Minggu, 28 Desember 2014

Tous Les Jours

“Mam, ayo ke tous les jours..” kataku mulai ngga sabar. “Ayo ayo.” Jawab mama yang matanya masih melirik kearah sepatu-sepatu itu. Beberapa langkah mendekati tous les jours entah kenapa jantungku makin berdegup kencang. Seolah-olah aku akan bertemu langsung dengan brand ambassadornya. Oh iya, alasanku ke tous les jours ngga lain dan ngga bukan adalah untuk melihat brand ambassadornya. Siapakah dia?


Mau dong jadi gelas sama pengaduk adonannya <3 (?)


Flashback beberapa bulan lalu waktu aku, Osa, Dea jalan-jalan ke kota kasablanka. Aku yang baru pertama kali kesini takjub gede banget ini mal (maaf katrok -_-v). Awal mula kita ke kyochon, restoran korea gitu yang brand ambassadornya Lee Min Ho (kesukaan dea nih). Setelah puas makan di kyochon, dea pulang ngebungkus dan dapet tas Lee Min Ho sama posternya. Masuk ke restoran ini semuanya serba Lee Min Ho, kertas alas piringnya Lee Min Ho. Ada TV yang muterin tentang Lee Min Ho. Memang Lee Min Ho ada dimana-mana. Lalu kita sholat dan main ke paper clip. Osa lagi ribet sendiri karena dia mau dijemput buat ke tempat kos kakaknya, aku sama Dea bingung kita mau pulang naik apa. Akhirnya kita mampir ke tous les jours. Aku milih roti yang biasa kumakan, muffin coklat sama roti ada sosisnya gitu. “Fan!!!!” kata Dea setengah syok menunjuk ke tempat pemutaran video. “Oh M G.”

Kembali ke cerita tadi. Dengan noraknya aku masuk ke dalam tous les jours sambil menggandeng tangan mama. Di meja kasirnya terpampang dua poster brand ambassadornya yang sangat tampan. Aku mencari-cari tempat pemutaran video toko roti ini dan ternyata diletakkan di bagian atas. Videonya sama seperti yang kulihat di instagram beberapa hari yang lalu (karena keasyikan sampe kuotaku habis sebelum waktunya, ini pertama kalinya). Video bertema natal dan tahun baru ini bercerita kurang lebih begini: si brand ambassador bingung milih baju atasan yang mana. Setelah milih dia langsung ke dapur untuk bikin kue. Kokinya aja cakep banget ya. Lalu setelah itu berpindah ke video dimana si brand ambassador mengelilingi pohon natal bersama beberapa anak kecil. Suasana terlihat begitu ceria dan dia menggendong satu anak untuk meletakkan bintang di pucuk pohon natal. “Ani mau jadi anak kecilnyaaaa.” Kataku histeris. Lalu salju pun mulai turun dan dia terlihat menikmati salju yang menempel di sweater merahnya. “Ani mau jadi saljunya ajaaaa.” Kemudian si brand ambassador tertawa bersama anak-anak kecil dengan senyum memikat yang mempesona. Aku benar-benar tidak mengedipkan mata. Video ini dibuat dengan sangat sempurna. Eh atau brand ambassadornya? Hehehe. Setiap untaian kata, senyuman diatur begitu proporsional sehingga membuatku makin terpesona. Di akhir video, dia memegang beberapa tumpuk kado seolah ingin memberikan kepada yang menontonnya. “Ani mau jadi kadonyaaaa… aaaaaaaa” lanjutku mulai merengek seperti anak kecil. “Hush hushhh diliatin ibu-ibu itu ngga malu?” kata mama yang tampaknya mulai malu sama kelakuanku yang super absurd. Aku melirik ke arah ibu-ibu itu dan tetap saja ngga peduli. “Jadi mau beli apa ini?” tanya mama. “Ngga tau. Ani kesini cuma mau liat dia.” Rengekku. “Kalau beli dapet poster nggak ya?” lanjutku. Kebetulan saat itu ada pembeli dan aku melihat dia hanya mendapat rotinya saja (hahaha). Aku mulai kecewa. “Mam, tanyain dong ke mbaknya kalau beli dapet apa.” “Tanya sendirilah..” jawab mama. “Ani maluuu. Mama yang tanya nanti ani pergi dulu ya.” Kataku makin songong. Hening. Kemudian mama mengimajinasikan percakapan yang akan terjadi:
Aku     : Mbak, bonus akhir tahun apa?
Mbak  : Adek maunya apa?
Aku langsung menyahuti imajinasi mama dengan:
Aku     : Saya mau brand ambassadornya aja mbaaak!!! Kataku mulai lagi. Sebenernya aku masih betah disana buat liat si brand ambassador yang keche parah. Akhirnya aku sadar kalau aku konyol dan bilang, “Ayo, mama tadi mau kemana? Ke Ace Hardware?” kebetulan Ace Hardware terletak 1 lantai diatas toko roti itu. Aku ngga bisa bohong kalau pikiranku masih di sana. Setelah puas keliling Ace Hardware aku dan mama mampir ke scoop dan paperclip. Keabrsudanku ngga berhenti disitu, dari lantai atas aku mematai-matai setiap pembeli apakah dapet poster atau engga, ternyata engga. Kecewa L Destinasi berakhir (lagi) di tous les jours. Aku kembali merengek-rengek kayak anak kecil dan dengan sabarnya mama selalu nyahutin rengekanku yang tingkat kekonyolannya makin ngga bisa ditoleransi. Setelah puas liat brand ambassadornya (lagi), dengan berat hati akhirnya aku bilang, “Ayo pulang.” Kami pun berjalan ke arah pintu keluar.

Di tengah perjalanan mama malah memancing ngomongin si BA. “Dia tinggi banget ya. Duduk aja badannya masih kelihatan gitu. Kalau kita paling cuman segini.” (ngomongin poster di deket kasir) “Iya, mam, 180 dia.” Kataku bangga “Mantu mama nanti kayak gitu ya…” Aku terdiam. Hanya bisa berkata, “Aamiin aamiin. Itu calon mantu mama..” kataku mulai gila lagi. Mama masih membayangkan dan mengobrol tentang kriteria mantunya. “Tinggi, karirnya bagus, smart….” Aku memotong cerita mama, “Dia tinggi. Dia karirnya bagus itu mam…” mataku mengeskpresikan kekaguman pada si BA. Mama kemudian melanjutkan, “Seiman… dia ngga seiman kan? Berarti bukan calon imam.” “Nanti dia jadi mualaf mam..” kataku ngeyel parah.


3 komentar: