Kamis, 13 Maret 2014

Indonesia di Masa Kini

Beraneka gadgets dan barang-barang canggih sekaligus keren banyak diimpor negara kita dari luar negeri. Kemajuan teknologi yang makin pesat membuat masyarakat kita tergiur oleh produk-produk classy tersebut. Setiap kali ada rilisan barang terbaru, orang-orang akan selalu datang menyerbu untuk mendapatkannya pertama kali. Ya, pengaruh teknologi memang besar sekali terhadap negara ini. Tapi apakah pernah kita berhenti sejenak diantara keramaian banjir produk impor ini dan berpikir betapa konsumtifnya masyarakat kita. Semua seolah tergantung dari negara lain. Hal ini tentu berdampak pada pedagang lokal yang kebanyakan kalah saing dengan produk-produk asing. Namun, apakah konsumtif itu memang budaya orang Indonesia? Bukan. Sebenarnya mereka hanya gengsi membeli barang-barang impor. Atau bisa juga disebut sebagai korban merk. Anak-anak dalam negeri sebenarnya punya kapabilitas untuk memproduksi barang-barang itu sendiri, namun karena gengsi di masyarakat untuk memiliki produk impor, maka barang-barang domestik tersebut terabaikan. Tengok saja anak SMK yang sudah mampu membuat mobil sendiri, tapi tidak ada yang membeli kan? Padahal itu buatan bangsa kita sendiri. Seandainya kita dapat memproduksi sendiri mungkin akan lebih hemat pengeluaran negara kita. Masyarakat Indonesia sendiri juga tampaknya selalu mengunderestimate produk lokal yang dianggapnya kalah kualitas dibangingkan produk impor. Lalu, jika kondisi ini terus berlanjut, apakah yang akan terjadi? Bisa dikatakan secara tidak langsung kita dijajah produk asing.

Indonesia merupakan negara berkembang, setidaknya itu yang kita tahu selama ini. Tapi benarkah begitu? Salah seorang temanku pernah bilang kalau sebenarnya Indonesia bukanlah negara berkembang, tapi negara terpuruk. Dan kita berdua tertawa mendengar lelucon benar itu. Banyak hal yang menjadi kriteria untuk menjadi negara maju. Tapi pada dasarnya, maju atau tidaknya suatu negara bergantung pada orang-orangnya sendiri. Kalau kita tengok, sudahkan kita pantas menjadi negara maju? Mulai dari hal-hal kecil dan remeh seharusnya kita perhatikan. Karena hal-hal yang kecil dan remeh dapat mempengaruhi hal-hal besar yang nantinya akan kita lakukan.

Pagi ini, mamaku sharing tentang guru bahasa inggrisnya, seorang bule yang sudah tinggal cukup lama di Indonesia. Ternyata dia sudah mendalami perilaku-perilaku orang Indonesia, kalau masuk jalur busway, ditangkap bisa nyogok. Mungkin hal ini sudah kita anggap biasa, tapi akankah kebiasaan ini kita teruskan? Pertama, dari diri sendiri dulu, coba disiplin. Tidak usah masuk jalur busway, semua orang sama macetnya dan ingin cepat sampai, seenaknya aja orang-orang itu nyelonong masuk. Dan apa yang terjadi kalau ada kasus busway nabrak motor yang di jalur busway? Buswaynya diamuk masa. Sebenarnya yang salah siapa? -_-

Dari pengamatan si bule ini seharusnya kita malu pada diri kita sendiri. Kita ingin dipandang classy dan tau teknologi, tapi haruskah begini caranya? Menghilangkan rasa bangga kita terhadap produk negara sendiri dan memilih produk negara lain. Si bule mengakui banget bahwa Indonesia memang kaya SDA, tapi sayang belum bisa dimanfaatkan secara maksimal. Lagi-lagi faktor SDM menjadi kendala.

Dan lanjut, si bule juga mengamati banyak hal di Jakarta ini. Sepanjang pagi di mobil aku hanya terus mendengarkan pendapat mama dan papa yang saling sharing soal masalah-masalah di Indonesia. Mendengarnya aja aku udah pengen nangis dan prihatin. Apalagi menengok penerusnya yang suka nyontek, ngrokok, bolos sekolah. Rasanya psimis mau lihat Indonesia maju. Tidak ada yang bisa menjamin berapa tahun lagi Indonesia akan menjadi negara maju yang mandiri. Yaaa berhubung aku masih kecil (hahaha engga juga sih) jadi yaaa segitu lah yang aku tangkap.


Mulailah berubah untuk Indonesia yang lebih baik. Lakukan hal-hal kecil dengan sepenuh hati dan jangan diremehkan. Kelak itu akan berpengaruh besar. Dan semoga kelak Indonesia bisa menjadi negara yang gemah ripah loh jinawi di tangan pempimpin yang baik dan masyarakat yang maju.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar