Jumat, 15 Agustus 2014

12

Detik demi detikku berlalu melewati masa-masa akhir dari sekolah menengah atas. Aku diam sejenak dan memejamkan mata. Kadang masih sulit percaya bahwa kita akan menjadi seorang mahasiswa dan mahasiswi, rasanya masih belum pantes. Aku menaiki tangga menuju kelas XII IPA 1 di ruang 201 lantai 2. Seperti pagi di tahun-tahun sebelumnya, aku datang lebih awal dari yang lain dan kelas masih kosong. Kelas kami terpisah jauh dari kelas-kelas yang lain. Terletak di pojok, di dekat tangga darurat di sebelah laboratorium TIK. Hanya kelas kami yang terletak disitu. Seakan jauh dari kehiruk-pikuk-an kelas XII yang lain.

You take a deep breathe and you walk through the doors
It’s still morning of your very first day
Say “hi!” to your friends you ain’t seen in a while
Try and stay out of everybody’s way
It’s your very last year and you’re gonna be here
For at least 10 months ahead
Hoping for the best score and successful in life
And enter the university that you want…
(From Taylor Swift lyric ‘Fifteen’ and a little change on some sentences)

 Hari Rabu, 6 Agustus 2014 agenda kami hanya masuk sekolah dan halal bihalal lalu pulang pagi. Satu per satu guru aku salami. “Annisa, kamu kurusan ya… Kamu puasa syawal?” tanya bu Merny. “Engga, bu..” jawabku agak kaget. Aku pulang sendiri naik angkot karena papa lagi ke bengkel. Mencoba menelpon papa berkali-kali tapi “nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, cobalah beberapa saat lagi.” akhirnya dengan penuh harap aku sampai di depan rumah dan kulihat rumah terkunci. Mampus! Seketika aku pengen nangis hahaha engga juga sih, agak depresi sedikit bingung mau kemana. Mama di telpon ngga bisa, papa ngga bisa. Anaknya diem di depan pager. Akhirnya daripada mendomblong seperti orang mencurigakan di depan rumah, aku manjat pager (makin ekstrim). Karena sepatuku yang gede tidak muat, akhirnya aku copot, langsung lempar ke dalem. Takut jatuh sih, tapi daripada malu? Lumayan bisa duduk di teras. Itulah hari pertama saya masuk sekolah.

People come and go, begitu katanya. Guru bahasa Indonesiaku selama 2 tahun, bu Nani pensiun. Aku belum sempat minta maaf dan berterima kasih sama ibunya karena begitu sabarnya mengajarkan anak-anak seperti kami yang kadang suka guyon sendiri dan ngga memperhatikan pelajaran. Guru sejarahku juga pensiun, Pak Edi. Bapak yang super baik dalam memberi nilai dan sabar sekali. Pelajaran PLH tidak lagi diajar oleh guru biologi kami, bu syofia, tapi diganti guru baru, bu Hanik. Guru agama islamku juga pensiun dan digantikan oleh bu Arwanis yang enak buat sharing dan tanya-tanya soal islam lebih jauh. Antara guru satu dengan yang lain tentunya ngga sama, kadang ada yang cocok kadang ada yang engga. Nikmati saja.

Aku sadar penuh bahwa menjadi kelas XII IPA bukanlah hal yang gampang. Di kelas XII selain sukses UN kita juga dituntut masuk PTN yang persaingannya subhanallah sekali. Berbagai Try Out, klinik belajar, tutor sebaya, dan bab-bab semester 2 yang akan dimajukan ke semester satu, mengulang pelajaran kelas X dan XI terus tergambar di pikiranku. Berentetan dan aku bingung mau mulai darimana. Aku merasakan diriku makin disibukkan oleh hal-hal ini. Les sampai jam 8 malem, PR, presentasi… (tarik napas dulu). Entah kenapa walaupun sibuk dan capek, aku suka dengan kegiatan baruku ini; menjadi orang sibuk hahaha. Keren. Aku juga sadar penuh bahwa fakultas yang aku ingin capai tidaklah mudah persaingannya. Jumlah pendaftar ribuan dan yang diterima hanya puluhan makin membuatku grogi kalau tidak mempersiapkan segalanya dari sekarang. Tak lupa juga aku memperbanyak berdo’a dan memohon petunjuk agar nantinya Allah ridha dengan apa yang kucita-citakan. Aamiin yaa rabbal alamin.

Senin, 11 Agustus 2014 kami melaksanakan upacara bendera seperti biasanya. “Kelas XII semuanya tetap di lapangan.” Seru pak Warta seusai upacara. “Kelas X dan XI silahkan masuk ke kelas masing-masing.” Lanjutnya. KITA MAU DIAPAKAN, PAK???!!?! Aku mulai berpikir kita disuruh upacara ulang karena berisik. Alhamdulillah ternyata bukan itu, kawan-kawan. Kita disuruh menandatangani kontrak belajar. Dibeberkan spanduk besar di lapangan berisi target nilai UN kita dan jurusan PTN. Perlahan kutulis target-target nilai UN dan jurusan PTNku dengan membaca basmallah sebelumnya. Spanduk ini kemudian ditempel di belakang kelas dan setiap kali kami memandanginya, kami akan ingat kemana kami akan melanjutkan pendidikan setelah lulus. Aku terharu sekali entah kenapa. Antara takut, ngerasa belum siap, excited, dll.

Selfie bareng Bu Syofi (guru Biologi) disela-sela penulisan kontrak belajar

Kamis, 14 Agustus 2014 kelas kami dipilih untuk jadi paduan suara untuk upacara hari kemerdekaan. Lho, emang padusnya kemana? Padus kita “diambil” ke walikota untuk nyanyi. Salut! Kita mulai latihan di studio band dan bolos pelajaran bahasa Inggris plus matematika. Ckckckck hahaha. Disela-sela break, Oya mulai membacakan kalimat-kalimat yang didapatnya dari ask.fm diiringi kak Dina yang main keyboard lagu Rasa Ini-nya Vierra.
Dulu kita bilang “bareng-bareng terus ya!”
Lalu “yang penting masih bisa atur jadwal kumpul lah.”
Jadi “yang penting masih bisa ketemu sesekali lah”
Sampe “mereka apa kabar yaa” “udah lama nggak ketemu” “kangen juga pengen ketemu”
People come and go, selagi masih bisa kumpul usahain kumpul
Dulu kalau mau kumpul tinggal kumpul, lama-lama diajakin via grup chat yang respon makin dikit, makin dikit, makin dikit
Sampe masing-masing udah sibuk sendiri
Kalau udah kayak gini ya nggak bisa nyalahin siapa-siapa
Emang masanya udah habis dan cuma bisa bilang, “sukses lah, bro.. see you on topJ
Ada satu titik dimana kita seolah melihat ke belakang terus sadar kalau temen-temen yang dulu barengan satu per satu pada hilang
(next next next kalimat ya)
Dari yang mau nyapa tinggal nyapa
Sampe kalau mau chat/nelpon mesti nanya dulu sibuk apa engga
Dari yang asal main tag foto-foto aib sampe yang mau ikut komen aja ragu gara-gara banyak komen dari temen-temen barunya
Dari yang kalau mau chat ngga perlu ada topik aja bisa seru, sampe yang mau mulai chat sama temen lama aja harus nunggu ada perlu/topiknya
Dari yang udah nggak tau malu minjem duit sampe yang segen sekedar mau nanya kabar
(next next next)
The first thing you’ll realize, when you wake up in the next day is: It’s all gone
All good things, will it ends?
Sure, it will.
(Thanks to somebody’s ask.fm for those sentences)

Kak Dina mulai sharing pengalamannya masuk PTN, dia keterima di UNJ lewat jalur undangan di jurusan Seni Musik. Dia mulai cerita dan menasehati kita buat menikmati masa-masa 10 bulan ini baik-baik karena bakalan kangen sama temen-temen dan momen-momen. Jadi teringat masa SMP dulu…. Dia juga membahas soal jurusan di PTN dan cara-cara entri nilai buat jalur SNMPTN. Sesekali aku mengobrol dengan Indah soal PTN tujuan kami dan persaingannya. “Semangat yang mau FK!” kata Essar mengangkat dan mengepalkan tangannya padaku. Aku membalasnya dengan senyum lalu mengangkat tanganku dan mengepalkannya. “Semangat, bu dokter!” kata Tera sambil menepuk pundakku. Entah, dengan perkataan mereka aku jadi makin semangat dan optimis untuk meraih cita-citaku itu. Aamiin ya Allah. Lebaran kemarin saudara-saudara juga mensupportku. Tiap chat di bbm, mbak Dini jadi manggil, “Aunty dokter”. Mama juga suka manggil, “bu dokter Annisa”. Terima kasih! Semoga panggilan-panggilan itu merupakan do’a. Aamiin.

Sebenernya aku nggak tau mau cerita apa. Inti dari posting ini apa? (-_-) kadang nulis cuma buat mengeluarkan unek-unek dan curhat sama diri sendiri. Aku takut… deg-degan…

Iseng kubuka halaman pertama buku catatan bahasa Prancisku yang dari kelas X sudah beranak jadi 3 buku sampe sekarang. “InsyaAllah, dalam 3 tahun lagi saya akan lulus SMA dengan nilai memuaskan dan bisa masuk perguruan tinggi negeri yang terbaik yang saya cita-citakan karena sejak kecil saya bercita-cita ingin kuliah di Fakultas Kedokteran di Universitas Indonesia. Ya Allah kabulkanlah cita-citaku ini.” Kalimat di paragraf terakhir ini membuatku termenung sejenak bahwa ternyata aku bisa konsisten dengan apa yang aku idam-idamkan. Hanya mungkin universitasnya yang beda ya.

Jadi kelas XII tidak bisa sesantai kelas IX dulu, walaupun ujung-ujungnya sama-sama UN. Kita dituntut mulai berpikir dan merencanakan mau kemana kita ke depannya? Mau jadi apa? Rasanya baru kemari tambahan pagi buat UN SMP. Rasanya baru kemarin juga les fisika bareng Ofi, Vicko, Danu. Rasanya baru kemarin ngerjain ujian praktik. Aku kadang nervous memikirkan semua ini. Sebentar lagi kuliah, kerja, berkarir, dan lain-lain.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar