Jumat, 23 Oktober 2015

Neo


Dan disinilah aku, berjalan melewati trotoar gedung fakultas psikologi dan ilmu budaya lalu berpindah menuju trotoar boulvard. Aku membuka pintu kamar kost dan melihat keadaan seperti kapal yang seperempat pecah. Menurut beberapa orang mungkin kondisi kamarku saat ini tidak berantakan, namun bagiku sebaliknya. Mama selalu berpesan bekali-kali agar selalu menjaga kerapihan kamar untuk kenyamanan belajar. Selimut yang belum terlipat tadi pagi masih tergeletak begitu saja. Sementara kertas-kertas berserakan di atas tempat tidur dan meja belajar. Ah sudahlah, toh aku akan rehat selama beberapa saat karena baru saja menyelesaikan ujian blok introduksi.

Inilah pengalaman pertama menyelesaikan blok perdanaku di fakultas kedokteran. Rasanya masih sulit dipercaya kalau aku benar-benar ada disini dan berstatus sebagai mahasiswa kedokteran. Apakah aku menginginkannya? Awalnya tidak 100%. Karena jika kalian tau, aku hanya ingin menuruti keinginan papaku dan mewujudkan cita-cita yang tidak sempat dicapai mamaku, yaitu untuk menjadi dokter. Hal ini mengingatkanku pada pepatah bahasa Jawa, witing tresno jalaran saka kulino (mulai tumbuh cinta karena kebiasaan). Ya, aku jatuh cinta.....padanya....dia....dan juga fakultas kedokteran (ini sedikit ambigu jadi bisa diabaikan)

Aku memandang jadwal blok 1.2 tentang sistem saraf dan muskuloskeletal, kemudian Mario Teguh akan berkata “Super sekali” sambil menampakkan wajah bahagia. Keterampilan medik di blok sebelumnya hanya satu kali. Di blok ini terdapat 9 kali keterampilan medik. Hampir semua praktikum berbau anatomi. Selamat datang di Fakultas Kedokteran, wahai cadok-cadok yang insyaAllah rahmatan lil alamin.

Halo, Tutorial 16!
          Sistem pembelajaran di fakultas kedokteran menggunakan metode PBL (Problem Based Learning) yang bertujuan untuk menyederhanakan pembelajaran kami yang (katanya) sangat kompleks. PBL dituangkan dalam bentuk diskusi di dalam kelompok kecil yang terdiri dari 8-10 orang. Bersama seorang dokter yang berperan sebagai tutor, kami akan membahas masalah sesuai skenario yang diberikan. Dan di sini semua bermula, saat negara api menyerang.

            Aku berjumpa dengan mereka untuk pertama kalinya pada 9 September 2015 gedung FK lantai 4 ruang 4.14. Kami berjumlah sepuluh orang yang terdiri dari enam ladies dan empat gentleman. Apakah aku harus membuat pertanyaan C2 untuk menjabarkan bagaimana sih gregetnya mereka-mereka? Hehehe. Alay. I know. (Efek habis ujian skill practice)

                          

Perkenalkan:

1.    Hafidz             : Awalnya kalem dan jarang ngomong, taunya koplak kelewatan. Suka nyeletuk hal-hal lucu secara spontan. Zahra sebagai teman SMAnya mengakui bahwa dulunya Hafidz tidak begitu.  “Kalau mendengar kardivaskuler apa yang terbayang?” katanya saat membuka presentasi dalam rangka penugasan cabang ilmu kedokteran. “Jantuuung” jawab kami serempak. “Benar! Saya kalo keinget itu jadi berdebar-debar”. Hafidz juga diprediksi bakal menjadi aslab biokimia. Aamiin.

2.    Syihab            : Dari dulu kenal sampe sekarang masih kalem. Suka diceng-ceng-in sama dokter Evy karena menyebut tutor sebagai ‘penikmat’. Menurut dokter Evy, diamnya Syihab mengandung banyak arti dan sulit dibedakan. Stay cool ya, hab? Hahaha. Oh! He is the youngest among us!

3.    Zahra              : Zahra adalah ladies paling tinggi di grup ini. Ya, yang lain masih pada imut-imut. Jadi teringat ibu-ibu yang dulu bilang ke aku, “Wah, kecil-kecil udah jadi dokter ya” “........”. Bersyukurlah di FK ngga ada syarat tinggi minimum. Zahra adalah ahlinya tertawa. Kalau diamati lebih mendalam terdapat kesamaan antara Hafidz dan Zahra (CIE kalian), apakah itu? Diam-diam koplak. Saat itu sedang berlangsung tutorial skenario 3 yang membahas tentang sel. Iman kemudian bertanya, “Ada kaitannya nggak osmosis dengan dehidrasi?” Zahra yang ketika itu sedang berperan sebagai ketua diskusi kemudian menanggapi, “Mmm Iman... Kenapa kamu nanya kayak gitu?” hening seketika. Aku tidak bisa membendung tawaku yang meledak secara spontan. Sementara dokter Evy terdiam dengan ekspresi keheranan. Menyadari ada kesalahpahaman, Zahra kemudian berkata, “Bukan bukan.. Maksudnya apa dasar kamu tanya kayak gitu?....”

4.    Aulia               : Miss Calm mungkin jadi julukan yang tepat untuk mbak satu ini, yap! Dia sebenarnya lulusan tahun 2014, seperti yang khalayak umum tau kalau banyak yang menjadi ‘korban php tabrak lari’ fakultas kedokteran negeri. Tabrakkan diri ke negeri dan ternyata berlari ke swasta. Kami semua juga begitu. Kenapa Miss Calm? Karena dia super kalem dan selow, meen. “Adek saya....banyak” (Aulia, 2015, saat memperkenalkan diri)

5.    Syifa               : Pernah denger istilah “KuDa-KuDa”? ya, itulah Syifa. Sekian. LOH WKWK. Mbak yang satu ini juga merupakan angkatan tahun lalu. Dia menjadi bendahara tutorial kami. Aku sebenernya agak sedih karena dia suka menghilang tiba-tiba tanpa kusadari L

6.    Iman               : Ketua tutorial kami sekaligus merangkap sebagai yang tertua. Kalau Aul dan Syifa angkatan tahun lalu, Iman adalah angkatan abad lalu. Hahaha. Engga engga, bercanda. 2013! Ciri khasnya adalah selalu memakai peci kemana-mana, “Loh, kan aku juga mau kayak kalian. Kalian pake jilbab, aku pake peci” Subhanallah. Iman akan memandang dokter Evy terus menerus ketika adzan berkumandang karena dokter Evy tidak kunjung mengakhiri diskusi. “Nanti kalau aku mati tapi belum sholat gimana?” aku salut dengan tingginya tanggung jawabnya kepada Allah...

7.    Tina                : Tina adalah ‘Mbak’ lain dalam kelompok kami, dia juga satu angkatan dengan Aul & Syifa. Gejalanya? Sama. Menjadi ‘korban php tabrak lari’ FK negeri hahaha. Baru-baru ini pen dari note-nya hilang dan akhirnya dia mengganjalnya dengan tusuk gigi yang diberi tissu. Impersonate? “Kamu mau makan dimana?” (?)

8.    Yevy               : Dia terlahir di kapal yang menuju ke pulau Kalimantan, karena itulah namanya Yevy. Lumayan sering dibully karena berasal dari Bontang. Ada yang nggak tahu Bontang dimana? Silahkan tanya Yevy. Mau tahu arti nama Yevy lebih dalam? Silahkan berkonsultasi sama Yevy.

9.    Fany               : Paling bawel. Aku berubah dari gadis yang lugu dan pendiam menjadi mbak-mbak yang ‘ganas’ sejak kuliah.

10.  Kemal            : Ketua angkatan kami ^^ menurut dokter Evy, kalau kemal mulai memegang dahi atau rambutnya itu tandanya ada sesuatu yang mengganjal atau tidak dia pahami. Selalu ingin dimudakan dengan cara memanggil “Mbak” atau “Mas” ke teman-teman lainnya. Tips dari Kemal saat mengerjakan soal minikuis adalah kerjakan dulu yang bisa, kalau tidak bisa tinggalkan. Aku mencoba cara ini dan ternyata ampuh. Kemal punya salah satu ciri expert learner, yakni actively engage. Maksudnya? Dia aktif terlibat dalam banyak hal. Mungkin karena tuntutan sebagai ketua angkatan, ya, mal?

Sesuatu yang “Neo”
          Perhaps you hate a thing and it’s good for you. Perhaps you love a thing and it is bad for you and Allah knows while you know not” (QS 2:216)

            Pertama-tama aku ingin mengucap syukur terlebih dahulu karena Allah menempatkanku disini, FK UII. Saat itu aku sangat sedih ketika universitas negeri yang kuidam-idamkan malah jatuh ke tangan orang lain (tolong jangan baper, ya). Namun, banyak pelajaran-pelajaran berharga di luar akademis yang kudapatkan disini. Aku jadi merenung tentang beberapa hal yang sebelumnya tidak pernah kusadari.

1.    Mandiri & Control
Karena berada jauh dari orang tua, aku dituntut untuk lebih mandiri. Dulu mungkin untuk hal sepele seperti makan saja, papa dan mama akan membelikan atau membuatkan makanan untuk anaknya. Sekarang? Tak cari makan, tak makan. Semua pekerjaan rumah yang dulu belum maksimal kulakukan sekarang menjadi wajib dilakukan, seperti mencuci dan setrika. Disini aku juga dituntut untuk bisa memanage waktu agar tidak terlena dengan hal-hal yang kurang produktif. Seperti? Nonton naruto, main hape, kebanyakan daydreaming, dan mageran.

2.    Team work
Melalui diskusi tutorial memang diharapkan agar kita bisa bekerjasama dengan orang lain. Karena nantinya pada dunia kerja akan banyak terjadi diskusi yang melibatkan interaksi dengan orang lain. Study hard, work hard, play –cukup- hard.

3.    Sifat orang
Mengenal individu lebih dalam lagi. Mungkin ini bukan hal asing ya? Namun karena aku ‘sendiri’ di sini, aku jadi lebih bisa mengamati karakter masing-masing orang. “Hmmm ternyata si ini begini...”

4.    Banyak belajar tentang agama
Titel “Islam” sangat tidak bisa dipisahkan dari universitas ini. Setiap pembelajaran dikaitan dengan nilai keislaman, seperti bagaimana cara menjadi dokter yang profesional? Hal ini bisa dikaitkan dengan dalil-dalil dalam hadits dan al qur’an. Tidak hanya dari segi agama, aku juga mulai merenungkan peristiwa-peristiwa dan menghubungkannya dengan Islam. Aku kagum saat mempelajari sintesis protein (yang sebenarnya sudah dipelajari saat SMA). Gambaran singkatnya: di dalam inti sel kita terdapat DNA, DNA akan menanggapi setiap sinyal dengan cara sintesis protein. Lalu dihubungkan dengan saat kami belajar histologi untuk melihat sel dan jaringan melalui mikroskop. Apakah Anda bisa membayangkan betapa kecil dan tipis jaringan di preparat itu? Apakah terbayang bahwa di preparat yang tipis tersebut masih ada buaanyak sel? Apakah terpikir di dalam sel yang banyaaak tersebut terdapat inti sel yang aku sendiri susah untuk melihatnya...dan disana masih terjadi replikasi DNA. Lalu, nikmat Allah yang mana lagi yang kamu dustakan? Sungguh Allah menciptakan kita dengan sempurna. This thing makes me feel so grateful about things that I have right now.

5.    Dosen dan teman yang baik
Tahukah berkah yang terkadang tidak kita sadari? Teman-teman yang baik. Saat kita berada jauh dari orang tua, siapa yang bisa kita andalkan? Tentu saja teman. Jangan terlalu egois dan beranggapan bahwa kita bisa melakukan semuanya sendiri. Kita tetap butuh bantuan orang lain. Aku bersyukur sangat memiliki teman-teman yang baik seperti Carotis & Tutorial 16. Mereka membuatku merasa Jogja seperti rumah keduaku. Mereka yang selalu tertawa bersamaku. Intinya, I love you guys! Salah satu dosen kesayanganku dan kesayangan Tutorial 16 tentu saja dokter Evy. Beliau adalah tutor kami selama blok 1.1 ini. Dengan sabar dan sangat keibuan, beliau membimbing kami yang masih sangat awam untuk lebih mengenal dan membiasakan diri dengan segala hal di fakultas kedokteran. Walaupun terkadang aku merasa bahwa diskusi kami tidak berjalan cukup aktif karena terlalu banyak keheningan. Tentunya kami merasa sedih saat blok 1.1 berakhir karena berarti kami tidak akan berdiskusi tutorial lagi bersama dokter Evy.


                               

Begitulah cerita openingku menjalani hidup sebagai mahasiswa kedokteran. Nantinkan episode-episode selanjutnya!

Selamat hari dokter nasional J

                                      

NB: Kalo yang lain pada bilang, "Yakin ga mau sakit?" apadaya aku cuma bisa bilang, "Jaga kesehatan ya!" (?)