Senin, 16 Juni 2014

Menjadi Dewasa

Tumbuh besar kadang membuatku takut. Takut bahwa aku tak bisa bersenang-senang sesering waktu muda dulu. Waktu dulu, aku berharap cepat tumbuh dewasa. Aku yakin sebagian besar anak-anak juga seperti itu, ingin cepat bebas melakukan apa saja yang diinginkan saat mereka bisa hidup mandiri. Namun sekarang, keinginan polos masa kecil itu perlahan sirna dengan kehadiran kenyataan hidup yang harus dihadapi. Tumbuh dewasa tak seperti yang aku bayangkan dulu; bebas. Hal yang harus kita bisa salah satunya adalah bersosial di kalangan keluarga besar atau masyarakat sekitar. Masa dewasaku sudah menanti di depan mata. Mengambil setiap kesempatan dan meraih sebanyak-banyaknya hal yang bisa didapat. Pahit manis perlakuan orang terhadapku mau tak mau harus kuhadapi dengan bijak. Karena memang inilah hidup. Kalau kau lemah sedikit, “musuh”mu takkan segang “menyerang”. Memang sebagai manusia kita tidak sempurna dan banyak kekurangan, toh begitupun orang lain. Saat kau dewasa seakan dituntut untuk sempurna di setiap apa yang kau lakukan. Terkadang ini membuatku gugup akan kenyataan. Dulu waktu kecil seolah tak mengapa apabila kita berbuat salah. Yang kita tahu hanya nanti bakal dimarahi atau sekedar dinasehati. Tapi di dunia dewasa, kita mungkin bisa mendapat respon lebih dari itu. Kita bisa dipecat, dituntut, dll. Tidakkah melelahkan menjadi orang dewasa? Di usiaku yang mulai dewasa ini, kadang kala ada saat aku merindukan masa-masa bermain sepeda hingga malam hari, main hujan-hujanan, main Barbie, dan menonton film kartun kesukaanku tiap pagi. Satu hal yang sangat kusesali mengapa dulu aku tidak memanfaatkan waktu tidur siangku dan malah memilih “kabur” dari rumah. Sekarang sudah terlambat untuk itu, tak ada lagi tidur siang, tak ada lagi, “Fan..Fanny main yukkk!”. Satu-satunya “mainan”ku sekarang adalah tumpukan buku pelajaran yang harus dilahap habis dan dipelajari dengan benar sebagai cara meraih cita-cita masa kecilku yang dulunya berangkat dari pemikiran murni nan polos. Kadang aku tak percaya semua terjadi begitu saja, semua serba “tau-tau..”. Teringat saat masa SD dimana matematika hanya sebatas angka dan sekarang sudah bertambah dengan huruf. Sesaat aku merasa takut bahwa aku takkan pernah dengar suara tawaku lagi yang begitu lepas dan gembira disaat aku bermain dulu. Semuanya terasa simple, mudah, dan jauh dari kata rumit. Apakah ini hanya sekedar sudut pandangku yang berbeda? Karena mungkin aku sudah lebih dewasa. Tujuan hidupku makin tergambar jelas bahwa nantinya aku akan menjadi dokter dan orang sukses, hidup berkeluarga, dan menyusun karir setinggi-tingginya. Tak lupa juga mencapai semua angan-anganku untuk bisa kuliah di Inggris. Membahagiakan sekaligus membanggakan orang tua  memang sudah kewajiban seorang anak. Aku berharap, seiring bertambahnya usiaku, bertambah pula kebijaksanaanku dalam melihat setiap permasalahan dan menelaahnya dari berbagai sudut pandang. Menjadi lebih bijak dalam bertindak, bertutur, dan bersikap. Jadi, disinilah aku menatap waktu yang terus berlari makin cepat, menatap lurus dan berfokus mengenai tujuan hidup yang kini makin nyata dan bukan sekedar impian masa kecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar