sekolah. Sekolah mengajarkan banyak ilmu. Belakangan ini aku lebih sering memikirkan sebuah pertanyaan, “aku ingin jadi seperti apa?”

Pertanyaan itu terus membuatku mencari jawaban yang paling benar. Bahkan hingga saat ini aku masih belum menemukan sebuah jawaban yang membuatku benar-benar puas. Aku ingin mencoba semuanya dan memutuskan dimana hatiku berlabuh. Sesuatu hal yang sangat kusenangi dan akan kugenggam selamanya sebagai tujuan hidupku. Sesuatu yang akan menjadi pondasi prinsip hidupku. Bukankah begitu yang biasa disebutkan orang-orang? “Masa muda adalah masa pencarian jati diri”

Akhir-akhir ini aku banyak memperhatikan kepribadian seseorang. Tentu, manusia tidak diciptakan sempurna. Selalu ada sisi positif dan negatif. Beberapa karakter sempat membuatku tertarik dan berpikir, “ah aku ingin seperti dia”. Kemudian aku berusaha mengimplementasikan karakter itu di dalam diriku. Sesaat aku merasa “ini bukan aku” dan aku kembali menjadi diriku yang biasanya. Aku hanya ingin out of the box  dan keluar dari zona nyamanku. Aku ingin berubah dari seseorang yang sangat berkutat dengan akademis menjadi seseorang yang lebih suka berorganisasi. Aku ingin menjadi seseorang yang disenangi semuanya, tidak bertingkah aneh-aneh, dan bermanfaat bagi sesama. Sekilas terdengar munafik bukan? Namun, sejujurnya itulah yang sangat kuinginkan.

Hidup di dunia yang damai. Damai menjalani hubungan baik dengan keluarga, teman, dan orang lain. Tapi apalah arti semua kedamaian dalam hidup tanpa beberapa ‘gangguan’ yang kadang kita salah mempresepsikan? Kita sering menyebutnya ‘masalah’ atau ‘cobaan Tuhan’. Ingatkah kita semua saat akan naik kelas yang lebih tinggi? Ya, kita perlu ujian apakah kita berhak berjalan di level yang lebih tinggi dari sebelumnya atau tidak. Maka bersama kesulitan itu ada kemudahan (QS. Al Insyirah : 5). Dan ingatlah satu hal, Allah tidak akan membani seorang hamba dengan masalah yang tidak mampu ia selesaikan.

Aku sempat berpikir bahwa hidup itu lucu. Kok bisa? Ya, terkadang seseorang bisa saja salah paham dengan tindakan kita. Tak jarang terjadi, niat baik yang kita lakukan menjadi boomerang bagi diri kita sendiri. Dari sini aku bisa mengambil sebuah pelajaran untuk jangan sembarangan bertindak. Sebaik apapun niatmu, sebaik apapun itu terlihat, akan ada segelintir orang yang tidak suka. Jadi, apakah itu harus menjadi penghalang? Tidak. Pada akhirnya semua yang kita lakukan bergantung pada niat. Masalah seseorang akan menanggapinya seperti apa, itu juga urusan mereka masing-masing. Raditya Dika pernah berkata, “Ketika karya itu diluncurkan ke publik, itu menjadi milik publik”. Hal ini tentu tidak jauh berbeda dengan dari sisi mana kita akan menunjukkan diri kita? Kepribadian yang kita tunjukkan merupakan sebuah karya yang kita persembahkan kepada publik. Sementara komentar orang-orang merupakan bentuk apresiasi.

Aku harus jadi seperti apa? “Jadi diri Fany sendiri” jawab mama di telpon. Tapi aku ingin menjadi seperti si X yang sangat supel dan bisa bergaul dengan siapa saja, aku ingin menjadi seperti si A yang bisa berorganisasi dengan baik, aku ingin menjadi si Z yang memiliki nilai akademis sempurna, aku ingin menjadi si Y dengan pemahaman agama yang mengagumkan. Semuanya bercampur aduk. Aku ingin memiliki semua karakter yang bisa kuanggap sebagai susunan dari pribadi yang sempurna. Ya, aku ingin menjadi seperti itu. Aku ingin bisa bergaul dengan siapa saja, memiliki nilai akademis yang sempurna, terlebih lagi pemahaman agama yang mantap.

Tapi, sadarkah kita? Hal terindah yang dapat dilakukan sebagai bentuk rasa syukur adalah menjadi sebaik-baiknya versi dari diri kita karena dengan itu kita akan bisa menjalani hidup dengan bahagia. Pertama, kita harus menerima diri kita dari sisi kekurangan maupun kelebihan. Jika kita saja tidak bisa menerima diri kita, bagaimana orang lain bisa? Rasa percaya diri merupakan suatu kunci kesuksesan hidup. Tidak percaya? Coba lihatlah sederet tokoh yang berhasil meraih mimpi mereka, Agnez Mo? Aku sempat mendengar beberapa orang mencemooh mimpinya untuk bisa go international, tapi apa? Dia mempunyai kepercayaan diri dan tekat yang kuat. Semua itu mungkin terjadi bila kita bersungguh-sungguh. “Lebih baik aku menyesal karena melakukan sesuatu daripada ngga melakukan” aku masih ingat Fao menasehatiku. Go out and find out.

Kedua, kembangkan apa yang sudah ada pada diri kita. Jangan sesekali menggangap bahwa diri kita terlalu jauh lebih buruk dibandingkan orang lain. Setiap orang punya porsi dan peran masing-masing di dalam kehidupan. Yang harus kita lakukan adalah bagaimana kita menjalankan peran itu dengan sebaik-baiknya.

Ketiga, jangan berhenti untuk belajar dan jangan sombong. Ketika hati kita merasa sombong, kita ibarat gelas yang penuh. Takkan ada lagi sesuatu yang baru yang bisa jadi lebih baik untuk kita tampung. Banyak-banyaklah merasa ‘kurang’ dalam ilmu pengetahuan, belajarlah dari siapapun, karena setiap orang pasti punya cerita inspiratif untuk dijadikan salah satu pandangan dalam hidup.

Keempat, berpikirlah bahwa setiap masalah pasti ada hikmah dan jalan keluarnya. Hadirnya masalah merupakan tes bagi kita untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi. Kita mungkin merasa kesal dan menangis untuk sesaat. Tapi cukup sampai disitu. Jangan bawa dirimu terlalu dalam berlarut pada prasangka dan kesedihan. Ingat...kesedihan hanya menyayat sedalam yang kita izinkan *wetzeh*. Saat kita bersedih, kita kehilangan 60 detik berharga untuk bahagia. Ketika kita punya masalah, ceritakan ke orang terdekat (atau ke Allah malah lebih boleh), menangislah jika itu membuatmu lega, tidur, cari cara menuangkan segala emosimu. TAPI, pada akhirnya, keep your head up. Katakan “cukup!” untuk perenungan itu. “Life must go on!”

Kelima, do what is right not what is easy. Kebanyakan orang akan mencari jalan aman untuk menghindari masalah. Tapi terkadang, kita justru kelewatan. Baik kepada orang lain itu boleh, tapi kita harus tegas. Di dalam menjalani kehidupan, selalu ada godaan-godaan yang menggoyahkan prinsip hidup kita. Terkadang kita terpaksa melakukan sesuatu yang membuat kita tidak nyaman hanya karena takut menghadapi risiko. But why not? Take the risks are good sometime. ;)

Aku rasa kelima hal itu yang akan menjadi prinsipku dalam menjalani hidup. Semakin aku berpikir bahwa aku sudah mulai beranjak dewasa, semakin aku berpikir ingin berlari ke masa lalu dan berada disana selama yang aku inginkah. Mengapa? Menjadi orang dewasa itu melelahkan. Aku tidak akan bisa lagi menunjukkan dengan bebas apa yang kurasakan dihadapan orang lain seperti saat aku kecil dulu. “I’m gonna smile and tell the whole world I’m fine

Kadang kalau dipikir, hidup ini tidak layak untuk dijalani *alay wkwk* TAPI, kita sendiri yang bisa menjadikannya layak untuk dijalani.

A strong person is not the one who doesn’t cry. A strong person is one who is quite and sheds tears for a moment and then picks up the sword and fights again.

A lot of problems in the world would dissapear if we talked to each other instead of talked about each other.

Pernah suatu kali, saat aku memaksa mempertahankan semuanya, seseorang menepuk pundakku; “Semua yang milikmu akan kembali padamu, tidak perlu terlalu memaksakan semuanya”

To be beautiful means to be yourself. You don’t need to be accepted by others. You need to accept yourself.

Things end. People change. And you know what? Life goes on.

We must never allow other people’s limited perceptions to define us.

Jangan sombong. Saat kita bersikap terlalu yakin dan menyombongi orang yang diam, bisa jadi dia diam karena sedang menyiapkan menu agar kita memakan kesombongan kita sendiri.

Look after your friends. Make sure they’re okay. Sometimes they are going through things that are really heavy but they might not say it.

Aku juga masih perlu belajar. Kiranya jangan sungkan menasehatiku untuk jadi lebih baik. Mari kita sama-sama belajar.


Kamis, 18 Agustus 2016

Mereka Lagi

Assalamu’alaikum. Di hari liburku yang sangat banget terlalu suwung sekali berkali-kali ini aku tetap stay di Jogja. Why? Karena ada kamu, iya kamu! Okay, sebenernya aku ngga punya bahan untuk diceritakan. Sedang tidak ada inspirasi menulis yang cukup signifikan *halah*. Mungkin aku akan bercerita saja tentang sayang-sayangku lagi..ya, lagi. Fyi, ini untuk melengkapi yang ada di video perpisahan tutorial yang kemarin kita buat ya. Yang bosan ga usah di baca wkwk, ga terlalu penting juga :’)

Gimana kesan pertama ketemu Tutorial 16?
Awkward. Ya, itu benar. Aku ngga kenal sama sekali sama satu pun dari mereka. Waktu itu aku liat daftar kelompok tutorial di mading lantai 2 FK. Kebetulan aku bareng sama Aul. Akhirnya dengan awkward juga kita naik tangga bersama menuju lantai 4. Ternyata ruangannya masih cukup sepi. Hanya ada seorang laki-laki yang berpeci sibuk memperhatikan CCTV, what’s wrong? Aku menempelkan musculus gluteus maximus-ku di salah satu kursi, sementara Aul duduk di tepat di sebelahku. “Hai, namamu siapa?” tanyaku sok kenal dan sok asik banget. “Iman” dia menjawabnya. “Kamu?” “Fany” jawabku singkat. Fyi, kalo Kemal, Hafidz, dan Yevy baca ini sepertinya aku bakal dibully sampai tetes keringat yang terakhir.
Tak lama kemudian masuk 3 anggota baru lainnya. Ini juga kali pertama bagiku melihat mereka. “Hai, namamu siapa?” tanyaku sok asik lagi. “Syifa. Kamu mungkin nggak inget aku, tapi aku inget kamu” katanya. “Lah, anak ini so sweet banget bisa inget aku. Padahal aku aja ngga pernah ketemu dia sebelumnya” batinku. Aku mengernyitkan dahi. “Oh! Aku inget. Pas ONDI kita sekelas ya?” ternyata ingatanku masih cukup bagus. Ternyata waktu menunjukkan pukul 10. Tak lama kemudian ruangan sudah cukup terisi 10 orang anggota sah dari Tutorial 16. “EW, ada ketua angkatan” batinku. Ternyata semuanya juga membatin hal yang sama.
Kesan pertama liat Hafidz? “Kayaknya anaknya nggak asik”
Kesan pertama liat Syihab? “Sepertinya pendiam”
Kesan pertama liat Zahra? “Bisa diajak temenan deket nggak ya?” (?)
Kesan pertama liat Aul? “Kok kaku banget”
Kesan pertama liat Syifa? “Jalani aja dulu lah, siapa tau bisa akrab”
Kesan pertama liat Iman? “Kayaknya dia yang bakal banyak ngomong dan jadi ketua tutorial”
Kesan pertama liat Tina dan Yevy? “Kenapa mereka barengan terus sih, ngga mau membaur sama yang lain”
Kesan pertama liat Kemal? “EW. ADA KETUA ANGKATAN. Kayaknya dia pendiam, serius amat”

Apa pengalaman yang paling ngga bisa dilupain?
            Semua momen bersama kalian itu berharga. Setiap bully yang selalu ku terima dari kalian juga memorable sekali. Tapi, aku inget satu momen waktu kita masih blok 1.1 skenario 3 tentang sel. Waktu itu Iman bertanya tentang apa hubungan dari kulit yang mengkerut dengan peristiwa osmosis? Zahra yang saat itu menjadi ketua diskusi skenario 3 menanggapi, “Iman....kenapa kamu nanya kayak gitu?” dengan raut wajah sedikit sedih dan sebal. Dokter Evy memandang Zahra dengan tatapan penuh tanya. Kita semua pun begitu. Semua mata tertuju pada Zahra. Cie, Zahra jadi Miss World sekarang. Menyadari ada salah paham diantara kami, Zahra akhirnya angkat bicara, “Eh maksudku itu, apa dasar kamu nanya kayak gitu?”.........
            AHA! Sama momen saat Syifa dan Zahra ditilang gara-gara salah masuk ke jalur roda 4 waktu kita mau jalan-jalan cantik ke Ratu Boko. Ya, itu ceritanya Syifa khilaf. “Syif, salah jalur” kataku. “Oh salah ya...” entah apa yang merasuki encephalon kami sehingga kami tidak berinisiatif memutar balik. “Zah, ngapain kamu ngikutin kita?” Syifa melirik Zahra dari spion motornya. Sementara Kemal dan Hafidz yang sedang boncengan berada di jalur sebelah kami. “Kalian ngapain disitu?” kami berempat mulai panik. Apesnya kami akhirnya tiba di lampu merah. Ada bapak polisi disana. You can guess what happened next. Kemal sudah ribut mengingatkan “Pilih sidang aja! Jangan bayar ditempat!” Yevy menunjukkan chat tersebut ke Zahra dan Syifa.
            Momennya terlalu banyak, gaes.

Paling suka waktu Tutorial 16 ngapain?
            Main! Ngumpul-ngumpul sekedar ngerjain sesuatu bareng. Nggosip. Cerita horor.

Pernah ngga ngerasa sebel sama Tutorial 16?
          Pernah. Kalau lagi diajakin ngumpul susah banget sampe lelah hati ini dan kering air mata ini.

Ceritakan secara singkat masing-masing dari Tutorial 16!
Hafidz! Ternyata dia asek banget coy, gawl gawl koplak getoh. Suka bercanda. Suka mencari ukhti sholihah. Sohib Kemal ngepes. Anaknya baik banget. Bersedia membantu teman yang sedang dalam kesusahan. Islami. Awal-awal jarang banget muncul di grup tutorial, mungkin ngerasa belum terlalu deket dan nyambung sama kita-kita. Tapi dia suka jahatin aku, dia dan Kemal suka membullyku. Eh! Kita bertiga sempet bikin poster publik baper waktu itu, “JAGA HATIMU DENGAN CINTAKU” (efek samping kita semua jomblo yang sedang dalam penantian)
Syihab! My dedek emesh emesh emesh sekali. Ternyata benar dia pendiam. Syihab ganteng banget kalo pas nyetir hahaha. Dia rela berkorban demi tutorial 16. Dia selalu manut apapun yang terjadi. Walaupun kita, khususnya yang cewek-cewek suka norak kalau ada dia, tetapi dia hanya melempar senyum dan stay cool. OPPA GANGNAM STYLE! (?)
Zahra! Adalah uminya tutorial 16. Dia yang paling bisa menengahi kalau kami sedang tidak karuan. Dia yang selalu ngingetin aku, “Fany, makanannya kenapa nggak dihabisin?” “Kenyang, Za. Kan kita harus berhenti makan sebelum kenyang hehe” “Tapi lebih diutamakan dihabiskan...” kata Zahra. Zahra juga suka ngingetin aku saat aku, “Kamu nggak ikut tarawih disini aja, Fan?” (habis acara Humerus Day). “Mager. Nanti aja ah aku sholat di kost.” “Sholat disini aja, jamaah lho, pahalanya gede.” ß FIX INI KAYAK MAMAKU BANGET.
Aul! Ichantikku! Yang kalem banget, tapi dia koplak parah sebenernya. Yang selalu kusuruh ngajakin aku buat ikutan KORMA sama KISMIS. Fyi, dia selalu bales line lama. Tapi dia setia menemaniku mengganti ban motor yang bocor hahaha. Dia juga yang dulu menyaksikan aku sliding pake motor Syifa secara live! Ekslusif! Aku, Aul, Ifa, sama Nisa punya geng. Namanya geng hape cupu. HAHAHA. Hape yang lain bisa buat selfie, hape kita enggak. “Masih jaman ya foto pake kamera belakang?” krik...
Syifaul! Awal-awal dulu dia suka pergi meninggalkan kami. Entahlah aku tak tau sebabnya, ketika kami sedang jalan bersama berenam menuju GKU dan asik berceloteh, “Lho, Syifa mana?” “Tadi bukannya sama kita ya?” lalu semuanya menjadi misteri. Dia yang suka ngevideoin kita. Kata-katanya landep kata Kemal. She is kind of independent strong woman. Cuek bebek. Cuek angsa. Cuek menthog sekalian. Aku tau kok sebenarnya kamu sayang sama.....kita. Hahaha. Oiya! Paling selow banget, hapenya pernah kelindes mobil dan masih selamat walaupun layarnya petjah. Dia ngeboncengin aku PP waktu kita trip ke Ratu Boko. Maafkan aku membuatmu lelah L
Iman! Yak, sesuai namanya dia sangat ber-Iman inshaAllah. Maka tak heran apabila dia diusung menjadi ketua tutorial walaupun sering slow respond hahaha. Tampaknya Iman merasakan kalau ada dualisme kepemimpinan di tutorial kami, hahaha. Kalau Syihab adalah dedek emesh, Iman adalah kakak tua. Dia yang paling ngerti IT diantara semuanya. Iman selalu gelisah kalo udah denger adzan dan gatel pengen cepet-cepet ke masjid untuk shoat. MasyaAllah. Entah kenapa gengs-gengs ini suka nge-cie-in Iman sama aku. Ah! Aku inget, ini gara-gara Iman pernah bilang kalo aku mirip ibuknya. Jangan bikin gosip yang engga-engga, gaes.
Tina! *huuuh istirahat bentar ya, lelah juga ngetik* *udah mau halaman ke-6, amazing* *mulai lapar lagi* Okay, cewek satu ini adalah yang paaaaaling ngerti fashion dibandingkan kita. Kalau foto selalu bagus, ga pernah jelek!  Sampai Aul selalu minta diajarin gaya yang bagus buat foto ke Tina. Dia ditinggal nikah sama mantannya hiks, wkwkwk. Mantan sudah ke pelaminan kamu masih sendirin? *plak* Oiya, dia ketularan cacar habis Kemal cacar. Entah mengapa waktu blok 1.5 jadi nggak fullteam kalau tutorial. Minggu pertama Kemal cacar, minggu kedua Tina cacar, minggu ketiga aku ke Jekardah. Tina suka bilang “Whuaaaat?” “Sumpeeeeeh” dengan ekspresi khasnya.
Yevy! The one who taught me to put the red lipstick on! Hahaha! Jalan-jalan bakal sepi kalau ngga ada Yevy, kok bisa? Karena hape dia yang selalu jadi kamera digital tutorial kita. Waktu itu lagi rekaman video buat kenangan terakhir kita. “Yev, memorinya penuh, coba dihapus dulu videonya” lalu kita melihat ke dalam list video yang ada di hape Yevy. “Hapus ya ini?” “Jangaaan! Yang tutorial 16 jangaaan!” kami menanti Yevy menscroll dengan sabarnya. “Mana sud yang dihapus? Ini video kalian semua” *hening panjang* Btw, iya jalan-jalan sepi kalau ngga ada Yevy. Dia yang paling berisik. Jiwa petualangnya tinggi. Amor sejati. Anak saman yang kalo jam terbangnya lagi tinggi membuat Hafidz “Yep, aku mau dikemanakan?” WKWKWK. Paling tau tempat main dan makan yang sip.
Kemal! *Alhamdulillah sampailah kita kepada penghujung acara ini* Ketua angkatan kesayangan Azathra. Sabar banget. Baik banget. Tenang, nggak grusa grusu kayak aku. Kalo aku udah panik dia suka bilang, “Sante toh, Fan. Santee.” Suka menolong dan tidak sombong. Pekewuhan. Nyebelin. Suka PHP. Susah move on. Kadang susah ditebak. Kalau kemal udah muali keliatan serius, aku agak takut, dia menyeramkan, lebih baik aku diam... “Kemal itu tidak suka mengungkapkan isi hatinya, makanya dia jomblo” kata Hafidz. Paling tinggi. Suka ngebully aku pendek. Pakarnya kalo nanya film dia tau banyak. Dia suka nonton Jewel In The Palace juga ternyata. Tipikal anak yang berbakti pada kedua orang tua, agama, dan bangsa. Kakak yang perhatian buat Khanza.
           

Apa pesan untuk Tutorial 16?
-      Jangan pernah lelah belajar, geng. Ingat kita ini pelajar seumur hidup. Belajarlah sampe ke akar-akarnya, puaskan hasrat ingin tahumu, jangan dipendam kayak perasaan. Nanti jadinya baper.
-      Carilah jodoh dari mulai yang terdekat dulu *apaan sih ini*. Jodoh itu cerminan diri kita, jangan lupa buat terus memperbaiki diri seraya membuka hati dan pintu rumah siapa tau ada yang mau khitbah.
-      Kita bakal tumbuh dan berkembang dengan encephalon kita masing-masing. Kita mungkin bakal punya pemahaman dan sudut pandang yang berbeda untuk beberapa hal, tapi janganlah itu jadi penghalang untuk tetap menjalin dan menjaga silaturahmi.
-      Jangan lupa bersyukur, jangan lupa sholat, jangan lupa menabung, jangan lupa belajar! Jangan lupa...in aku ya L

Alhamdulillah, selesai.

“There are some people in your life that make you laugh a little louder, smile a little bigger, and live just a little better”
Kalian lebih dari itu, gais.

            


Rabu, 25 Mei 2016

Does it Need to be Changed?

I got sad easily recent days.
Why?
Things that bother my mind is about the change that should be done.
Something in life cannot last forever.
It has to be ended someday, even our life has a limit.
We cannot enjoy things we love forever.
Am I talking about the end? Or am I just trying to deny the change?
Do I have to blame the hormone, lymbic system, or just me?
I don’t understand why I hate the idea about the change in life.
We must have some things or memories that we wanted to hold.
I have learned that things do need to be changed.
We grow up, we change.
We get older, we have to live like an adult.
There are things that we don’t want to change in our life.
But everything is changing.
Every second, every breathe that we take.
There should be something that’s changing.
Everything will not be the same anymore.
Hold on, remember the memories which have passed.
Appreciate the time that’s still left.
Because life rolls on.....
Because people do change.....
Because you need to face what’s coming up!

Change is hard at first, messy in the middle, and gorgeous at the end.
[Robin Sharma]


            

Sabtu, 21 Mei 2016

Evergreen

Cause this world would be empty without you
It scares me that this life would mean nothing without you
Someday we’ll have to say goodbye
I need to let you know that I will never try to fill the space between
It’ll only ever be....
You and Me
[Shane Filan – You and Me]

Wacana Berubah Jadi Rencana
Hari itu tanggal 16 Mei 2016 saat kami berencana memberi late birthday surprise ke Tina yang sebenarnya berulang tahun pada tanggal 10 April. Kami pergi makan bersama di Lesada. Setiap surprise selalu mempunyai kendala. Dan kendalanya ada-ada aja. Entah yang mau di-surpise-in pergi entah kemana atau bingung harus improvisasi gimana. Hari itu ATM Tina hilang, dia harus segera pergi untuk memblokir ATM yang hilang itu. Akhirnya kami memutuskan untuk langsung membuka kuenya bersama-sama dan menancapkan lilin angka “20” di atasnya. “Tina Tina Tina, sini dulu, HAPPY BIRTHDAY TINAAAA”. “Tina coba mukanya pura-pura kaget bahagia” kata Yevy yang sibuk mengabadikan momen ini lewat kamera hapenya yang wew itu. Tina manut dan melakukan apa yang dikatakan Yevy.
Setelah foto-foto dan icip kue ulang tahun Tina yang maknyus banget, dia pergi untuk mengurus pemblokiran ATM. Sementara kami masih disana dan mengobrol random tentang rencana pergi ke Ratu Boko setelah ujian blok 1.5 Endokrin & Reproduksi. Semuanya menyambut antusias. Sudah cukup lama kami tidak pergi bermain bersama. “Nanti kita piknik aja disana” sebuah usulan cute muncul. “Nanti Syihab bawa mobil aja, biar bisa masukin tiker”. Ide-ide lain mulai berkembang terutama tentang rencana piknik. Kami sangat excited membicarakannya. Hanya ada satu kalimat yang menutup pembicaraan seru hari itu, “Tapi jangan wacana ya!”

Ujian Blok
          Tibalah waktu penentuan 50% porsi dari nilai blok kami. Mulai semester dua, sistem ujian kami diganti menggunakan CBT. Kami terbagi menjadi dua gelombang, gelombang pukul 7:15 dan pukul 10:15. Otakku sudah mulai lelah melihat buku kecil bersampul oranye yang merupakan rangkuman materi. Walaupun aku merasa belum terlalu menguasainya, aku memilih untuk menutup buku tersebut. Aku duduk di kursi nomor 98 dan mulai mengerjakan soal ujian blok. “WEW” pikirku saat meng-klik nomer demi nomer. Aku banyak memberi simbol bendera di nomor yang masih meragukan.
Why? Soalnya membuatku berpikir keras untuk menganalisa jawaban yang tepat. Entah mengapa aku sangat ingin mengupil. Akhirnya, aku mengerjakan soal ujian blok dengan mengupil. [RANDOM BANGET SUMPAH HAHAHA].

Ditinggal Sendirian
          Alhamdulillah sampailah kami di hari H pelaksanaan jalan-jalan bareng. Kami memutuskan untuk pergi ke Tebing Breksi, Candi Ijo, dan terakhir ke komplek Candi Ratu Boko untuk melihat matahari terbenam yang indah. Seperti biasa, kami janjian berkumpul di Bookstore di dekat gerbang masuk UII. Aku berjalan menuju Bookstore sekiatr pukul 7:30. Hanya ada Syihab, Hafidz, Kemal, Iman, Syifa, dan aku disana. Tak lama kemudian Tina datang bersama dengan adeknya yang sedang berlibur ke Yogyakarta. Tina meminta izin untuk sarapan sebentar. Tiba-tiba........cinta datang kepadaku~ bukan -_- Syifa minta izin pergi untuk pipis, sedangkan keempat pria-pria itu malah sarapan bareng dan mereka meninggalkanku sendirian untuk menjaga mobil dan tas Hafidz. Well, gengs, well! Kami berangkat pulul 8:30, molor satu jam dari jadwal semula.

Ini dimana?
            “Lewat jalan tembus aja!” kata Tina megusulkan. Kami bersiap untuk berkendara menuju tempat trip kami kali ini. Syihab, Iman, Tina, dan adeknya bersama-sama naik mobil Syihab. Zahra bersama dengan Yevy, Kemal dengan Hafidz, dan aku dengan Syifa. Kami menyusuri jalan dengan dihiasi pemandangan sawah hijau yang tiada habisnya. Cuaca tidak terlalu panas, namun bisa dikatakan mendung. Aku hanya bisa berdoa agar tidak turun hujan sehingga memudahkan acara hura-hura kami hari ini, 21 Mei 2016.
            “Ini dimana, Syif?” tanyaku mulai penasaran. “Aku ngga tau eh...” kami terus mengikuti rombongan yang terdiri dari sepuluh orang tersebut hingga tiba di Jalan Raya Solo- Jogja.

Salah Jalur
          Tibalah kami di daerah Kalasan, daerah yang sangat asing buatku yang hanya tau jalan kaliurang, jalan magelang, dan stasiun Tugu Yogyakarta........ krik. Kami terus melaju dengan semangat kawula muda membara di dada (asli ini bahasanya apa banget wkwk). Lalu semua berubah saat....”Syif, ini roda empat” plang lalu lintas berwarna hijau membuatku tercengang. Sementara Syifa masih melaju. “Kita salah ya?” “Iya”
            Entah apa yang ada dipikiran kami saat itu sehingga tidak ada inisiatif untuk memutar balik. Aku menengok ke belakang, melihat rombongan Kemal-Hafidz dan Zahra-Yevy. Hanya ada Zahra-Yevy yang tepat berada di belakang kami. “Eh kalian kok ngikutin, ini kan roda empat...” kata Syifa. Hening. Tak lama kemudian Kemal-Hafidz muncul, “Eh kalian kok disitu?” dia berada di jalur sebelah kiri yang terpisah dari kami.
            Sialnya....dan singkat cerita, kami berdua ditilang.

Tebing Breksi
          Setelah melewati jalan tikus ajaib, kami akhirnya tiba di tebing breksi! YAY YAY. SELAMAT SELAMAT! Cuaca masih tetap teduh seperti saat kami berangkat. Tebing yang tersusun atas batu breksi yang membentuk diding raksasa sudah terhampar di depan pandangan kami. Disana kami sibuk untuk hunting foto (pastinya) dengan segala gaya, daya, upaya, dan tenaga. Kami menyusuri tangga untuk naik hingga ke puncak tebing itu. Dari puncaknya, kita bisa melihat landasan udara bandara adi sucipto dan juga Candi Ratu Boko.
            Tak terasa waktu menunjukkan pukul 11:30, kami bersegera pergi ke destinasi selanjutnya, Candi Ijo yang terletak lebih atas dari tebing breksi. Semua sudah terlihat lelah, lapar, letih, lunglai. Tampaknya kami memerlukan asupan glukosa sebelum tubuh kami mengalami glukoneogenesis. Halah. Cuaca berubah menjadi sangat panas dan terik. “Kayaknya aku iteman ini....” “Pulang-pulang langsung maskeran...”

                               

Candi Ijo
            YAYNESS! Kami sampai di destinasi kedua yakni Candi Ijo! Welcome guys. Kami tidak terlalu lama singgah disini karena harus turun ke bawah untuk sholat dhuhur. Hanya foto-foto ala kadarnya dengan semangat yang tidak semembara di tebing breksi tadi. Kami butuh asupan glukosa, kakak, help (?). Kami terpencar-pencar, aku hanya memilih duduk di pinggiran candi dan memotret mereka yang ingin dipotret. “Fan, foto loncat. Aku mau buktiin kalo aku bisa loncat.” kata Kemal sambil menyerahkan handphone Yevy. “1 2 3!” pose loncat Kemal kurang greget walaupun tidak bisa dibilang gagal.
            “Gini lho mal, kalau loncat kakinya ditekuk” kataku menggurui. Tak lama kemudian Hafidz dan Iman ikut project foto loncat. Mereka mulai mempermasalhkan kaki panjang lebih susah untuk foto loncat. Kemudian, aku meminta Hafidz untuk memotretku denga pose foto loncat. “Kamu kalo foto loncat selalu bagus eh, Fan” “Kakinya pendek...” kata Kemal menanggapi. Ok. Fine, gengs.

Mau Makan Aja Susah
          Setelah menunaikan sholat dhuhur, kami caw untuk menambah asupan glukosa dalam tubuh (baca: cari makan). Entah kami harus kemana mencarinya, kami tidak tahu arah, kami hanya mengikuti insting, kami anak baik-baik yang kelaparan. Kami seperti berkendara tanpa tau arah tujuan. “Wah, bayi sudah mulai lelah...” Kemal meledekku. Ew....aku menjadi “bayi” di Tutorial 16 karena...paling...imut...aleman. J
Daerah sekitar komplek candi yang kami merupakan suburb sehingga cukup susah untuk menemukan tempat makan yang muat untuk sepuluh orang. Akhirnya kami tiba di warung padang.

Ratu Boko
          Aku bingung harus memulai darimana saat akan menceritakan Ratu Boko (cie speechless). Kami tiba disana pukul 14:45 dan langsung pergi ke mushola untuk persiapan sholat ashar. Eits, lupa. Kami membeli tiket masuk seharga Rp 25.000 dan membayar parkir untuk satu mobil dan tiga motor. Jalan menuju Ratu Boko hampir sama sepeti ke Candi Ijo dan Tebing Breksi, menukik dan masih berlubang. Bisa diibaratkan seperti perjalanan hidup, naik naik naik sulit dan penuh rintangan tapi toh akhirnya kita akan sampai untuk melihat keindahan di ujung perjalanan (lagi bijak).
            Alhamdulillah, sholat ashar is done! Saat kami akan naik menuju kompleks Ratu Boko, kami bertemu dengan teman kami, Raras, Banun, dan Shela! Yay yay. “Ayo ibu ibu foto dulu” kata Hafidz. Dia menjadi fotografer profesional bersama dengan Kemal. “(translated) aku kalau fotoin orang bagus, giliran aku yang difotoin jelek” curhatan Hafidz. :’) Setelah foto-foto ala ibu-ibu sosialita, kami berpisah. Raras, Banun, dan Shela akan melanjutkan perjalanan ke destinasi lain. “Di atas sana luaaas banget, semangat ya!” kata Raras.          

                               

            Wew, ternyata seperti ini Ratu Boko.......luas. Bangunan reruntuhan candi dengan di atas rumput hijau yang sangat luas. Weekend menyebabkan sangat ramai orang datang mengunjungi candi yang diduga merupakan reruntuhan kerajaan mataram hindu ini. Dengan lincahnya, Yevy sudah berlari kesana kemari minta difoto hahaha. Ga ada lo ga rame memang, Yev. “Fotoin aku disini nah!” “Eh disini bagus banget”
            Berbagai hal kami alami dari mulai kebanyakan foto sampai kamera DSLR Ramdan yang kami pinjam kehabisan baterai. Untungnya Kemal membawa charger kamera dan it works again. Kami menyusuri komplek Ratu Boko sampai ke seluk beluknya. Hingga kami tiba di salah satu bagian kompleks candi yang disebut pendapa. View langit sore yang sedikit mendung tidak menyurutkan semangat kami....untuk foto-foto (-_-).
            Disini kami menyaksikan perlombaan panjat-pendopo-dengan-sekali-hentak! Wkwkwk. Keempat pria tangguh tutorial 16 adalah pesertanya. Fyi, ini hanyalah lomba bikinan kami para cewek-cewek. Aku membawa handphone Yevy untuk memvideo lomba yang kelihatannya bakal kocak parah ini. Dan benar....”1 2 3!!!” sudah dapat diduga siapa yang....kalah hahaha, Kemal. Hafidz, Syihab, dan Iman sudah mencapai atas terlebih dahulu sedangkan Kemal masih ‘nyangkut’.

                                

            Hari mulai beranjak sore, sepertinya kami tidak akan bisa melihat matahari terbenam karena cuaca mendung. “Kita nginep sini aja, sekalian besok liat sunrise” kata Syifa ngawur. Kami turun kembali mendekati gapura kompleks Ratu Boko dan berbaring di hamparan rumput hijau yang luas. Aku dan Zahra kelelahan, kami berbaring di rumput sembari memandang langit biru pucat yang akan ditinggal pergi oleh matahari. “Za, kamu tahu kenapa aku pengen ke Ratu Boko?” tanyaku random. “Kenapa, Fan?” “Karena cerita yang waktu itu aku share ke kamu di line” Zahra mengerutkan dahi berusaha mengingat-ingat. “Yang Y stands for Yogyakarta and You” jawabku. “Oooh iya iya” lalu dia tertawa.
            Kami berkumpul kembali setelah beberapa saat terpencar, antara yang ingin leyeh-leyeh dan melanjutkan hunting foto. “He, mbok sini, kalian tak foto buat kenang-kenangan” Kemal menyiapkan kameranya. Kami menghabiskan waktu hingga pukul 17:00 di komplek Ratu Boko, berbicara hal yang sangat random, tertawa bersama di bawah langit sore (?). “Dua blok lagi ya...aku kok sedih ya. Tapi aku juga seneng hari ini” aku mulai baper. “Aku lebih ke sedih sih” kata Syifa. Hening sesaat.

            “Ayo foto bareng-bareng geeengs!”
            “Lope lope”
            “Yang cowok tanda silang”
            “Sekarang gantiaaan”
            “Gini juga bisa jadi love”
            “Tanganku ngga bisa gini”

            Kemudian di dalam pikiranku muncul lagu Evergreen dari Westlife.........

I’m gonna take this moment
And make it last forever
I’m gonna give my heart away and pray we’ll stay together
Cos you’re the one good reason
You’re the only (girl) that I need
Cos you’re more beautiful than I have ever seen
I’m gonna take this night
And makes it evergreen

Kunci Kosku Dimana?!?!
          Seusai makan di pondok laras bersama Yevy, Zahra, dan Syifa, aku merogoh tasku. Aku kaget karena tidak menemukan kunci kosku. GIMANA INI? DIMANA? Aku mulai berpikir tenang dan mengingat-ingat, dugaanku: tertinggal di tempat aku sarapan. Aku ditemani Syifa dan Zahra bersama-sama pergi kesana. Alhamdulillah, ternyata ada.

 Our Memories
          “Aku sayang kalian”
            “Thanks a lot for today”
            Adalah dua hal yang mungkin bisa dibilang sangat kurang untuk mendeskripsikan betapa aku sayang sama mereka (alay yo hahaha).
But gengs, you’re the home when I’m away from home. Thanks for every moments we share together. The laughs, the jokes, all-bully-things. If I am able to stop the time, I will stop this moment and repeat it all over again. Maybe few years ahead, when you miss our moments, you can take a look at this not-enough-good writing and recall things we’ve done together. Semoga Allah tetap menjaga persahabatan kita selama lamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaanya. Aamiin Ya Rabbal Alamin