Rabu, 09 Maret 2016

Berharap Tapi Dikecewakan? Allah Lebih Tahu Mana yang Terbaik

Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang, maka Allah timpakan atas kamu pedihnya sebuah pengharapan supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain Dia. Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepadaNya. [Imam Syafi’i]

Saat kita menyenangi sesuatu akan muncul sebuah harapan sebagai bentuk ekspektasi terhadap apa yang akan terjadi. Harapan membuat kita lebih bersemangat mengerjakan sesuatu karena kita merasa termotivasi. Secara tidak langsung, harapan memberi semangat di dalam pikiran bawah sadar.

Memiliki harapan atau ekspektasi bukanlah hal yang salah, namun tidak semua yang terjadi akan sesuai seperti apa yang kita harapkan. Tidak jarang bahwa hal-hal yang terjadi justru diluar dugaan. Terkadang kita malah merasa putus asa, sedih, dan perasaan yang mungkin paling dominan adalah kecewa. Orang-orang selalu mengatakan bahwa kekecewaan selalu ada di akhir. Aku sering bertanya, mengapa kekecewaan selalu berada di akhir? Menurutku, kekecewaan letaknya di akhir agar kita dapat berusaha mempersiapkan dan memikirkan secara matang sebelum kita melakukan sesuatu dan menaruh harapan disana.

Lalu, apakah salah jika kita sudah berusaha melakukan yang terbaik dan memikirkannya dengan matang namun malah berakhir dengan perasaan kecewa? Tidak! Tidak! Harapan harus selalu ada di setiap hal yang ingin kita wujudkan. Mari kita kaitkan masalah pengharapan dengan salah satu ayat Al-Qur’an Surah At-Taubah ayat 129 “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepadaNya aku bertawakal” Salah satu makna yang ku tangkap dari ayat tersebut adalah jika kita menginginkan sesuatu, kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkannya. Setelah itu yang bisa kita lakukan hanyalah berdo’a dan tawakal. Apapun hasilnya, Allah lebih tahu mana yang lebih kita butuhkan.

Seringkali kita merasa bahwa seolah-olah Allah salah memutuskan sesuatu hal atas kita, namun kita sering lupa bahwa Allah Maha Tahu apa yang terbaik untuk hambaNya. “Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” [QS Al Baqarah: 216]. Jika kita telah memasrahkan diri akan segala hasil yang akan kita terima dan percaya bahwa Allah akan memberikan yang terbaik bagi kita, insyaAllah apapun itu kita akan menerimanya dengan ikhlas. Apabila harapan belum sesuai dengan realita, hendaknya kita jangan terlalu bersedih karena selalu ada hikmah di setiap kejadian. Bisa jadi Allah menginginkan kita mempelajari sesuatu dari kekecewaan tersebut.

Berbicara mengenai harapan memang tidak bisa dipisahkan dari kekecewaan. Awalnya pikiran kita membentuk ekspektasi hingga masuk ke dalam alam bawah sadar seiring dengan kuatnya harapan tersebut. Apa yang terjadi kedepannya masih menjadi misteri. Kekecewaan yang kita rasakan hendaknya jangan hanya membuat kita bersedih dan putus asa, pelajarilah sesuatu dari setiap kejadian. Mungkin, dengan merasakan kekecewaan karena ketidaksesuaikan ekspektasi terhadap sesuatu atau seseorang, kita akhirnya dapat belajar bahwa dikecewakan itu rasanya tidak enak. Kedepannya diharapkan kita akan lebih berhati-hati melakukan sesuatu ataupun memperlakukan orang lain agar tidak menerima kekecewaan yang sama dengan apa yang kita rasakan.


Tetap semangat, berusaha lebih keras, berdo’a lebih khusyu’, dan serahkan semuanya kepada Allah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar