Jumat, 11 Mei 2012

Fanfic Ngasal


Pagi itu aku terduduk bosan di depan kelasku, kelas 9B. “Kayanya aku dateng kepagian nih.” Aku melirik jam tangan putihku dan melihat waktu menunjukkan pukul 06.15. Karena bosan, aku mengambil ponsel dari tas dan berniat online twitter. Seperti biasa, timelineku 90% berisi westlifer. Aku hanya memandangi timeline sesaat dan kemudian sign out.

Tak lama kemudian, Ovi datang. Disusul anak-anak yang lain. Keadaan yang semula amat sangat krik krik sekali berubah menjadi penuh tawa. Tak lama kemudian, bel berbunyi tepat pukul 07.00. Pelajaran pertama hari itu adalah bahasa Inggris. Dan ini waktunya untuk ujian praktek. Aku yang mendapat giliran paling akhir hanya mondar mandir di depan kelas. Ngga lama kemudian, giliranku tiba. Dan presentasiku kali ini tentang auto-biografi seseorang. Seseorang yang sudah lama menjadi idolaku, tepatnya sejak tahun 2006, Westlife.

Presentasi berjalan lancar dan aku mendapat tepukan hangat dari temen-temen yang lain. Puncaknya, guru bahasa Inggrisku memintaku untuk menyanyikan lagu Westlife. Aku memilih menyanyikan lagu “Uptown Girl”. Dan presentasi pun berakhir. Aku mendapat nilai sempurna. Pelajaran dilanjutkan dan guru bahasa Inggrisku pergi keluar sebentar untuk mengambil soal. Aku asik ngegosip dengan anak-anak yang lain dan masih agak sedih kepikiran kalo Westlife mau bubar. Aku terdiam. Hanya bisa terdiam teringat peristiwa yang tak lama lagi akan terjadi itu. Begitu pedih perih pahit sekali rasanya *4L4YM4K5IM4L*.

30 menit berlalu dan guru bahasa Inggrisku belum juga kembali. Aku mulai merasa bete berat dan hanya mengutak-atik ponselku sembari melihat foto-foto saat 5 Oktober dulu. Galau sedih senang bercampur aduk jadi satu seperti jus sirsak campur mangga dan jambu ditambahin lombok merah setengah biji.Semua anak sibuk mengobrol dan bercanda satu sama lain. Aku ngerasa down banget dan udah mulai badmood to the max! Aku meletakkan kepalaku di atas meja dan berharap aku bisa menghilang sesaat, seenggaknya mungkin tertidur(?). Tak lama kemudian, guru bahasa Inggrisku kembali, yeah 45 menit berlalu. “Fanny! Where’s  Fanny?” “Fanny siapa, mam? Fania atau Fanny?” tanya salah seorang temanku. “Fanny yang satunya, bukan Fania.” Aku yang hampir tertidur lalu terbangun dengan muka penasaran.

“Iya, ma’am?” tanyaku. “Somebody has looking for ya, Fanny.” jawabnya. “Siapa, ma’am?” tanyaku makin penasaran. Belum sempat pertanyaan itu terjawab, ada yang membuka pintu kelas. Mendadak kelas menjadi hening dan hanya tertuju pada satu arah, siapa yang membuka pintu?

Entah kenapa, aku merasakan jantungku berdebar-debar. What’s up Fan?” bisikku dalam hati. Ngga biasanya se-deg-deh-an ini. Pintu kelas mulai terbuka dan aku melihat sosok orang dewasa jangkung berkulit putih dan berhidung mancung. “Bule yang nyari aku? HAHAHA salah orang kale-_-“ pikirku.

Aku yang masih penasaran terus menatap ke arah pintu dan tiba-tiba aku merasakan jantungku berhenti berdetak. Sekujur tubuhku kaku dan aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Keempat pria bule itu masuk ke dalam kelas dan berkata, “Who’s Fanny? FannyMcFadden exactly..” kata salah seorang dari mereka. Guru bahasa Inggirsku berkata, “Here is the girl you’ve been looking for..

Semua terasa sepi. Hanya ada aku dan 4 pria bule tersebut. Mereka berjalan mendekatiku sementara yang lain hanya terbelalak memandangku dan keempat pria bule itu. Aku merasakan air mata mulai menetes perlahan di pipiku. Bibirku bergetar seakan ingin sekali mengucapkan, “IS THAT YOU? THE REAL YOU?”. Aku mengusap air mata dan berdiri memeluk mereka. Badanku gemetar. Aku memeluk Mark, salah seorang personil Westlife yang memang menjadi favoritku. Aku memeluknya erat sekali sambil menangis terisak dipelukan pria jangkung yang  berhidung mancung tersebut.

I guess it’s only a dream when I think I will meet you. After..after..I didn’t win the meet and greet competition when you come to Jakarta last year..I...I just think that I’ll have no more chance to meet you..” kataku terbata-bata sambil terisak.

Selama pelukan teletabis itu berlangsung, teman-temanku berdiri sambil memberikan standing applause. Aku memeluk keempat pria itu bergantian. Masih banyak sekali pertanyaan yang ingin kutanyakan pada mereka. “How did you know that I am here?”. But I can’t, all the words are pale. ------------


The end.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar