Bicara masa SMA,
yang tergambar dikepalaku hanyalah tumpukan buku dan catatan kecil semua tugas,
PR, dan ulangan. Seperti tak ada habisnya. Kadang aku merenung, mengapa harus
sebanyak ini jumlah mata pelajaran yang harus dipelajari kelas X di SMA sebelum
penjurusan. Aku termenung. Hal lain yang terlintas adalah ketika aku bersusah
payah mengerjakan PR, dan keesokan harinya… “Fan, lo udah ngerjain PR belom?”
Tanya seorang teman sekelas. “Udah..” jawabku singkat. “Boleh liat ngga?”
balasnya yang sudah kesekian kali melihat pekerjaan rumahku. Dan ketika
pembagian rapor, aku terkejut ketika teman yang biasanya menyontek PRku menjadi
ranking di atasku. Ini dapat menjadi gambaran rendahnya keinginan siswa untuk
berusaha semaksimal mungkin dalam mencapai prestasi yang baik. Rasa malas
seakan sudah menguasai mereka. “Boam” alias “Bodo amat” yang sering kudengar
terucap dari mulut mereka ketika ditanya konsekuensi tindakan mereka tersebut.
Hidup yang
berkecukupan, beraneka gadget, orang tua yang kaya mungkin menjadi salah satu
faktor yang membuat mereka malas. Malas dan nyontek sudah seolah sahabat. Jika
kita malas, kita pasti menyontek. Jalan pintas yang sebenarnya tidak baik dan
tidak mendidik untuk dilakukan. Hidup para remaja jaman sekarang seolah dibuat,
“Yang penting gue seneng, nilai gue bagus, dan ortu seneng.” YOU ARE ABSOLUTELY
WRONG GUYS!
Papaku pernah
berkata, “..masa remaja itu adalah masa yang kritis. Kenapa? Karena pada masa
itu menentukan bagaimana kita kedepannya. Menjadi orang berhasil atau tidak?” seorang
guru matematikaku juga pernah bilang, “Kalo kamu kesekolah cuma cari nilai, kamu ngga bakal dapet ilmu.” Ini dalam
sekali loh pernyataannya. Kalo kita ke sekolah hanya mengandalkan mencari
nilai, nilai bisa dikasi kok. Halal tidaknya tergantung cara kita
mendapatkannya. Bisa dari nyontek atau usaha sendiri. Nah disini letak bedanya.
Kalau kita menyontek untuk mendapat nilai, yang kita dapat hanya ‘jawaban
teman’ yang ngga tentu benar salahnya. Dan seandainya dapat nilai bagus? Bangga
tidak? “Boam” mungkin hahaha. Disisi lain bagi yang mencari nilai berdasarkan
usahanya sendiri, walaupun mendapat nilai jelek, dia akan tetap berusaha
memperbaikinya dan mencapai hasil yang maksimal. Yang akhirnya akan membuatnya
bangga, karena itu merupakan hasil kerja kerasnya yang murni.
Kemarin sekolah
mengadakan psikotes untuk siswa kelas X sebagai bahan pertimbangan penjurusan,
IPA atau IPS. Psikotes ini ada 4 sesi. Di sesi yang terakhir, penguji
membagikan selebaran kartu kepada kita yang mana terdapat beberapa kata yang
berlainan. Dan kita diminta untuk menghafalkan dalam waktu 3 menit dilanjutkan
menjawab pertanyaan yang tampaknya digunakan untuk menguji daya ingat kita.
Beberapa anak sudah maju mengumpulkan jawaban mereka. Dan beberapa saat kemudian
seperti yang bisa ditebak, beberapa anak ‘panik’ meminta jawaban dari teman
yang lain. Saya hanya berpikir, “Hell-o? This is psycotest. Test for knowing
YOUR ABILITY, not YOU FRIENDS’” karena virus “Boam” sudah menyebar, apa daya.
Beberapa ada yang aku tegur dan hanya tersenyum. Menyedihkan buka jika melihat
pemandangan seperti itu pada generasi muda bangsa. Menyontek seolah sudah
menjadi budaya yang melekat dalam diri sebagian besar mereka. Ini merupakan
kebiasaan buruk yang hanya bisa dihilangkan melalui kemauan dari dalam diri
sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar