Selasa, 08 Juli 2014

My First Umrah: the best and unforgetable (Part 2)

Sebenernya ini mau dijadikan satu sama postingan sebelumnya tentang cerita umrah, tapi takut kepanjangan hehehe. Jadi, sepulang umrah aku berusaha lebih baik lagi dalam mendalami islam dan melaksanakan ibadah. Makkah memang ajaib ya, seakan habis pulang dari sana pikiran di-refresh dari hal-hal yang selama ini aku sempet melenceng (bahkan parah). Alhamdulillah akhirnya ya (?)

Pertama, dulunya aku ngga kebiasa sholat sunnah rawatib tapi sekarang mulai dibiasakan mengerjakan sholat sunnah. Dan aku menarget diri supaya minimal sholat sunnah sebelum atau sesudah sholat wajib. Sunnah itu sebenernya bukan: “kalau dikerjakan mendapat pahala kalau ditinggalkan tidak berdosa.” tapi lebih ke: “kalau dikerjakan mendapat pahala kalau ditinggalkan sia-sia.”. Alhamdulillah nggak cuma sholat sunnah yang mulai aku kerjakan, puasa sunnah senin-kamis juga mulai dilatih walaupun kadang senin doang, kamisnya tepar ga bangun sahur. He he. Aku juga mulai belajar sholat tahajjud, berusaha bangun malem pakai alarm. Termotivasi dari hadits yang bilang kalau do’a orang tahajjud itu laksana anak panah yang dilepaskan dan tidak akan meleset. Dan satu lagi, kebanyakan penghuni surga nantinya adalah orang yang bangun di malam hari untuk melaksanakan ibadah. Tapi keseringannya alarmnya bunyi, aku matiin, tinggal tidur lagi. Astaghfirullah, godaan syaitan ini kuat sekali. Tapi namanya juga belajar J

Kedua, dulunya menganggap orang-orang yang terlalu sering membahas islam di socmed itu berlebihan. Sekarang malah setiap retweetku bukan lagi akun quotes yang biasanya, malah jadi akun islami seperti @tausyiahku @haditsku twitternya ustad Felix, @felixsiauw, dan banyak lagi. Dari timeline user twitter di atas aku makin banyak belajar soal islam. Di instagram juga follow @islamicpostz yang keseringan quotesnya aku jadiin DP BBM hehe. Ada lagi buat mengobati kerinduan tanah suci follow @makkahmadinaah. Banyak deh. Aku juga nggak nyangka aja gitu kok aku yang dulunya islam KTP bisa jadi islam asli begini. Ngga papa, kan berubah menjadi lebih baik.

Ketiga, hijab hijab hijab! WHYYY sudah lama berhijab tapi kok masih belum sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits?!?!?! Kenapa baru sekarang sadarnyaa? Kenapa dulu keluar rumah suka ga pake kerudung? Kenapa kalau liat perempuan hijab syar’i malah kayak “ih”? ya Allah tobat deh tobat saya. Bisa dibaca latar belakang kenapa aku mulai belajar hijab syar’i di post sebelumnya “Hijab (Syar’i)”. Sekarang baru sadar manfaatnya berhijab. Apa ya? Ngerasa ada yang jagain dan nyaman aja karena ngga harus pake yang ketat-ketat. Susah make susah nyopotnya. Wkwk. Walaupun kalo keluar rumah masih suka di-“neng mau kemana”-in. Atau “assalamu’alaikum..lho kok ngga dijawab?” (-__-). Banyak perempuan berhijab cuman belum sesuai sama peraturannya bagaimana. Like I used to be in the past. Dulu suka ga pake kaos kaki, padahal kaki juga aurat, pake celana jeans padahal ketat dan memang ngga boleh, kerudung yang ngga menutup dada dan kadang masih nerawang. I remember when my best friend, Aci said, “kamu berhijab kok masih keliatan kupingnya?” haduh aku malu sekali.

Keempat, selama ini aku sadar kalau aku belum mengenal Nabi Muhammad SAW sebaik aku mengenal pesonil Westlife. Astaghfirullah (lagi). Aku hapal dimana dan kapan masing-masing personil Westlife lahir, warna kesukaan, nama bapak-ibu, istri, adek-kakak, nama anjingnya Mark (-_-), dll. Tapi aku ga tau tentang Nabi Muhammad SAW. Kadang malah suka ketuker nama kakek sama ayahnya. Nama ibunya kadang lupa. Nama istri yang aku tau cuma Siti Khadijah sama Aisyah ra. Perjuangannya? Ya Allah aku ngga tau dan sekarang aku merasa bersalah banget. Umat macam apa ini ngakunya islam tapi kok nggak tau apa-apa soal junjungannya, idolanya, orang yang dianut. Astaghfirullah (lagi). Akhirnya aku banyak beli buku tentang sejarah Nabi Muhammad SAW, perilaku beliau sehari-hari, sama kalau beli buku sekarang pasti ada hubungannya sama islam. Meneladani perilaku dan nabi bersikap dari banyak aspek itu rasanya makin tentram. “Beliau ini perfect.” Batinku sembari membolak-balik lembar demi lembar. Setiap hal selalu dilakukan dengan baik dan tidak pernah lupa sama Allah SWT. Beliau rajin ibadah walaupun sudah dapet jaminan surga. Subhanallah, ngga malu kah kita yang belum tentu masuk surga malah sombong sekali seolah-olah ngga butuh pahala dan kasih sayang Allah? Coba bayangkan seandainya kita MALAS sholat, gimana kalau Allah MALAS ngasih kita nafas? Naudzubillah. Jadi, jangan tinggalkan sholatmu, nak. Tegakkan tiang agama. Aku ngga lagi terlalu peduli quotes-quotes di twitter, aku malah lebih tertarik sama hadits-hadits dan berusaha mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. And now, if somebody asks me who is my idol? I will proudly answer, “Nabi Muhammad SAW.”

Cerita dikit ya, buku pertama tentang Nabi Muhammad SAW yang kubaca judulnya MUHASABAH CINTA karangan @tausyiahku dan @haditsku. Awalnya aku ngga tau kalo ini ujung-ujungnya bahas tentang jodoh. Lembar pertama pun kubuka. Biar aku kutip dikit ya: “Saat itu Rasulullah berkumpul dengan para sahabatnya. Hadir juga sahabat beliau yang paling setia, Abu Bakar Ash-Shiddiq. Rasulullah SAW berkata padanya, “Wahai Abu Bakar, aku begitu rindu hendak bertemu dengan saudara-saudaraku.” Tiba-tiba suasana menjadi sepi. Semua yang hadir langsung diam seperti sedang memikirkan sesuatu, terutama Abu Bakar. Itu pertama kalinya dia mendengar orang yang sangat dikasihinya mengatakan hal itu. Senyumannya mengembang, wajahnya merona. “Apa maksudmu berkata demikian, Rasulullah?” Abu Bakar berusaha melepaskan teka-teki yang menyelimuti pikirannya. “Tidak, Abu Bakar, kalian adalah sahabatku, bukan saudaraku.” Rasulullah menjawab dengan lembut. “Kami juga saudaramu, wahai Rasulullah.” kata seorang sahabat yang lain. Rasulullah menggelengkan kepala sambil tersenyum. Kemudian beliau bersabda, “Saudara-saudaraku adalah mereka yang belum pernah melihatku tetapi beriman kepadaku dan mereka mencintaiku lebih dari anak dan orang tua mereka. Mereka itu adalah saudara-saudaraku dan mereka bersama denganku. Beruntunglah mereka yang melihatku dan beriman kepadaku, dan beruntung juga mereka yang beriman kepadaku sedangkan mereka tidak pernah melihatku.” (HR Muslim). Terbukti kan besarnya kasih sayang dan cinta Rasulullah kepada umatnya, termasuk kita? Orang-orang yang beriman kepadanya meski lahir jauh hari dari masanya. Rindu Rasulullah kepada kita sangat besar, melebihi rindunya kepada sahabat-sahabat yang agung. Bagaimana dengan kita? Apa kita juga merindukan beliau? Atau, kita justru membiarkan cinta dan kerinduan beliau bertepuk sebelah tangan? Sudahkah kita menempatkan diri sebagai saudara-saudara yang dirindukan dan merindukan Rasulullah?” begitu kurang lebih opening bukunya. Diluar dugaan, aku nangis. Aku merasa bersalah. Begitu rindunya Rasulullah SAW sama kita, tapi kita…….? Inget aja mungkin udah syukur. Astaghfirullah.

Let me show you the ending yang nggak kalah nyes juga: “Kemudian anak kesayangan  Rasulullah itu kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata. Beliau bertanya kepada Fatimah, “Siapa, Anakku?” “Aku tak tahu, Ayah. Sepertinya baru sekali ini aku melihatnya.” Fatimah menjawab lembut. Rasulullah menatap putrinya dengan pandangan yang menggetarkan. Satu persatu bagian wajahnya seolah hendak dikenang. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikat maut.” kata Rasulullah. Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi dimana malaikat Jibril yang biasanya menemani beliau? Rasulullah bertanya-tanya tentang hal itu. Kemudian, dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia untuk menyambut ruh kekasih Allah itu. “Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” tanya Rasullah dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu.” kata Jibril. Jawaban itu ternyata tidak membuat Rasulullah lega. Matanya masih penuh kecemasan. “Engkau tidak senang mendengar kabar ini?” tanya Jibril. “Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak…” “Jangan khawatir, wahai Rasulullah. Aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku, ‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya.’” Detik demi detik berlalu, hingga tibalah malaikat Izrail melakukan tugasnya. Perlahan, ruh Rasulullah ditarik. Tampak seluruh tubuh beliau bersimbah peluh. Urat-urat lehernya menegang, “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.” Fatimah terpejam. Ali yang berada di samping beliau menunduk semakin dalam. Sementara Jibril membuang muka. “Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu, Jibril?” tanya Rasulullah kepada malaikat pengantar wahyu itu. “Siapakah yang tega melihat kekasih Allah direnggut ajal.” kata Jibril.  Sementara kemudian, terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. “Ya Allah, dahsyat nian maut ini. Timpakan saja semua derita maut ini kepadaku, jangan kepada umatku.” Kalimat Rasulullah SAW bikin aku seolah ada disana dan langsung pengen meledak nangis kayak Fatimah. Beliau senantiasa memikirkan umatnya bahkan menjelang ajal dan saat dicabut nyawanya. Tapi kita….? Coba lebih mendalami tentang diri kita dan ketahui betapa Rasulullah SAW sangat sayang sama kita.

Buku-buku 'baru' yang membuaku jadi 'baru' dan lebih baik

Kelima, aku jadi terinspirasi nulis di blog lebih banyak soal islam. Pengen belajar dakwah walaupun sekedar broadcast dari BBM atau whatsapp. Pengennya membahas islam ngga henti-henti, karena semakin memperdalam, islam itu makin indah dan menyejukkan hati. Insya Allah. Aku juga pengen kadang bikin orang lebih baik dari tulisanku, misalnya yang hijab kemarin, harapanku mereka bakal keluar dari jalan gelap (kaya aku dulu) ke jalan yang bener. No more tight clothes and your hijab should cover your chest. Don’t forget to wear shocks, your feet are aurah too.

Keenam, aku jadi suka denger lagu rohani. Standar dulu deh, lagu insyaAllah-nya Maher Zain. Lyricnya ngademin dan bikin selalu ingat sama Allah. Chosen one juga tentang Nabi Muhammad SAW, kadang malah pengen nangis dengernya, rindu sama Rasulullah SAW.
Don’t despair and never loose hope. Cause Allah is always by your side.” dan “Turn to Allah, He’s never far away. Put your trust in Him. Raise your hands and pray.” Ngena banget lyricnya.


Perubahan-perubahan yang cepet ini membuatku kadang suka aneh dan merasa asing sama diri sendiri. Kayak bukan aku…ini siapa..dulu aku ngga gini..aku terombang ambing dalam kegalauan mencari jati diri (?) ß korban puisi. Namun ketentraman hati dan mantabnya iman makin kurasakan setelah menreboot diriku yang baru ini. Islam membuatku makin bahagia dan bersyukur. Alhamdulillah ya Allah, semoga aku bisa menjadi hamba yang lebih baik lagi dan jauhkan kami dari hal-hal yang tidak kau ridhai. Aamiin.




1 komentar: