Selasa, 31 Desember 2013

Akhirnya Kelas XI



Nggak kerasa waktu berlalu begitu cepatnya. Mungkin kebanyakan orang akan bilang begitu. Sekarang aku sudah kelas XI dan Alhamdulillah masuk jurusan yang diinginkan, IPA. Awal-awal masuk IPA kaget banget sekelas cuman 30 orang, tapi ternyata itu karena ada beberapa anak yang pindah jurusan. Waktu belajar efektif, satu kelas diisi 40 orang. Masuk IPA itu seneng sekali dan serem. Buku belum dijual di koprasi dan kita harus puas dengan buku yang dipinjam dari perpustakaan. Fisika, ya fisika yang selalu menghantuiku sejak SMP. Lebay bet ya bahasanya hahaha. Fisika bab 1 adalah vektor, sumpah aku ngga ngerti vektor sama sekali. Di kelas X pernah diajarkan tapi aku ngga mudeng. Pasrah aja deh. Awal ketemu sama guru fisika, bapaknya bilang kalau hanya ada 2 nilai, kalau ngga 0 ya 100. Membuat suasana masuk IPA yang bahagia menjadi tegang. Krik. Belum apa-apa para penghuni XI IPA 1 tangannya udah keringet dingin.
 
Menjalani masa-masa menjadi siswa kelas XI IPA bukan perkara gampang. Mungkin beberapa orang ogah masuk IPA karena tidak suka hitungan. Dan bener, di IPA hampir semuanya hitungan kecuali Biologi. Biologi walaupun hapalan nggak bisa asal ngapal kayak ilmu sosial yang dulu sempat aku pelajari waktu kelas X. Ngapalnya juga harus pake logika dan analisa, kenapa bisa begini dan begitu. Jujur dulu waktu aku kelas X, aku ga berminat sama pelajaran Biologi karena ngebahasnya tumbuhan sama hewan. Ada bakteri, jamur, dan lain-lain. Aku suka Biologi yang mempelajari tentang manusia. Tapi mulai kelas XI ini harus bener-bener lah belajar Biologi. Untuk menggapai cita-cita juga mau jadi dokter, Aamiin! Semoga saat aku buka postingan ini, aku sudah menjadi dokter.

Disamping pelajaran yang terbilang makin berat, banyak juga PR yang diberikan. Sampe seolah-olah ngga bisa napas dari PR-PR ini semua *nangis*. Dulu waktu kelas X masih bisa leha-leha pas weekend, sekarang boro-boro. Ngerjain PR seabrek pas weekend. Kembalikan weekend beneran sayaaaaaa. Semua tugas seolah diteter biar cepet selesai. Belum lagi ulangan yang numpuk. Tiap bangun pagi badanku pegel-pegel banget saking capeknya. Padahal waktu kelas X hampir ga pernah saat bangun pagi ngerasa masih capek dan ngantuk badai.

Terus ngga enaknya kalo sering ngga masuk itu ketinggalan banyak. Ntar udah ngga nyambung mau belajar apa ini.
Di sini kita juga dituntut buat serius dan mulai berpikir jurusan apa yang nantinya kita ambil saat kuliah. Kita juga kudu mempertahankan nilai buat masuk jalur undangan ke jurusan dan PTN yang diinginkan. Yaa intinya kita dituntut semakin dewasa dalam berpikir dan bertindak.

Apa lagi ya yang mau diceritain…
Aku seneng sama XI IPA 1 ini pokoknya. Anaknya asik dan pinter. Ga brutal. Dan memang berjiwa IPA hehehe. 

Tweeted by Marky




Seneng banget rasanya pas ditweet sama idola kita. Waktu itu tanggl 3 November 2012 malem sekitar jam 23.00, Mark cs biasanya ngetweet jam segitu karena perbedaan zona waktu antara UK dan Indonesia. Dapet tweet Mark bisa dibilang butuh perjuangan, akhir-akhir itu dia jarang ngetweet. Ngetweet aja jarang apalagi balesin mention. Nah, malem itu tumben dia online, disusul Shane dan Nicky. Sumpah ini bingung mau ngetweet siapa. Timeline udah ricuh ngirim banyak tweets buat the lads. Dan aku sebenernya udah lama ngeplanning mau ngetweet ini ke Mark. “@MarkusFeehily do you know that Westlife still hold the record that has sold more than 1M coppies in Indonesia? #proud :’)” sesudah 1 tweet terkirim ke bang Marky dan tak ada jawaban, aku tidur.

Karena memang udah malem dan ngantuk banget. Sebelum tidur sempet mbatin, “Coba kalo besok pagi ada yang sms aku ngasih tau kalo Mark bales tweetku..” dan aku ilang dalam mimpi. Keesokan harinya….pas buka hape nokia, kak Malika (@malikatazkiawl) sms aku: “Cieee yang tweetnya diRT Mark (lagi) namanya disebut pula…..” raut muka langsung bahagia girang dan senang dan buru-buru buka twitter.

Pas bukan mention, penuh sekali dengan tweet-tweet dan mention orang yang tak dikenal. MANA MENTION ABANG MARK? Setelah cukup sabar menscroll ke bawah akhirnya menemukan tweet dari orang ganteng ini. “Amazing Fanny! X” ahak aku langsung mau pingsan. Kaget. Ngarep dibales aja enggak apalagi di sebut namanya kayak gitu. Jam 6 pagi udah heboh di rumah. Dan mama lagi-lagi bilang, “Itu asistennya Mark yang bales bukan Mark.” Dan dengan pede dan keyakinan kuat aku bilang, “Bukan lah mum.. jangan suuzon gitu..” hahaha. Followers nambah banyak. Ucapan congrats juga berdatangan. Tapi gitu-gitu ada yang jealous hihihi. Ngumpat gitu lah di twitter. Ah sudah biarkan^^. Thank you bang Marky. Love ya always X! @FannyMcFaddendan sistennya Mark yang bales bukan Mark." kayak gitu.  ke bawah akhirnya dengan tweet-tweet dan mention orang yang tak dikenal


Best Friend Forever



I call them “bestie”. When you met person you can share and tell anything about, it’s your bestie. And bestie will never let you down. They’re gonna try many ways just to cheer you up. Spend the time to laugh and having fun with you. And sometimes you can feel that the more you are close to your bestie is the more you feel like family. Now let me introduce you to my best of the best bestie in the world, Fina and Wida.

I met them when I was 12. Start from Fina, when I move to Balikpapan, I entered regular class. No need a long time I decided try entering acceleration class but I didn’t make it. So the school gave us choice to choose whether back to old class or move to international class (RSBI). My parents wanted me to move to RSBI. What can I do then? Finally, I entered 7 RSBI 4. The class which made me met these nice girls.

I sit beside Fina. She was a girl with curly hair and look so arrogant. At least it was what I see from her first. She looks so busy with things I don’t have any idea about. I remember when I call her, “Finaaa” she only passed me by and don’t you hear me? I started to lost sense against her. And I think she wasn’t match with me, never.

Time passed by and we started to have lil chat about things we like. She knew that I like Westlife so we talked about it. She told me that she liked Westlife too and so did her mother. The chat was getting more interesting and I begin to like her. We share many things day by day until I forgot how we can be so close.

We I’m in trouble, she is always there for me. I did the same. Sometime she called me at night just to tell something. We always go to canteen together and sometime when we’re not in mood to eat, we share food, one food for two. How sweet. I often enough visit her house and meet his little brother, Ikhwan. She often take me home when my daddy didn’t pick me up.


She helps me do many things such as when I had crush at school, she’s gonna try to tell him or give me advice about it. I knew she had many experiences about guys. And when I told her that I should move to another town, she goes lil bit mad. And I guess it’s normal reaction. “Why should you go?” “Why don’t you stay here until the national exams done?” she asked me many questions that actually breaks my heart because I know I feel sad tho, I don’t wanna leave her.

And the day come, it’s D-1 before I left Balikpapan. It was Saturday October 15th 2011. I went out from my test class after done the last one. I found her waiting in front of my class looking down at school yard and have a chat with her friends. Then, she rolls her body and stare at me. I don’t know, but I directly hugged her tightly. I cried. She cried. Tbh, you should know when I typed this tears are in my eyes.

In the night when I packed my stuffs, she sent me many beautiful messages about our friendship. Through twitter and short message. I cried again reading the text and it makes me don’t wanna leave this soon. But it’s impossible.

Tomorrow morning at 7.30 am, she came to airport to see me. Not only her but many friends like Hanum, Wida, Dhika, Shella, Ghendis also came. We sit in Solaria and chill out. Until the time I must be boarding, I cried again, it’s the last time I saw Fina and hugged her. My plane was going to take off and I can see her in “anjungan” waving hands towards me. I cried.

Although we are not in the same city, we keep in touch and share like we used to at the past. I know she’s my best friend. And almost every week, we’re on the phone. I wished I can meet her soon. I miss you so much.

I think Fina is really kind-hearted girl, understanding, fun, and I can tell her anything. She’s also smart.


And the last one is Wida. I met her in 7 RSBI 4 too. I didn’t sit after her. Our seats were far enough and when she heard my name she said, “Annisa Grestefani”? “Really, she’s muslim isn’t she?” she asked to the friend who sits next to her. “I don’t know either.” The friend answered.

We are getting close because of biology task. We made plant cell together from sterofoam, we were in the same group. We did it in her house and we also play and made weirdo videos. Ah my laptop has been stolen, I’m sure there’s a video about the moment in her house. She’s very easy-going, cheerful, and just take all things easy. She is also fun and sometime “blak-blakan”. In the other time, we decided to do all group task together. Also with Fina. So three of us are together. Always.

I remember she ever texted me three times with different numbers and it made me confuse. One of the number it’s actually belongs to her mother. And did you know when we were about having outbound, the teacher didn’t allow us to pick the group member ourselves. We prayed and hoped that we can be in the same group. Using a-cut-piece of paper the teacher wrote the number of the group. We pick it randomly. And I can’t believe we are in the same group, 1! We hugged like teletubbies.

Unfortunately, I should go to Pontianak with my mom and dad the day we go out bound. Wida cried and hugged me. I just can’t believe it, is she crying? OMG I’m not going anywhere to leave you. I laughed. LOL

And also we have the same celebs crush. When we were on 7th grade, we both crushing over Lee Min Ho when we watch Boys Before Flowers. On 8th grade we both have crush on Mark Westlife. On 9th grade we crush on Kim Soo Hyun. We’re fangirling together.
We share many things also. She always look after me when somebody try to scold at me. We go to pray dzuhur together and everytime we finished, she runs at me bringing “bekicot” (it’s like snail) and I automatically run around the class near to musholla. Stressed. Mad. Hm. It was embarrasing.

It’s D-1 before I left Balikpapan. She came to my class with red eyes and tears on her eyes and streaming down her chubby cheek. She hugged me, dahsyat sekali! Let me tell you what I heard when she hugged me (using bahasa Indonesia): “kalo kamu pindah nanti siapa yang nemenin aku?” “kalo kamu pindah siapa yang nyeritain aku harry potter, siapa yang aku tanya-tanyain kalo aku ga ngerti?” “kalo kamu pindah ngga ada yang cerita Westlife lagi.” And there are so many “kalo” and “nanti” I can’t remember. She didn’t speak clearly so I cannot hear. Because she was talking  and crying at the same time.

Just as the same as Fina, at night she sent me many messages, beautiful messages and it also made me don’t wanna leave this soon.
Tomorrow morning she also came to the airport. She gave me a doll, bear doll, pinky. We named the doll “Brenda” or “Brendon and Wida”, yeah she had crush on Brendon Urie (Panic! At the Disco). I cried and hugged her too when I should go.

But we always stay in touch and stick up for a friend. The last time I met her was on May 28th 2012 in Jakarta. She asked me to accompany her to Dufan. She forced me to try “Halilintar”, you know I’m so paranoid. She looks so excited while I look so depressed. IT STARTS! We’re holding hand AND SHE SAID, “I start to feel afraid…” OMG it’s too late to cancel. She screamed out loud while I’m just “dzikir dalam hati” and close my eyes until it stopped. “It’s done?” I asked. Wida didn’t answer me and I saw her “shock face”. “Can we try again?” I laugh. “NO!” she obviously said. We’re going to have lunch and I treat her soup because she doesn’t feel fine after that. It really embarrassed me when we try “Alap-alap” it’s like the little version of Halilintar that’s like roller coaster. She shouted, “Halilintar keciiiill halilintar kecilll HAHAHAHAHA.” I laugh hard.

Well, in the end of this post. I would love to say that I love you girls. You’re like my sister. Thank you very much for looking after me, understanding me, and go weirdo with me. Ily!Friendship must be last forever. (Fanny)




Growing Up




Growing up yaaa growing up. Namanya juga “Up”, keatas makin tinggi makin susah. Dulu waktu SMP rasanya pengen balik ke SD, dan jujur deh waktu SMP aku ngerasa udah gede gitu. Dan ngebet pengen banget cepet-cepet SMA, kuliah, kerja, dapet duit, eurotrip, ketemu Westlife. Hahaha. Cukup sederhana yah. Ternyata setelah menjalani masa-masa SMA, ga kayak di film-film. Maksudnya mungkin kurang lebih seperti ini, kalau di film kan yang disorot kebanyakan kehidupan sosialnya. Bisa happy-happy, pacaran (yang punya pacar, yang jomblo tentu ngga dihitung yah), bisa hang out bareng temen. Apalagi nih sekarang banyak bermunculan aplikasi chat, path sama BBM yang paling populer. Dikit-dikit ngeupdate, laporan lagi ngapain, sama siapa, dan dimana. It’s actually very funny if we take a look. Di twitter juga gitu, update status “laper”, laper ya makan bukan update status wkwkwk.

Sebagian anak SMA mungkin pada masa growing up mereka hura-hura dan manfaatkan waktu buat main dan seneng-seneng. It’s okay. It’s teenage life. Orang tua kita juga dulu begitu. Tapi sebenernya kalau dipikir lebih jauh, memang ini masa-masa yang paling menyenangkan dan paling menentukan. Coba seandainya kita terlalu berlebihan dalam hura-hura sampai lupa mesti merencanakan pendidikan kita ke depan seperti apa, waduuhh bisa kocar kacir semua. Ingat, hanya ikan mati yang ikut arus. Jangan mau diatur sama arus, kita harus menentukan masa depan kita bagaimana. Rencanakan sedini mungkin agar semua sesuai dan indah pada waktunya. Cie! Siapa sih yang nggak bangga diterima di univesitas yang udah jadi impiannya dari jaman masuk SMA? Semua pasti bangga.

Growing up, kita juga dituntut buat lebih dewasa. Masa umur doang yang dewasa, cara berpikir juga dong. Sebelum melakukan ini itu harus dipikir mateng-mateng biar ngga salah ambil keputusan. Yah itulah mengapa penyesalan selalu ada di akhir, karena kita tidak merencanakan dengan baik. Daripada menyesal nantinya, ngga ada salahnya kita kerja keras buat mempersiapkan masa depan yang masih cerah dan menjadi misteri. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian kan?

1 hal yang diajarkan Papaku, “terima kenyataan hidup”. Waktu itu beliau cerita tentang perjalanannya di hutan Papua dulu bersama beberapa ahli ukur tanah dan kehutanan bank dunia, ada dari Russia, India, Inggris, Filipina, dll. Nah kebetulan ada seorang dari tim ini yang mungkin nggak terbiasa hidup di hutan selama 6 bulan dan makan apa adanya. Belum lagi kalau masuk rawa-rawa banyak lintah. Dia sampai nggak mau makan. Lalu dia ditegur sama salah satu orang bule lain, negurnya nggak dimarahin gitu juga sih. Hanya 2 kata simpel yang mencakup semuanya: “Enjoy life”. Berkat pencerahan 2 kata ajaib itu, akhirnya dia mau makan.

Nah dari cerita di atas kita bisa simpulkan kalau memang kita mau nggak mau harus terima kenyataan hidup. Eits, sebelum itu jangan ada yang salah paham dulu. Maksudnya menerima bukan pasrah ya, itu jauh beda. Udah tau musim hujan, ngga bawa payung terus kehujanan dan bilang itu kenyataan hidup, beda beda beda sekali. Kenyataan hidup itu diterima setelah kita mengupayakan yang terbaik, bisa juga berarti kita menerima itu sebagai resiko. Misalnya nih kaya Papaku dulu ambil geodesi kuliahnya, resikonya ya gitu, harus mau kerja lapangan beserta hal-hal lain tentang itu. Itu baru bisa dibilang kenyataan hidup yang memang harus dihadapi. Terkadang memang ada hal yang tidak bisa kita ubah dan hindari karena itu semua sudah kehedak Yang Kuasa.

Magic sekali sebenernya saya sudah menulis sepanjang ini. Tau-tau terketik gitu aja. Hahaha. Semoga bisa menginspirasi ya. ENJOY LIFE BECAUSE WE ONLY LIVE ONCE! 

Short Trip to Paris Van Java



Kota Bandung terkenal dengan sebutan kota kembang dan juga Paris Van Java. Awal kunjungan saya ke kota ini sangat singkat. Pada tanggal 7-9 Agustus 2013, saya kembali mengunjungi kota kembang. Saat kita memasuki kota Bandung, kita akan langsung tersadar mengapa julukan “kota kembang” diberikan kepada kota ini. Pepohonan tinggi dan lebat hampir memenuhi setiap celah kota ini. Hawa sejuk pegunungan berhembus, membuat suasana makin wah!
 
Pada hari Rabu, 7 Agustus 2013 kami tiba di Bandung dan langsung menuju hotel Wisma Dago yang sudah kami booking  sehari sebelumnya. Mengingat ini merupakan liburan hari raya Idul Fitri. Hotel ini terletak bersebelahan dengan ITB (Institut Teknologi Bandung). Sangat strategis dan nyaman. Kami berangkat pukul 06.05 dari rumah menuju ke terminal untuk naik bus menuju Bandung. Mengapa tidak naik kereta? Tiket kereta api pada hari itu habis. So there are no other choice!  Kami sampai di hotel pada pukul 09.40 dan belum boleh check in. Sembari menunggu waktu check in, kami menitipkan barang-barang di resepsionis dan berjalan-jalan di sekitar ITB.

Kebun binatang Tamansari terletak di sebelah ITB. Saya menyempatkan mampir ke sini sebentar karena penasaran. Setelah menghabiskan waktu, kami yang sudah sejak awal berencana ingin naik kuda langsung kembali ke dekat pintu masuk ITB. Disana ada penyewaan delman dan kuda. Untuk kuda mungkin bisa di patok harga Rp 15.000/putaran dan untuk delman sekitar Rp 25.000. Awalnya, kami berencana ingin naik delman. Ternyata keinginan lebih besar untuk naik kuda. Well, get ready!

Setelah 2 putaran, kami berhenti di depan hotel untuk check in. Kemudian kami pergi sholat dhuhur di Masjid Salman ITB. Sekitar pukul 14.00, kami melanjutkan menyusuri kota Bandung di jalan Braga. Jalan ini terlihat unik, bukan berupa aspal namun masih berupa paving persegi panjang berwarna hitam. Kios-kios yang tertata rapi menambah hawa khas jalan unik ini. Akhirnya sampailah kami ke tempat lukisan-lukisan di jual. Dari yang berukuran kecil sampai besar. Dari yang kasar sampai halus. Dari yang ‘real’ sampai abstrak. Kami menyempatkan melihat lukisan di beberapa kios yang terbentang panjang di jalan ini.

Tak terasa telah masuk waktu sholat ashar, kami berjalan kaki menuju masjid di dekat situ, Masjid Raya Bandung. Kami berjalan melewati jalan Asia Afrika, tempat konferensi Asia Afrika yang terkenal bersejarah bagi bangsa Indonesia. Langit mulai mendung dan hujan rintik-rintik turun. Masjid ini sangat ramai. Antara orang-orang yang datang untuk berbuka bersama dan juga pedagang-pedangang yang mencari peruntungan. Tak lama, hujan lebat pun turun tepat setelah kami memasuki aula masjid.

Sekitar pukul 17.00, kami pergi ke Stasiun Bandung untuk memesan tiket pulang. Stasiun Bandung memiliki daya tarik tersendiri. Yang membuatnya berbeda dengan stasiun-stasiun pada umumnya di Indonesia adalah kebersihan yang kemudian membuat suasanya nyaman lebih terasa.

Waktu buka puasa pun menjelang yang tampaknya tak sempat untuk kembali ke hotel. Akhirnya kami memutuskan untuk berbuka puasa terlebih dulu di sebuah mall yang saya lupa namanya. Setelah selesai menikmati hidangan buka puasa terkahir di bulan ramadhan 1434H ini, saya dan mama pergi ke lantai 1 untuk melihat beberapa sepatu dan baju. I got this cute shoes!

Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Laailaa hailallahuallahuakbar.” Gema takbir terdengar dimana-mana.

Keesokan paginya, kami pergi sholat idul fitri di lapangan basket ITB. Udara pagi terasa menusuk tulang. Sayangnya saya dan mama tidak membawa sajadah yang tebal. Sehingga kami terasa hanya duduk beralaskan koran, udara pagi terasa makin dingin. Setelah sholat id dilaksanakan, seperti biasa, imam membacakan khotbah. Tak lama khotbah pun selesai, semua orang bersalam-salaman memohon maaf untuk kesalahan yang mereka lakukan kepada sanak saudaranya. Pemandangan khas saat lebaran. Namun sangat disayangkan, di lingkungan intelektual seperti ini, tradisi meninggalkan koran setelah sholat id masih berlanjut. Orang-orang seakan tak peduli karena mereka berpikir “nanti kan ada yang ngambil”. Ya memang, tapi coba bayangkan saja jika setelah selesai sholat id, kita merapikan koran yang telah kita pakai dan meletakkan di satu tempat agar dibawa oleh orang yang membutuhkan, mungkin akan lebih mudah. Apa susahnya memungut beberapa lembar koran? Berikut ini foto koran-koran yang berceceran setelah sholat id.

Hari kedua di Bandung, setelah melaksanakan sholat id, kami sarapa di hotel dan berjalan-jalan di sekitar universitas padjajaran. Niatnya hari itu mau pergi ke kampus 2 ITB yang terletak di Jagorawi, jaraknya lumayan jauh dari hotel di Dago ditambah lagi macet dan panas. Kami memutuskan untuk kembali. What a waste of time.

Pagi harinya di hari terakhir, kami memutuskan jalan-jalan pagi melewati samping ITB. Jalan yang rindang dikelilingi pepohonan dan udara pagi yang dingin hmmmm… Terlihat di sepanjang jalan Ir. H. Juanda beberapa factory outlet. Banyak terdapat bangunan kuno yang tak dirubah sama sekali arsitekturnya. Bangunan-bangunan ini memiliki daya tarik tersendiri.

Kami segera kembali ke hotel untuk sarapan dan beres-beres. Pukul 09.00 kami berjalan kaki ke cihampelas, tempat yang terkenal menjual baju dan kaos-kaos khas Bandung. Saya dan mama mondar mandir kesana kemari menikmati semua pagelaran kaos yang seperti tiada habisnya sembari memilih beberapa buah untuk oleh-oleh.

Pukul 12.40 kami check out hotel. Lagi-lagi saya dan mama tergiur melihat FO di jalan Ir. H. Juanda dan kami memutuskan untuk mampir hingga pukul 14.00, kereta berangkat ke Jakarta pukul 16.00. I don’t know, since I entered some factory outlets I suddenly understand why someone can be a shopaholic!

And here we are, sitting on the train heading to Gambir – Jakarta. Goodbye, Bandung. See you later!