Sabtu, 21 Mei 2016

Evergreen

Cause this world would be empty without you
It scares me that this life would mean nothing without you
Someday we’ll have to say goodbye
I need to let you know that I will never try to fill the space between
It’ll only ever be....
You and Me
[Shane Filan – You and Me]

Wacana Berubah Jadi Rencana
Hari itu tanggal 16 Mei 2016 saat kami berencana memberi late birthday surprise ke Tina yang sebenarnya berulang tahun pada tanggal 10 April. Kami pergi makan bersama di Lesada. Setiap surprise selalu mempunyai kendala. Dan kendalanya ada-ada aja. Entah yang mau di-surpise-in pergi entah kemana atau bingung harus improvisasi gimana. Hari itu ATM Tina hilang, dia harus segera pergi untuk memblokir ATM yang hilang itu. Akhirnya kami memutuskan untuk langsung membuka kuenya bersama-sama dan menancapkan lilin angka “20” di atasnya. “Tina Tina Tina, sini dulu, HAPPY BIRTHDAY TINAAAA”. “Tina coba mukanya pura-pura kaget bahagia” kata Yevy yang sibuk mengabadikan momen ini lewat kamera hapenya yang wew itu. Tina manut dan melakukan apa yang dikatakan Yevy.
Setelah foto-foto dan icip kue ulang tahun Tina yang maknyus banget, dia pergi untuk mengurus pemblokiran ATM. Sementara kami masih disana dan mengobrol random tentang rencana pergi ke Ratu Boko setelah ujian blok 1.5 Endokrin & Reproduksi. Semuanya menyambut antusias. Sudah cukup lama kami tidak pergi bermain bersama. “Nanti kita piknik aja disana” sebuah usulan cute muncul. “Nanti Syihab bawa mobil aja, biar bisa masukin tiker”. Ide-ide lain mulai berkembang terutama tentang rencana piknik. Kami sangat excited membicarakannya. Hanya ada satu kalimat yang menutup pembicaraan seru hari itu, “Tapi jangan wacana ya!”

Ujian Blok
          Tibalah waktu penentuan 50% porsi dari nilai blok kami. Mulai semester dua, sistem ujian kami diganti menggunakan CBT. Kami terbagi menjadi dua gelombang, gelombang pukul 7:15 dan pukul 10:15. Otakku sudah mulai lelah melihat buku kecil bersampul oranye yang merupakan rangkuman materi. Walaupun aku merasa belum terlalu menguasainya, aku memilih untuk menutup buku tersebut. Aku duduk di kursi nomor 98 dan mulai mengerjakan soal ujian blok. “WEW” pikirku saat meng-klik nomer demi nomer. Aku banyak memberi simbol bendera di nomor yang masih meragukan.
Why? Soalnya membuatku berpikir keras untuk menganalisa jawaban yang tepat. Entah mengapa aku sangat ingin mengupil. Akhirnya, aku mengerjakan soal ujian blok dengan mengupil. [RANDOM BANGET SUMPAH HAHAHA].

Ditinggal Sendirian
          Alhamdulillah sampailah kami di hari H pelaksanaan jalan-jalan bareng. Kami memutuskan untuk pergi ke Tebing Breksi, Candi Ijo, dan terakhir ke komplek Candi Ratu Boko untuk melihat matahari terbenam yang indah. Seperti biasa, kami janjian berkumpul di Bookstore di dekat gerbang masuk UII. Aku berjalan menuju Bookstore sekiatr pukul 7:30. Hanya ada Syihab, Hafidz, Kemal, Iman, Syifa, dan aku disana. Tak lama kemudian Tina datang bersama dengan adeknya yang sedang berlibur ke Yogyakarta. Tina meminta izin untuk sarapan sebentar. Tiba-tiba........cinta datang kepadaku~ bukan -_- Syifa minta izin pergi untuk pipis, sedangkan keempat pria-pria itu malah sarapan bareng dan mereka meninggalkanku sendirian untuk menjaga mobil dan tas Hafidz. Well, gengs, well! Kami berangkat pulul 8:30, molor satu jam dari jadwal semula.

Ini dimana?
            “Lewat jalan tembus aja!” kata Tina megusulkan. Kami bersiap untuk berkendara menuju tempat trip kami kali ini. Syihab, Iman, Tina, dan adeknya bersama-sama naik mobil Syihab. Zahra bersama dengan Yevy, Kemal dengan Hafidz, dan aku dengan Syifa. Kami menyusuri jalan dengan dihiasi pemandangan sawah hijau yang tiada habisnya. Cuaca tidak terlalu panas, namun bisa dikatakan mendung. Aku hanya bisa berdoa agar tidak turun hujan sehingga memudahkan acara hura-hura kami hari ini, 21 Mei 2016.
            “Ini dimana, Syif?” tanyaku mulai penasaran. “Aku ngga tau eh...” kami terus mengikuti rombongan yang terdiri dari sepuluh orang tersebut hingga tiba di Jalan Raya Solo- Jogja.

Salah Jalur
          Tibalah kami di daerah Kalasan, daerah yang sangat asing buatku yang hanya tau jalan kaliurang, jalan magelang, dan stasiun Tugu Yogyakarta........ krik. Kami terus melaju dengan semangat kawula muda membara di dada (asli ini bahasanya apa banget wkwk). Lalu semua berubah saat....”Syif, ini roda empat” plang lalu lintas berwarna hijau membuatku tercengang. Sementara Syifa masih melaju. “Kita salah ya?” “Iya”
            Entah apa yang ada dipikiran kami saat itu sehingga tidak ada inisiatif untuk memutar balik. Aku menengok ke belakang, melihat rombongan Kemal-Hafidz dan Zahra-Yevy. Hanya ada Zahra-Yevy yang tepat berada di belakang kami. “Eh kalian kok ngikutin, ini kan roda empat...” kata Syifa. Hening. Tak lama kemudian Kemal-Hafidz muncul, “Eh kalian kok disitu?” dia berada di jalur sebelah kiri yang terpisah dari kami.
            Sialnya....dan singkat cerita, kami berdua ditilang.

Tebing Breksi
          Setelah melewati jalan tikus ajaib, kami akhirnya tiba di tebing breksi! YAY YAY. SELAMAT SELAMAT! Cuaca masih tetap teduh seperti saat kami berangkat. Tebing yang tersusun atas batu breksi yang membentuk diding raksasa sudah terhampar di depan pandangan kami. Disana kami sibuk untuk hunting foto (pastinya) dengan segala gaya, daya, upaya, dan tenaga. Kami menyusuri tangga untuk naik hingga ke puncak tebing itu. Dari puncaknya, kita bisa melihat landasan udara bandara adi sucipto dan juga Candi Ratu Boko.
            Tak terasa waktu menunjukkan pukul 11:30, kami bersegera pergi ke destinasi selanjutnya, Candi Ijo yang terletak lebih atas dari tebing breksi. Semua sudah terlihat lelah, lapar, letih, lunglai. Tampaknya kami memerlukan asupan glukosa sebelum tubuh kami mengalami glukoneogenesis. Halah. Cuaca berubah menjadi sangat panas dan terik. “Kayaknya aku iteman ini....” “Pulang-pulang langsung maskeran...”

                               

Candi Ijo
            YAYNESS! Kami sampai di destinasi kedua yakni Candi Ijo! Welcome guys. Kami tidak terlalu lama singgah disini karena harus turun ke bawah untuk sholat dhuhur. Hanya foto-foto ala kadarnya dengan semangat yang tidak semembara di tebing breksi tadi. Kami butuh asupan glukosa, kakak, help (?). Kami terpencar-pencar, aku hanya memilih duduk di pinggiran candi dan memotret mereka yang ingin dipotret. “Fan, foto loncat. Aku mau buktiin kalo aku bisa loncat.” kata Kemal sambil menyerahkan handphone Yevy. “1 2 3!” pose loncat Kemal kurang greget walaupun tidak bisa dibilang gagal.
            “Gini lho mal, kalau loncat kakinya ditekuk” kataku menggurui. Tak lama kemudian Hafidz dan Iman ikut project foto loncat. Mereka mulai mempermasalhkan kaki panjang lebih susah untuk foto loncat. Kemudian, aku meminta Hafidz untuk memotretku denga pose foto loncat. “Kamu kalo foto loncat selalu bagus eh, Fan” “Kakinya pendek...” kata Kemal menanggapi. Ok. Fine, gengs.

Mau Makan Aja Susah
          Setelah menunaikan sholat dhuhur, kami caw untuk menambah asupan glukosa dalam tubuh (baca: cari makan). Entah kami harus kemana mencarinya, kami tidak tahu arah, kami hanya mengikuti insting, kami anak baik-baik yang kelaparan. Kami seperti berkendara tanpa tau arah tujuan. “Wah, bayi sudah mulai lelah...” Kemal meledekku. Ew....aku menjadi “bayi” di Tutorial 16 karena...paling...imut...aleman. J
Daerah sekitar komplek candi yang kami merupakan suburb sehingga cukup susah untuk menemukan tempat makan yang muat untuk sepuluh orang. Akhirnya kami tiba di warung padang.

Ratu Boko
          Aku bingung harus memulai darimana saat akan menceritakan Ratu Boko (cie speechless). Kami tiba disana pukul 14:45 dan langsung pergi ke mushola untuk persiapan sholat ashar. Eits, lupa. Kami membeli tiket masuk seharga Rp 25.000 dan membayar parkir untuk satu mobil dan tiga motor. Jalan menuju Ratu Boko hampir sama sepeti ke Candi Ijo dan Tebing Breksi, menukik dan masih berlubang. Bisa diibaratkan seperti perjalanan hidup, naik naik naik sulit dan penuh rintangan tapi toh akhirnya kita akan sampai untuk melihat keindahan di ujung perjalanan (lagi bijak).
            Alhamdulillah, sholat ashar is done! Saat kami akan naik menuju kompleks Ratu Boko, kami bertemu dengan teman kami, Raras, Banun, dan Shela! Yay yay. “Ayo ibu ibu foto dulu” kata Hafidz. Dia menjadi fotografer profesional bersama dengan Kemal. “(translated) aku kalau fotoin orang bagus, giliran aku yang difotoin jelek” curhatan Hafidz. :’) Setelah foto-foto ala ibu-ibu sosialita, kami berpisah. Raras, Banun, dan Shela akan melanjutkan perjalanan ke destinasi lain. “Di atas sana luaaas banget, semangat ya!” kata Raras.          

                               

            Wew, ternyata seperti ini Ratu Boko.......luas. Bangunan reruntuhan candi dengan di atas rumput hijau yang sangat luas. Weekend menyebabkan sangat ramai orang datang mengunjungi candi yang diduga merupakan reruntuhan kerajaan mataram hindu ini. Dengan lincahnya, Yevy sudah berlari kesana kemari minta difoto hahaha. Ga ada lo ga rame memang, Yev. “Fotoin aku disini nah!” “Eh disini bagus banget”
            Berbagai hal kami alami dari mulai kebanyakan foto sampai kamera DSLR Ramdan yang kami pinjam kehabisan baterai. Untungnya Kemal membawa charger kamera dan it works again. Kami menyusuri komplek Ratu Boko sampai ke seluk beluknya. Hingga kami tiba di salah satu bagian kompleks candi yang disebut pendapa. View langit sore yang sedikit mendung tidak menyurutkan semangat kami....untuk foto-foto (-_-).
            Disini kami menyaksikan perlombaan panjat-pendopo-dengan-sekali-hentak! Wkwkwk. Keempat pria tangguh tutorial 16 adalah pesertanya. Fyi, ini hanyalah lomba bikinan kami para cewek-cewek. Aku membawa handphone Yevy untuk memvideo lomba yang kelihatannya bakal kocak parah ini. Dan benar....”1 2 3!!!” sudah dapat diduga siapa yang....kalah hahaha, Kemal. Hafidz, Syihab, dan Iman sudah mencapai atas terlebih dahulu sedangkan Kemal masih ‘nyangkut’.

                                

            Hari mulai beranjak sore, sepertinya kami tidak akan bisa melihat matahari terbenam karena cuaca mendung. “Kita nginep sini aja, sekalian besok liat sunrise” kata Syifa ngawur. Kami turun kembali mendekati gapura kompleks Ratu Boko dan berbaring di hamparan rumput hijau yang luas. Aku dan Zahra kelelahan, kami berbaring di rumput sembari memandang langit biru pucat yang akan ditinggal pergi oleh matahari. “Za, kamu tahu kenapa aku pengen ke Ratu Boko?” tanyaku random. “Kenapa, Fan?” “Karena cerita yang waktu itu aku share ke kamu di line” Zahra mengerutkan dahi berusaha mengingat-ingat. “Yang Y stands for Yogyakarta and You” jawabku. “Oooh iya iya” lalu dia tertawa.
            Kami berkumpul kembali setelah beberapa saat terpencar, antara yang ingin leyeh-leyeh dan melanjutkan hunting foto. “He, mbok sini, kalian tak foto buat kenang-kenangan” Kemal menyiapkan kameranya. Kami menghabiskan waktu hingga pukul 17:00 di komplek Ratu Boko, berbicara hal yang sangat random, tertawa bersama di bawah langit sore (?). “Dua blok lagi ya...aku kok sedih ya. Tapi aku juga seneng hari ini” aku mulai baper. “Aku lebih ke sedih sih” kata Syifa. Hening sesaat.

            “Ayo foto bareng-bareng geeengs!”
            “Lope lope”
            “Yang cowok tanda silang”
            “Sekarang gantiaaan”
            “Gini juga bisa jadi love”
            “Tanganku ngga bisa gini”

            Kemudian di dalam pikiranku muncul lagu Evergreen dari Westlife.........

I’m gonna take this moment
And make it last forever
I’m gonna give my heart away and pray we’ll stay together
Cos you’re the one good reason
You’re the only (girl) that I need
Cos you’re more beautiful than I have ever seen
I’m gonna take this night
And makes it evergreen

Kunci Kosku Dimana?!?!
          Seusai makan di pondok laras bersama Yevy, Zahra, dan Syifa, aku merogoh tasku. Aku kaget karena tidak menemukan kunci kosku. GIMANA INI? DIMANA? Aku mulai berpikir tenang dan mengingat-ingat, dugaanku: tertinggal di tempat aku sarapan. Aku ditemani Syifa dan Zahra bersama-sama pergi kesana. Alhamdulillah, ternyata ada.

 Our Memories
          “Aku sayang kalian”
            “Thanks a lot for today”
            Adalah dua hal yang mungkin bisa dibilang sangat kurang untuk mendeskripsikan betapa aku sayang sama mereka (alay yo hahaha).
But gengs, you’re the home when I’m away from home. Thanks for every moments we share together. The laughs, the jokes, all-bully-things. If I am able to stop the time, I will stop this moment and repeat it all over again. Maybe few years ahead, when you miss our moments, you can take a look at this not-enough-good writing and recall things we’ve done together. Semoga Allah tetap menjaga persahabatan kita selama lamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaanya. Aamiin Ya Rabbal Alamin


                                 

3 komentar: